id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Berbagi Tips Membuat Aplikasi Berkualitas di Seminar Gemastik 9

shutterstock_326855354

Sabtu (29/10/2016), Universitas Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) mengundang para pakar Teknologi Informasi (TI) untuk mengisi seminar bertema “Enabling Smart Society Through ICT”.

Seminar ini merupakan bagian dari rangkaian acara Gemastik 9.

Seminar yang berlangsung di Aula Terapung UI ini terbagi menjadi tiga sesi. Sesi pertama diisi oleh Hasanul Hakim selaku Head of Mobile Development Bukalapak dan Teguh Nugraha selaku Data Scientist Lead Bukalapak.

Sementara itu, sesi kedua diisi oleh Risman Adnan selaku Director Samsung R&D Institute Indonesia (SRIN) dan sesi ketiga diisi oleh Irving Hutagalung selaku Audience Evangelism Manager Microsoft.

Di hadapan para finalis Gemastik 9, Hasanul dari Bukalapak membagikan kiat-kiat untuk menghasilkan aplikasi yang berkualitas. Pertama, ia menyarankan untuk mempublikasikan aplikasi yang bebas dari bugs.

Dalam aplikasi, bugs merupakan kesalahan desain pada perangkat lunak yang menyebabkan program tidak berfungsi semestinya.

“Untuk meminimalisasi kesalahan, gunakan tools untuk memantau bugs yang dimiliki tiap versi aplikasi,” ujar Hasanul. Di Bukalapak, ia mengaku sering menggunakan tools bernama Fabric untuk melihat tren bugs yang muncul.

Kedua, tampilan dari sebuah aplikasi juga mencerminkan kualitasnya. Menurut Hasanul, tampilan yang baik akan membuat aplikasi lebih mudah digunakan.

Di Bukalapak misalnya, Hasanul dan timnya mengubah tampilan menu aplikasi dari model hamburger yang memperlihatkan menu berjejer menjadi model tabs seperti yang digunakan oleh aplikasi populer Instagram dan Path.

Hal ini terbukti meningkatkan paid rate sebesar 5% dan CVR sebesar 0,1—0,2%. Itulah sebabnya penting untuk berkonsultasi dengan desainer User Experience dan User Interface (UI/UX).

Selanjutnya, aplikasi yang berkualitas ditentukan oleh kecepatan aksesnya. Sebuah aplikasi yang baik hanya memerlukan waktu sekitar 3 detik ketika diakses (loading). Untuk itu, Hasnul menyarankan agar tak terlalu banyak Application Programming Interface (API) yang  digunakan dalam setiap screen.

“Intinya, jangan buat user menunggu. Sebisa mungkin kita selalu memberikan suggestion sebelum dia selesai mengetik pencariannya di aplikasi kita,” ujar Hasnul.

Selain kecepatan akses, aplikasi yang baik juga harus “mengenal” penggunanya. Dengan kata lain, apa yang disajikan oleh aplikasi sebisa mungkin sesuai dengan minat pengguna aplikasi itu.

Untuk itu, pengembang aplikasi dapat memanfaatkan fitur push notification yang mengirimkan pemberitahuan langsung ke ponsel pengguna. Namun, pembuat aplikasi harus cermat memilih notifikasi yang dikirimkan karena dapat mengganggu pengguna dan berujung pada uninstall rate yang meningkat.

Kiat kelima adalah improvisasi terus-menerus pada aplikasi yang telah dirilis. Pasalnya, sistem operasi Android dan iOS selalu mengeluarkan versi terbarunya secara rutin.

Jika aplikasi tidak beradaptasi dengan sistem operasi versi terbaru, tentu akan menghasilkan bugs yang menghambat. Idealnya, sebuah aplikasi diperbarui setiap 2—3 minggu sekali.

Terakhir, aplikasi yang berkualitas tentu dihasilkan oleh tim yang berkualitas pula. Oleh karena itu, Hasnul berpesan untuk selalu mempekerjakan orang baru dengan kemampuan lebih dari tim yang sudah ada. “Don’t ever compromise with talent,” tutur Hasnul di akhir sesinya.

Seminar ini merupakan bagian dari Gemastik 9. Kegiatan tahunan yang telah berlangsung sembilan kali ini merupakan program Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas peserta didik sehingga mampu mengambil peran sebagai agen perubahan dalam memajukan TIK di Indonesia.

 

Penulis: Dara Adinda Kesuma Nasution

Related Posts