id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Tantangan Penerapan “Internet of Things” di Universitas

shutterstock_189811238

Rekayasa geoteknik di tingkat universitas pada saat ini berada di persimpangan antara tetap menggunakan jalur-jalur tradisional atau mencoba mengadopsi berbagai perkembangan teknologi di luar bidang ini.

Di UI, penelitian tentang rekayasa geoteknik dikembangkan oleh Guru Besar Fakultas Teknik UI Prof. Widjojo Adi Prakoso.

Ilmu geoteknik adalah ilmu tentang antarmuka (interface) peradaban manusia dan bumi tempat mereka berpijak.

Menurut Widjojo, rekayasa geoteknik biasanya digunakan untuk membangun ruang di daratan, lautan, ataupun di bawah bumi menggunakan sistem pondasi dan konstruksi.

Dalam pidato pengukuhannya sebagai guru besar UI, Rabu (24/2/2016), Widjojo menyampaikan bahwa salah satu rangkaian teknologi yang berkembang dan memengaruhi rekayasa geoteknik beberapa tahun terakhir ini adalah rangkaian teknologi the Internet of Things (IoT).

IoT adalah sebuah konsep tentang barang (things) yang berkembang pada revolusi industri ke-4.

Barang dalam konsep ini terhubung dengan internet dan barang lainnya via sambungan kabel maupun nirkabel, seperti satelit, jaringan seluler, WiFi, ataupun Bluetooth.

“Terhubung” dalam artian terjadi pertukaran data dan terdapat manfaat dari pertukaran data tadi.

Dalam kaitannya dengan rekayasa geoteknik, IoT memberikan tiga kapabilitas, yaitu location awareness, enhanced situational awareness, dan sensor-based decision analytics sehingga kegagalan dalam rekayasa dapat diturunkan.

Lebih lanjut Widjojo menyampaikan, contoh dari penerapan IoT ini adalah pencegahan bencana tanah longsor yang berbasis informasi crowdsourcing yang didukung oleh sensor-sensor elektronik yang terhubung dengan sistem deteksi dini.

Sistem deteksi dini ini akhirnya akan memberikan peringatan kepada rangkaian transportasi di sekitar lokasi bencana serta dapat digunakan sebagai alat analisa data untuk mencegah bencana serupa di masa depan.

Dalam konteks UI, tantangan dan peluang dalam hubungan rekayasa geoteknik dan IoT dapat diterjemahkan dalam dua bidang, yaitu penelitian dan pendidikan.

Di bidang penelitian, kata Widjojo, kesempatan untuk mengembangkan teknologi rekayasa geoteknik sangat besar di UI, sehingga bisa menempatkan para peneliti Indonesia pada posisi inovator.

Namun, para peneliti harus segera didorong untuk dapat melakukan penelitian lintas ilmu, karena rekaya geoteknik menggunakan IoT mengharuskan adanya konektivitas antar ilmu dalam implementasi teknologinya.

Di bidang pendidikan, tantangan utama untuk UI adalah bagaimana membangun strategi pembelajaran yang efektif yang sesuai dengan generasi kekinian yang akrab dengan dunia digital.

Kemampuan berpikir para mahasiswa juga harus dibentuk agar terbuka dengan perkembangan antar ilmu dan tidak hanya berpusat pada ilmu perhitungan matematika semata.

Jadi dapat dikatakan bahwa pilihan rekayasa geoteknik untuk mengadopsi perkembangan teknologi baru seperti IoT banyak membawa ketidakpastian dan pekerjaan rumah dalam implementasinya.

Namun, pilihan ini akan membuka kesempatan penelitian baru yang selanjutnya dapat mendorong UI ke level akademik yang lebih tinggi dan berkembang secara keilmuan.

 

Penulis: Wanda Ayu

Related Posts

Leave a Reply