Departemen Ilmu Susastra Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (UI) bekerja sama dengan Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI) Komisariat UI menggagas sebuah seminar nasional kesusastraan.
Seminar bertajuk “Seminar Nasional Kesusastraan Indonesia Mutakhir” ini ditujukan bagi tenaga pendidik, mahasiswa, pemerhati sastra dan masyarakat umum untuk membahas perkembangan kesusastraan Indonesia dan daerah dalam dua puluh tahun terakhir ini (1996—2016).
Seminar digelar pada Selasa (15/11/2016) di Auditorium Gedung IV FIB UI, Kampus Depok. Hadir dalam seminar tersebut Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan FIB UI Manneke Budiman, Ph.D dan ketua pelaksana Seminar Nasional Dr. Sunu Wasono.
Manneke berharap kegiatan ini dapat menjadi wadah diskusi dalam mengkaji dinamika kesusastraan Indonesia serta diharapkan terjalin silahturahmi antarsesama peserta. Dalam sambutannya, ia mengatakan bahwa kelanjutan dari seminar ini adalah Diskusi Hari Sastra yang dilaksanakan pada 2017.
Dalam seminar tersebut peserta dibagi ke dalam delapan subtema, yaitu memetakan kesusastraan Indonesia mutakhir (1996—2016), sastra dan media sosial, pemilihan bahan sastra dalam pembelajaran sastra di sekolah dan perguruan tinggi, peran komunitas (sastra/budaya) dalam perkembangan sastra, isu daerah lokal dana tau global dalam perkembangan, pengaruh sastra asing terhadap sastra Indonesia mutakhir, politik sastra dan sastra politik dalam kesusastraan Indonesia, dan sastra dan kreativitas : fenomena alih wahana dalam kesusastraan Indonesia.
Seminar diikuti oleh mahasiswa dari PTN-PTS di Indonesia antara lain Universitas Gadjah Mada, Universitas Al Azhar Indonesia, Binus University, Universitas Pamulang, Universitas Padjadjaran, Universitas Negeri Gorontalo, dan lain-lain.
Terdapat tiga pembicara utama dalam seminar ini yaitu Prof. Dr. Riris Sarumpaet, Maman Soetarman Mahayana, S.S., M.Hum, dan Dr. Seno Gumira Adjidarma. Sebagai salah satu pembicara utama dalam Seminar Nasional Kesusastraan Indonesia Mutakhir, Guru Besar FIB UI dan senior HISKI Riris Sarumpaet, memaparkan bahwa peneliti sastra harus bisa menggambarkan bagaimana keadaan Indonesia melalui karyanya.
Lanjutnya, peneliti sastra juga perlu mengetahui sastra asing serta tradisi bangsanya sebagai wawasan dalam menulis. Hal yang menarik dipaparkan oleh Maman S. Mahayana, M.Hum mengenai peta perkembangan kesusastraan Indonesia mutakhir.
“Kita tidak dapat mengabaikan poros-poros kesusastraan Indonesia di berbagai daerah yang makin mengukuhkan keberadaannya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari dinamika kesusastraan Indonesia secara keseluruhan,” kata Maman.
Dari poros-poros itulah sesungguhnya kesusastraan Indonesia, menegaskan jati diri sastrawan di berbagai daerah dan sekaligus merepresentasikan warna-warni keindonesiaan dengan berbagai kultur etniknya.
Penulis : Mariana Sumanti