id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Simpan Beku Ovarium, Inovasi bagi Perempuan Penderita Kanker

simpan beku ovarium

Perubahan gaya hidup membuat angka penyakit kanker meningkat setiap tahunnya.

Penyakit ini berdampak panjang. Bagi perempuan, tindakan medis berupa kemoterapi dan radioterapi yang harus dilakukan dapat mengganggu ovarium dan mengancam kemampuan bereproduksi.

Padahal, penderita kanker usia reproduksi masih memiliki keinginan yang kuat untuk memiliki keturunan.

Menekuni teknologi reproduksi sejak lama, Dr. dr. Budi Wiweko, Sp.OG(K) melakukan sejumlah penelitian. Salah satu inovasinya adalah membuat teknologi yang memungkinkan perempuan penderita kanker untuk tetap bisa hamil.

Teknologi tersebut adalah simpan beku ovarium. Pasien yang belum kawin, atau tidak memiliki waktu cukup untuk menunda kemoterapi, dapat menyimpan ovarium untuk mempertahankan fungsi reproduksi.

Di samping itu, ovarium yang disimpan dapat diperoleh setiap saat sehingga sangat potensial untuk digunakan oleh penderita kanker yang harus segera menjalani kemoterapi atau radiasi.

“Teknologi ini sangat dibutuhkan perempuan penderita kanker usia muda yang masih membutuhkan fungsi reproduksi,” kata Manajer Riset di Fakultas Kedokteran UI ini.

Prinsip simpan beku adalah melindungi sel dengan cara menurunkan temperatur di bawah 0 0C untuk menghentikan metabolisme intra selular.

Proses pendinginan dan pelelehan dalam simpan beku dapat menyebabkan kerusakan sel terutama pada suhu antara –150C dan –600C.

Teknologi simpan beku ovarium ini juga bisa digunakan untuk menyimpan sel telur perempuan yang ingin menunda kehamilan.

Lewat penelitiannya, Iko, sapaan akrabnya, merupakan dokter pertama yang berhasil melakukan simpan beku ovarium di Indonesia pada 2010.

Hal ini juga mengantarkan Indonesia menjadi negara pertama di Asia yang melakukan simpan beku ovarium dengan teknik vitrifikasi, yakni pendinginan yang sangat cepat pada suhu -1960C.

Lewat berbagai penelitiannya dalam teknologi reproduksi, Iko berhasil menjadi dosen berprestasi tingkat nasional pada 2015.

Saat ini ia aktif dalam banyak organisasi kedokteran, antara lain menjadi presiden pada Perhimpunan Teknologi Reproduksi Indonesia (PERFITRI), serta President Elect di Asia Pacific Initiative on Reproduction (ASPIRE).

Selain itu, Iko juga aktif di Pasific Rim Fertility Society (PRFS), dan European Society for Human Reproduction and Embryology (ESHRE).

 

Penulis : R. A. Khairun Nisa

Related Posts