Cold Water Immersion (CWI) atau cryotherapy yang selama ini diyakini dapat membantu para atlet mengurangi nyeri otot setelah olahraga atau kompetisi, ternyata juga bermanfaat sebagai pertolongan pertama bagi penderita hipertemia. Fakta ini disampaikan oleh Tim Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dalam International East Asian Medical Students’ Conference (EAMSC) 2023 di Kathmandu, Nepal.
CWI adalah praktik berendam selama 10–15 menit di air dingin dengan suhu 10–15 derajat Celsius. Dilansir dari portal Headline, Dr. A. Brion Gardner, seorang ahli bedah ortopedi dari The Centers for Advanced Orthopaedics, mengatakan mandi es dapat membantu para atlet untuk pemulihan lebih cepat, pengurangan kerusakan otot dan jaringan, serta peningkatan fungsi tubuh. Melihat fakta ini, Tim Mahasiswa FKUI melakukan tinjauan sistematis dan meta analisis terkait manfaat lain dari CWI. Mereka merangkum dan menyintesis efektivitas CWI dalam mengatasi heat stroke, termasuk menentukan suhu yang paling efektif serta level imersi terbaik.
Heat stroke merupakan kondisi darurat yang ditandai dengan hipertermia berat dan disfungsi organ yang menyebabkan tingkat morbiditas signifikan jika tidak ditangani dengan baik. Hipertermia terjadi ketika suhu tubuh terlalu tinggi atau lebih dari 38,5 derajat Celsius yang disebabkan oleh kegagalan pada sistem pengatur pendinginan suhu tubuh.
“Hipertermia ini umum terjadi di lingkungan panas. Pada 2015, jumlah orang yang terpapar gelombang panas meningkat 175 juta jiwa. Studi lain di negara tropis juga memperkirakan tingkat kematian akibat penyakit terkait panas mencapai 19,5%,” ujar Najma Ali selaku perwakilan dari Tim Mahasiswa FKUI.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Najma dan anggota lainnya, ditemukan bahwa CWI dapat dijadikan salah satu metode pertolongan pertama terbaik dalam kondisi hipertermia karena terbukti memiliki tingkat pendinginan yang lebih unggul, tingkat kelangsungan hidup yang baik, dan implementasi yang lebih mudah diakses dibandingkan ice water. CWI secara signifikan mampu menurunkan suhu tubuh pasien hipertermia dengan suhu optimal 14–16 derajat celcius dan level immersion di atas pinggang.
Temuan tersebut kemudian dirangkum dalam poster berjudul “Regulating the Temperature and Level of Cold Water Immersion as an Effective First-aid of Hyperthermia: A Systematic Review and Meta-Analysis of Randomized Studies”. Berkat bimbingan dari Prof. dr. Ardi Findyartini, Ph.D. selaku Guru Besar Departemen Pendidikan Kedokteran FKUI, serta Gilbert Lazarus, S.Ked. dan dr. Felix Lee, BMedSc(Hons) selaku mahasiswa senior FKUI, poster karya Tim Mahasiswa FKUI ini berhasil memenangkan Juara 1 di tingkat nasional dan mewakili Asian Medical Students’ Association (AMSA) Indonesia di ajang EAMSC 2023. Pada gelaran yang berlangsung 27–31 Januari ini, Tim mahasiswa FKUI menjadi Juara 2 di tingkat global.
“Saat presentasi, Tim Mahasiswa FKUI menampilkan drama singkat dengan alat bantu boneka agar materi yang disampaikan dapat diterima dengan mudah oleh audiens. Boneka tersebut diibaratkan sebagai penderita hipertermia yang suhunya tidak turun ketika diimersi dengan air bersuhu temperatur. Sebagai solusi, boneka diberi tindakan CWI dengan menenggelamkannya ke dalam mangkuk berisi air dingin untuk menurunkan suhu boneka. Ternyata, cara ini berhasil membangkitkan antusias juri dan penonton,” kata Shakira.