Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristek Dikti), Prof. H. Muhammad Nasir, Ph.D meminta hasil riset inovasi teknologi yang telah dihasilkan UI selama ini bisa dikembangkan. Antara lain, Nasir menyarankan agar produksi tersebut bisa dimanfaatkan oleh dunia usaha.
Hal itu dikatakan Nasir usai meninjau pusat riset di Gedung Mochtar Riady Plaza Quantum yang diresmikan kemarin, Selasa (10/3) kemarin. Saat berada di Laboratorium Riset Terintegrasi-Energi Terbarukan, Nasir sempat melihat produksi riset FT UI dalam menghasilkan solar cell. Terkait hal itu, Nasir berharap solar cell dapat diproduksi dengan biaya rendah.
Hal lainnya yang juga diharapkan Nasir dari UI adalah pengembangan nanoteknologi dan pelaksanaan evaluasi mobil listrik. Menurut Nasir, perkembangan teknologi saat ini mengarah ke nano tersebut. Saat ini fokus pengembangan riset untuk nanoteknologi adalah mengenai penekanan biaya produksi. “Bagaimana meminimalisasi biaya dan memaksimalkan manfaatnya,” ungkap Nasir. Ia menambahkan, pihaknya juga telah meminta Rektor UI untuk menangani evaluasi sistem pada inovasi mobil listrik baru-baru ini. Evaluasi itu antara lain dalam hal sistem elektrikalnya, termasuk efisiensi baterai.
Keseriusan Nasir dalam mengembangkan riset inovasi, termasuk nanoteknologi, juga tergambar dari kebijakan yang saat ini tengah dibicarakan dengan Kementerian Keuangan. Selama ini, produk inovasi yang dihasilkan sulit diterima dunia usaha lantaran berbagai faktor. Saat memberi sambutan dalam seremoni peresmian MRPQ, Nasir menyinggung adanya usulan insentif bagi dunia usaha yang tertarik dengan riset inovasi, salah satunya dengan pembebasan pajak. Hal itu telah dimulai pihaknya dengan pemberlakuan bebas pajak untuk motor listrik.
Nasir mengatakan, dengan cara itu, produk inovasi yang dihasilkan akan ditawarkan kepada investor atau pengusaha. Risiko akan produk tersebut akan ditanggung pemerintah. Dalam waktu dekat, juga akan diselenggarakan Indonesia Inovasion Forum di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Pusitek), di Tanggeran Selatan, Banten. Forum itu akan mempertemukan produsen inovasi dengan investor dan hasil riset yang ada akan ditawarkan ke dunia usaha.
Sementara itu keseriusan lainnya, juga dengan kebijakan menambahkan Direktorat Jenderal (Dirjen) Inovasi di Kementeriannya. Dirjen itu saat ini masih dalam tahap seleksi pejabat. Selama ini, upaya mendorong riset di perguruan tinggi menjadi tanggung jawab Dirjen Riset. Diungkapkan Nasir, pihaknya telah melakukan riset dalam dua kelompok; riset market driven (sesuai dengan kebutuhan pasar, berorientasi pada inovasi produk) dan riset pengembangan ilmu pengetahuan. Dana riset tersebut berasal dari dalam APBN di Kementerian yang dipimpin Nasir, khususnya alokasi 30 persen dari Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri. Sedangkan untuk Dirjen Inovasi, dukungan dananya diambil dari anggaran lama yang telah dire-klasifikasi, meskipun jumlahnya tidak banyak. (DPN)