Depok, 23 Juli 2024. UNESCO menetapkan batik Indonesia yang sarat simbolisme dan budaya sebagai Intangible Cultural Heritage (ICH) atau Warisan Budaya Takbenda pada 2 Oktober 2009. Sejak mendapat pengakuan tersebut, batik lokal mengalami perkembangan yang cukup signifikan di berbagai daerah. Ia telah menjadi bagian dari identitas bangsa Indonesia, sehingga batik tidak hanya sebatas kain tradisional melainkan juga simbol kekayaan adat dan budaya. Selain itu dengan berbagai teknik dan motif, batik menjadi kekayaan industri kreatif yang mampu menopang perekonomian masyarakat sejak dimulainya era industrialisasi batik di pertengahan Abad ke-19 hingga kini.
Universitas Indonesia (UI) ikut ambil peran strategis dalam memelihara dan menumbuhkan industri batik bersama para mitranya, seperti yang dilakukan bersama Sanggar Budaya Budi Rahayu di kawasan Merapi Merbabu. UI dalam hal ini diwakili oleh Direktorat Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (DPPM) memberi kontribusi dalam pengembangan desain, pengemasan, pemasaran, dan pengembangan branding. Kolaborasi yang dilakukan dalam wujud pelatihan membatik itu mendapat dukungan pembiayaan dari Program Dana Indonesia Kategori Dukungan Institusional bagi Organisasi Kebudayaan 2023/2024 Dirjen Kebudayaan.
Kegiatan tersebut ditujukan bagi para ibu muda dan remaja yang tertarik mengembangkan usaha batik untuk meningkatkan perekonomian keluarga. Dari data yang diperoleh penyelenggara pelatihan membatik tersebut, saat ini cukup banyak ibu rumah tangga yang tidak lagi bekerja di ladang, karena harus menjaga anak-anaknya.
Fakta ini mendorong Sanggar Budaya Budi Rahayu terpangil untuk memberikan keterampilan yang berkaitan erat dengan industri kreatif. Diharapkan, keterampilan itu akan berdampak pada peningkatan pengetahuan dan ekonomi keluarga. Selain ibu-ibu muda, para remaja yang tergabung dalam Karang Taruna juga diajak berperan serta dalam proses pembatikan.
Tahapan pelaksanaan kegiatan ini diawali lewat penjaringan warga yang akan ikut dalam kelompok pembatik. Tahap berikutnya adalah penyediaan sarana dan prasarana produksi, seperti modal berupa alat produksi dan bahannya. Tahap terakhir adalah proses pelatihan pembatikan.
Proses pelatihan pembatikan awal sudah dilaksanakan pada 5-7 April 2024, diikuti lebih kurang 20 orang peserta. Mereka adalah ibu-ibu PKK dan remaja Karang Taruna dari Dukuh Sengon, Desa Senden, Kecamatan Selo, Kabputane Boyolali.
Pelatihan teknik membatik dilakukan menggunakan canting dan kuas, di atas kain seukuran sapu tangan dan seukuran selendang dengan pewarna rhemasol. Selanjutnya, pelatihan tahap kedua adalah proses pembatikan di kain panjang (2 meter) yang dilaksanakan secara bertahap setiap bulan hingga berakhir di tanggal 30 Juni 2024.
Kegiatan Pelatihan & Pendampingan ini diadakan secara bertahap, sehingga para peserta mampu memproduksi dan memasarkan sendiri batiknya. Kegiatan tersebut diharapkan tidak hanya sebatas pelatihan dan keterampilan. Pihak Sanggar Budaya Budi Rahayu berharap bahwa produk batik ini dapat dijalankan sebagai bagian dari pengembangan ekonomi masyarakat melalui pendampingan dari UI yang berfokus pada pemasaran dan inovasi produk turunanannya.
