id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Doktor UI Kembangkan Instrumen Penilaian Kinerja Dokter

ilustrasi medis

Pelayanan kesehatan selalu menyoroti kinerja dokter. Bila hasil akhirnya tidak sesuai harapan, dokter selalu menjadi sorotan.

Padahal, dokter bekerja dalam suatu sistem yang tidak diatur oleh diri sendiri. Dalam mengelola pasien, dokter bekerja sama dengan berbagai pihak. Ada tim, sistem, dan standar keprofesian yang ikut berperan dalam
kinerja dokter.

Untuk menilai penerapan prosedural klinis, telah ada daftar tilik penilaian sesuai panduan praktik klinis yang dinilai atau diobservasi oleh tim penilai atau auditor.

Namun, ada salah satu fungsi dokter yang sampai sekarang belum ada alat ukurnya yaitu fungsi dokter sebagai care coordinator yang mengkoordinasikan pengelolaan pasien.

Sebagai pengambil keputusan klinis, dokter dapat mengetahui pihak-pihak mana saja yang perlu diajak bekerja sama untuk kepentingan pasien demi pencapaian target pengelolaan pasien yang telah direncanakan sebelumnya.

Kompetensi kepemimpinan di bidang kesehatan selama ini terukur bila dokter berada di tingkat pimpinan struktural, yang kemungkinan kurang menjalin kontak langsung dengan pasien.

Banyak yang lupa bahwa sebagian besar adalah dokter praktik bekerja di level fungsional, yang dalam kesehariannya berinteraksi dan berkomunikasi dengan pasien.

Dokter berperan memotivasi pasien untuk mematuhi pengelolaan sesuai anjuran yang berbasis bukti, mendorong pasien aktif kontrol dan mengelola kesehatannya sendiri dibantu dukungan keluarga untuk mencapai target pengelolaan yang disepakati bersama, serta berbagi peran dan tugas antara dokter, pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lain agar tercapai kesepakatan bersama serta kepatuhan dalam target pengelolaan masalah kesehatan yang
ditemukan.

Kemampuan-kemampuan dokter seperti di atas hampir tidak pernah terlihat dalam evaluasi pelayanan kesehatan karena indikator penilaiannya kebanyakan dari sisi pasien. Pasien memang hasil akhir dari keberhasilan sebuah sistem pelayanan kesehatan. Namun perlu diperhatikan juga input dan proses pelayanan yang telah dilakukan.

Seberapa jauh penilaian kinerja dokter yang sudah dilakukan untuk melihat upaya dokter dalam membuat perencanaan, melakukan monitoring dan tindak lanjut, memotivasi pasien, mengajak pasien dan keluarga berperilaku hidup sehat, mendukung pasien, membina kerja sama dengan berbagai pihak sesuai batasan etika profesi untuk kepentingan pasien, dan upaya-upaya lain, yang berasal dari diri dokter itu sendiri khususnya dalam mengelola penyakit kronik yang memerlukan pengelolaan jangka panjang dan pengobatan seumur hidup, seperti hipertensi dan diabetes mellitus yang angka kejadiannya semakin meningkat akhir-akhir ini.

Untuk itu, dr. Retno Asti Werdhani, M. Epid mengembangkan instrumen penilaian kinerja dokter yang ke depannya dapat dipakai sebagai evaluasi diri dan evaluasi pelayanan secara berkala dari sisi dokter.

Dalam penelitian disertasinya, Retno mengarahkan instrumen ini agar dapat bermanfaat untuk mempromosikan dokter-dokter praktik khususnya di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP).

Dokter praktisi di FKTP dapat menjadi care coordinator dan garda terdepan pelayanan kesehatan masyarakat yang memiliki kemampuan memimpin, berkompeten, berbudaya kinerja, kreatif dalam meningkatkan pelayanan dengan memanfaatkan berbagai data dan informasi untuk kepentingan pasien serta mengevaluasi perubahan, demi terwujudnya akses pelayanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas bagi masyarakat Indonesia.
Sumber : Humas FKUI

Related Posts

Leave a Reply