Depok, 21 Februari 2025. Selain menuntut ilmu di kelas, mahasiswa memiliki peran penting dalam membangun masyarakat yang lebih baik. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan menjadi relawan seperti yang dilakukan Sirhan Muhammad Dehya Alqolbi, mahasiswa Program Studi (Prodi) Hubungan Masyarakat, Program Pendidikan Vokasi, Universitas Indonesia (UI). Melalui Projek Indonesia #2 yang diselenggarakan Global Youth Ambassador, Sirhan menjadi salah seorang relawan yang melakukan pengabdian di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Dengan mengikuti kegiatan ini, Sirhan ingin memberikan dampak secara langsung kepada masyarakat. Melalui media sebagai relawan tersebut, Sirhan memanfaatkannya secara maksimal untuk belajar dan mengimplementasikan ilmu yang telah ia dapatkan di kelas maupun di luar kelas. Bersama dengan 31 rekannya yang juga ikut dalam Projek Indonesia #2, Sirhan menyambangi Dusun Ntaur, Desa Nuca Molas, Pulau Mules, Nusa Tenggara Timur.
Pada pelaksanaannya, tim dibagi dalam empat kelompok, yaitu pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan pariwisata. Sirhan yang berfokus pada bidang pendidikan, mengatakan bahwa kondisi pendidikan di sana cukup memprihatinkan. Di satu pulau kecil, hanya terdapat satu sekolah dasar dan dua sekolah menengah pertama. Sehingga, masyarakat yang akan melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi harus menyeberang dan tinggal di daratan seberang.
“Kami berupaya mengajak para siswa SD dan SMP untuk belajar berbagai macam hal, baik ilmu eksak maupun hard skill dan soft skill. Kami juga berkoordinasi dengan guru, serta perwakilan kelompok sadar wisata (pokdarwis) di sana dalam menyelenggarakan berbagai kegiatan,” ujar Sirhan.
Lebih lanjut ia menceritakan, perjalanan menjadi relawan juga dihadapkan dengan berbagai tantangan. Misalnya, kendala komunikasi yang terjadi karena desa tersebut memiliki akses jaringan telepon dan internet yang terbatas. Selain itu, mengajak anak-anak SD untuk berkegiatan pun cukup menjadi tantangan tersendiri bagi mereka. Meskipun demikian, tantangan tersebut tidak menjadi hambatan untuk terus melakukan kebaikan dan pengabdian pada masyarakat.
Selain dari segi pendidikan yang aksesnya masih terbatas, Sirhan juga mengatakan bahwa beberapa anak di Desa Nuca Molas memiliki kondisi gigi yang kurang bersih dan sehat. Sirhan dan rekan-rekannya pun membagikan beberapa peralatan dan sosialiasi mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) kepada masyarakat sekitar.
Dari sisi lingkungan, banyak terdapat sampah di pesisir pantai yang terbawa arus dari daratan seberang. Sehingga, tim berupaya melakukan kegiatan membersihkan sampah-sampah tersebut. Terakhir, Desa Nuca Molas yang berada di pulau terpencil memiliki kekayaan alam yang sangat indah dan bisa dimanfaatkan sebagai sektor pariwisata.
Sirhan menambahkan bahwa pengalaman menjadi relawan yang berlangsung pada 5-12 Januari 2025 ini, juga didukung dengan kemampuan dan kompetensi dirinya yang dikembangkan melalui pembelajaran di kampus. “Sejak persiapan, saya mengimplementasikan mata kuliah stakeholder relations terhadap program kerja yang akan dilakukan. Selain itu, kerangka kerja yang dibuat berdasarkan prinsip SWOT, PESO, dan SMART, juga membantu saya dan tim saat di lapangan,” kata Sirhan.
Adapun, Muhammad Yamin, salah seorang wali kelas sekolah dasardi Desa Nuca Molas, mengungkapkan bahwa kehadiran Sirhan dan delegasi lainnya memberikan banyak dampak positif pada lingkungan sekitar. “Kami merasa sangat puas dan berterima kasih dengan kegiatan yang teman-teman lakukan. Bahkan, para siswa juga merasakan kebahagiaan di setiap program kerja yang diadakan dari teman-teman,” kata Yamin.
Sebagai Ketua Divisi Pendidikan, Sirhan berharap agar guru-guru di Desa Nuca Molas dapat terus menjaga mimpi anak-anak agar terwujud. “Semoga semua program kerja yang sudah kami lakukan di sana menjadi gambaran besar agar mereka bisa membuka lebih lebar pengetahuan tentang dunia, berbagai hal yang seharusnya bisa dicicipi di umur mereka sekarang, materi yang seharusnya sudah mereka kenali, serta mimpi dan harapan yang semakin bisa digapai. Terakhir, saya juga berharap agar inklusivitas terhadap desa-desa terpencil lainnya di Indonesia ini dapat menjadi perhatian bagi semua pihak, baik pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, lembaga pendidikan, maupun industri, dan pihak lainnya,” ujar Sirhan.