Universitas Indonesia (UI) kembali bergiat dalam pembangunan fasilitas penunjang kegiatan akademik. Salah satunya, pembangunan Balai Serbaguna Balai Purnomo Prawiro yang terletak di kawasan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UI.
Seperti namanya, balai serbaguna ini memang diinisiasi sekaligus didanai sepenuhnya oleh Purnomo Prawiro, Presiden Direktur PT. Blue Bird, Tbk.
Pembangunan Balai Purnomo Prawiro diproyeksikan berjalan selama setahun penuh terhitung sejak prosesi peletakan batu pertama yang dihelat Rabu (14/8).
Dalam prosesi tersebut, terpantau hadir Rektor UI Prof. Muhammad Anis, M.Met, Dekan FISIP UI Dr. Arie Setia budi Susilo, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) RI Prof. Bambang Brodjonegoro, Kepala Badan Kreatif Triawan Munaf, dan Ketua Iluni UI Arief Budhy Hartono.
Dalam sambutannya, Purnomo Prawiro enggan dicap mengabadikan namanya lantaran menjadi donator tunggal.
“Kalau pakai nama saya, Insya Allah anak dan cucu-cucu saya tetap perhatikan agar gedung ini eksis dan baik,” harap Purnomo sebelum menyambung, “Kampus itu tempat kita menimba ilmu dan berbakti untuk bangsa.”
Balai Purnomo Prawiro nantinya bakal menerapkan konsep green building seraya ramah bagi difabel. Luas bangunannya mencapai 4.920 meter persegi dengan sebuah auditorium tiga lantai berkapasitas 1.050 orang dan gedung perkuliahan setinggi delapan lantai.
Seiring menggendutnya jumlah mahasiswa UI setiap tahun, balai ini mampu menunjang kebutuhan mahasiswa seperti kuliah, kelas besar, seminar, gelar wicara, pertunjukan seni, secara prima.
Pembangunan balai serbaguna oleh Purnomo yang notabene bos perusahaan transportasi swasta mendapat acungan jempol oleh Menteri PPN RI.
“Tidak bisa andalkan APBN. Dana dari Kemenristekdikti (Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi) terbatas, jadi kampus harus akrobat untuk bangun fasilitas,” jelas eks menteri keuangan itu.
Di sisi lain, Bambang juga menyayangkan langkah para pengusaha dalam negeri lebih memilih menyumbang pembangunan di universitas mancanegara atau justru mendirikan universitas baru. Keduanya tidak memberi manfaat signifikan.
Pertama, universitas mancanegara, khususnya di negara-negara maju, tidak menderita keterbatasan dana. Kedua, berdirinya universitas-universitas anyar tak disertai dengan pertumbuhan jumlah dan mutu sumber daya manusia dalam negeri, khususnya tenaga pengajar.
Sebelumnya, UI sendiri telah memiliki beberapa auditorium yang tersebar di gedung-gedung fakultas dan Perpustakaan Pusat UI.
Namun, kapasitas auditorium yang sudah ada masih dibawah 300 kursi, sehingga kegiatan yang membutuhkan audiensi yang lebih dari 300 orang dengan sistem suara yang memadai masih sulit dilaksanakan.
Penulis: Vitorio Mantalean