iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Universitas Indonesia (UI) dan Durham University menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) untuk menjalin kerja sama pendidikan dan kolaborasi penelitian ilmiah yang lebih intensif di berbagai bidang, khususnya terkait perubahan iklim pada Selasa (31/10) di Ruang Rapat A, Lantai 2, Gedung Pusat Administrasi Universitas, Kampus UI Depok.

Pertemuan tersebut dibuka oleh Kepala Kantor Internasional UI, drg. Baiduri Widanarko, MKKKK, Ph.D. dengan menjelaskan informasi mengenai UI sebagai Green Campus yang memiliki luas 320 hektare dengan enam danau dan satu hutan kota di dalam kampus. Sambutan dilanjutkan oleh Prof. Dr. Ir. Dedi Priadi, DEA selaku Wakil Rektor Bidang SDM dan Aset.

“Hari ini kita tidak hanya akan terlibat dalam diskusi yang bermakna, tetapi juga mengambil sebuah momen penting untuk memulai menandatangani MoU, sebuah dokumen yang akan menjadi fondasi bagi kita untuk memajukan penelitian, pendidikan, dan pemahaman budaya. Saya harap komitmen ini tidak sebatas kertas fisik saja. Ini merupakan langkah berinvestasi dalam masa depan mahasiswa, fakultas, dan komunitas global kita,” ujar Dedi.

Para delegasi Durham University merasa terhormat untuk mendiskusikan potensi kerja sama dengan UI. Durham University merupakan salah satu universitas terkemuka di Inggris yang secara konsisten menduduki peringkat 10 besar di negara tersebut. Didirikan pada 1832, Durham University menjadi universitas tertua ketiga di Inggris setelah Oxford dan Cambridge University. Durham University memiliki sejumlah lembaga penelitian yang multidisiplin, salah satunya adalah Institute of Hazard, Risk and Resilience yang berfokus kepada risiko bencana, termasuk bencana akibat perubahan iklim.

Director of International Office Durham University, Charlie Pybus, mengatakan, “Kami melakukan beberapa penelitian yang berkaitan dengan Indonesia, termasuk bagaimana mengatasi banjir di Jawa, khususnya di Jakarta, dan tentang gunung berapi. Kami melihat ada kemiripan prioritas penelitian antara Inggris dan Indonesia, yaitu terkait perubahan iklim dan kesehatan global, pembangunan berkelanjutan berbasis rendah karbon, pendidikan, dan perkembangan teknologi.”

Di lain sisi, Dr. Dony Abdul Chalid, S.E., M.M. selaku Wakil Direktur Sekolah Ilmu Lingkungan (SIL) UI menyampaikan bahwa UI melalui SIL juga menerapkan pendekatan multidisiplin dalam menanggapi isu lingkungan yang melibatkan dosen dan ahli dari berbagai bidang, termasuk saintek, sosial-humaniora, dan kesehatan. Mendengar hal tersebut, Durham University yang memiliki keunggulan dalam bidang biosains sangat tertarik berkolaborasi dengan SIL UI, salah satunya dengan melakukan kolaborasi riset terkait dampak perubahan iklim pada keanekaragaman hayati.

Professor Claire O’Malley, Global Pro-Vice-Chancellor Durham University menyambut baik diskusi tersebut dan merasa antusias akan potensi kolaborasi Durham University dengan UI. “Diskusi ini sangat menarik. Terdapat sejumlah bidang di mana kita dapat memperdalam dan memperluas kerja sama, salah satunya terkait ilmu politik, hukum, dan hubungannya dengan climate justice (keadilan iklim). Ini merupakan topik yang sangat hangat saat ini, karena ini bukan hanya tentang bagaimana kita memahami dampak perubahan iklim di berbagai belahan dunia. Tetapi juga bagaimana kita mengembangkan regulasi dan hukum internasional sehubungan dengan perubahan iklim dan transisi energi dalam konteks keadilan sosial,” kata Claire.

Lebih lanjut, Durham University dan UI berencana mengembangkan kolaborasi riset tentang teknologi pemodelan perubahan iklim. Sebelumnya, peneliti geografi Durham University yang ahli dalam remote sensing juga telah melakukan sejumlah pemodelan terkait perubahan iklim dan meramalkan bencana dari sudut pandang pemodelan. Dengan demikian, UI juga dapat mengembangkan kemampuan riset dalam pemodelan perubahan iklim yang bisa menjadi dasar kebijakan dan tindakan mitigasi perubahan iklim di Indonesia.

Riset menggunakan pendekatan historis untuk mengelola bencana alam, misalnya menggunakan pengetahuan sejarah dalam mitigasi banjir juga menarik perhatian. Departemen arkeologi dan antropologi dari UI dan Durham University tertarik meneliti bagaimana melestarikan warisan budaya dalam kondisi perubahan iklim. Tak hanya tertarik melakukan kolaborasi riset, kedua institusi pendidikan tersebut juga berencana bekerja sama dalam program pertukaran pelajar.

Pertemuan dan penandatanganan MoU ini turut dihadiri oleh perwakilan UI di antaranya Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan, FISIP UI, Nurul Isnaeni, Ph.D.; Direktur Disaster Risk Reduction Center UI, Prof. Dra. Fatma Lestari, M.Si., Ph.D.; Direktur Social and Cultural Research Center UI, Dr. Ari Prasetiyo, S.S., M.Si.; dan Koordinator International Cooperation, FH UI, Iffah Karimah, S.H., M.Sc. Adapun perwakilan Durham University lainnya adalah Regional Director Southeast Asia, Audrey Kon.

Related Posts