Kerja sama Selatan-Selatan menjadi fasilitator kerja sama bagi negara berkembang. Namun, bentuk kerja sama ini bukan menjadi pengganti kerja sama Utara-Selatan, yang mengakomodir negara maju dengan negara berkembang.
Komitmen kerja sama Selatan-Selatan Indonesia telah dimulai sejak penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika tahun 1955 yang telah melahirkan Gerakan Non-Blok. Indonesia selalau menjaga semangat solidaritas antarnegara berkembang atau biasa disebut dengan negara Selatan melalui berbagai macam program kegiatan pembangunan.
Pentingnya kerja sama selatan-selatan (KSS) kembali disuarakan RI di Markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Maka dari itu FISIP UI beserta Tim Koordinasi Nasional Kerjasama Selatan-Selatan menggelar Seminar on Indonesia’s South-South And Triangular Coopreation :Proud to Contribute: Maximizing Potentials in South-South Cooperation”.
Dalam seminar tersebut hadir Moh. Syarif Alatas (Direktur Kerjasama Teknik, Kementrian Luar Negeri), Dinur Krismasari (Senior Representative JICA Indonesia), Asra Virgianita (Dosen hubungan Internasional FISIP UI), Mickael B. Hoelman (Senior Advisor INFID) serta moderator oleh Valerina Daniel. Seminar ini bertempat di Auditorium Juwono Sudarsono, Kamis (18/05/2017).
Menurut Moh. Syarif, Indonesia memasuki tingkatan baru sebagai negara berpendapatan menengah dan anggota G20. Masyarakat internasional semakin berharap lebih pada Indonesia, bukan hanya sebagai negara penerima, namun juga sebagai negara penyedia bantuan.
Hal tersebut tercermin dari jumlah permintaan program pembangunan kapasitas dari negara-negara berkembang yang terus meningkat kepada Indonesia sehingga semakin menunjukan kepercayaan yang tinggi dari masyarakat internasional.
Maka dibutuhkan kontribusi secara nyata Indonesia dalam kerja sama Selatan-Selatan (KSS) yang terus meningkat. Kegiatan pembangunan itu antara lain pelati9han, magang, pengiriman tenaga ahli, dll yang ditujukan bagi negara-negara di benua Asia, Afrika, erropa dan Amerika.
“Indonesia berbeda dengan negara lain dikarenakan pendekatan KSS yang berbasis knowledge sharing. Indonesia selalu berusaha berbagi secara tulus tanpa ada embel-embel. Selain itu, Indonesia bukan hanya berbagi best practice tapi juga pengalaman negatif yang sebaiknya jangan diadopsi oleh negara lain. Ini yang membuat Indonesia unik.” tegas Dinur krismasari.
Sumber : fisip.ui.ac.id