Dr. Rias Antho Rahmi Suharjo, M.A. selaku Ketua didukung Widhyasmaramurti, M.A., Dr. Ari Prasetiyo, M.Hum. dan Murni Widyastuti, M.Hum. mendampingi masyarakat melalui kegiatan pengenalan pengemasan, pemasaran, dan pengembangan branding produk batik melalui narasi cerita terkait motif batik yang dihasilkan.
Dr. Rias mengatakan bahwa UI senantiasa berkomitmen dalam upaya mendukung pelestarian budaya lokal dan mendukung penguatan ekonomi masyarakat yang berkesinambungan. “Dengan berfokus pada pemasaran dan inovasi produk batik dan turunannya seperti busana, dan bantal sofa, walaupun masih dalam skala mikro, kegiatan membatik ini dapat menjadi solusi bagi masyarakat di masa sulit, khususnya di masa belum panen, atau saat nilai panen rendah,” ujar Dr. Rias.
Sebagai fasilitator pelatihan pembatikan, Sanggar Budaya Budi Rahayu mengundang beberapa narasumber, yaitu Widhyasmaramurti, MA (dosen Sastra Jawa UI) yang mengajarkan teknik pencantingan, Ana Wahyuni dan Noviana Rossy (perajin batik dari Batikku Ciprat Salatiga), yang mengajarkan teknik membatik dengan kuas dan pewarnaan rhemasol. Kegiatan pelatihan bertempat di Workshop Sanggar Budi Rahayu d/a Rumah IQBAL Dukuh Sengon Desa Senden Kecamatan Selo.
Pada kesempatan tersebut, Sanggar Budi Rahayu, tim dosen Universitas Indonesia, dan didukung oleh Donny Tattoo (seniman Boyolali) mengembangkan tiga motif baru yang nantinya menjadi identitas dari kawasan timur lereng Merapi Merbabu, yaitu Motif Brengolo, Motif Anjang Kencana dan Motif Merapi-Merbabu. Motif Brenggolo terinspirasi dari sapi Brenggolo, motif Anjang Kencana terinspirasi dari tradisi lisan masyarakat petani di masa panen, dan motif Merapi Merbabu mendapat inspirasi dari wilayah pembatikan. Ketiga motif batik itu diharapkan dapat benar-benar diproduksi secara kontinu, sehingga masyarakat bisa mendapatkan nilai ekonomi dari indutri batik tersebut. Tiga motif ini nantinya akan terus dikembangkan sebagai motif dasar yang dapat berkembang sesuai ciri dan karakter wilayah lokal.
Renny mewakili para peserta dari komunitas Ibu PKK merasa senang mengikuti pelatihan ini dan mengungkapkan bahwa ternyata membatik itu menyenangkan. Di luar dugaannya, ia dapat mengikuti pelatihan dengan baik serta dapat menghasilkan produk batik yang menarik. Hal ini menumbuhkan optimisme bagi para peserta, meski mereka baru mempelajari batik.
Walau masih dalam skala mikro, tapi kegiatan ini dapat menjadi solusi bagi masyarakat di masa sulit, khususnya di masa belum panen, atau saat nilai panen rendah. Kemudian, untuk mendukung proses pembatikan ramah lingkungan, dapat diadakan pelatihan lanjutan dengan proses pewarnaan alami dengan bahan pewarna alam yang diambil dari wilayah lereng Timur Merapi Merbabu yang kaya akan hasil alam.
Selaku Ketua Sanggar Budaya Budi Rahayu, Kristianto mengucapkan terimakasih kepada Dirjen Kebudayaan melalui dukungan pembiayaan dari Program Dana Indonesiana Kategori Dukungan Institusional Bagi Organisasi Kebudayaan 2023/2024, dan kepada Direktorat Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Universitas Indonesia karena telah mefasilitasi program-program sanggar, khususnya program pengembangan industri kreatif berbasis budaya melalui pengembangan motif batik di lereng timur Gunung Merapi dan Merbabu.