id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Dampak Perawatan Periodontal Terhadap Kondisi Sistemik

Rektor Universitas Indonesia (UI) Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D mengukuhkan lima guru besar UI Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) dan dua guru besar Fakultas Kedokteran (FK) dalam Sidang Terbuka Upacara Pengukuhan Guru Besar (GB), yang diadakan secara virtual pada Sabtu, 24/4. Salah seorang yang dikukuhkan adalah Prof. Dr. Yuniarti Soeroso, drg., Sp.Perio(K), menjadi guru besar ke-32 di FKG UI dan ke-350 di UI.

Dalam pengukuhannya, Prof. Yuni menyampaikan pidato berjudul “Dampak Perawatan Penyakit Periodontal terhadap Kondisi Sistemik.” Menurutnya, berdasarkan laporan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 Kementerian Kesehatan, Periodontitis merupakan penyakit periodontal dengan prevalensinya di Indonesia sebesar 74,1%. Global Burden of Disease (GBD) juga menunjukkan bahwa severe periodontitis merupakan penyakit nomer 6 yang terjadi di dunia dengan prevalensi 11, 2% dan mengenai hampir 743 juta jiwa. Penyakit periodontal merupakan salah satu beban global penyakit kronis.

Periodontitis adalah penyakit inflamasi kronis multifaktorial yang disebabkan oleh plak gigi atau biofilm yang ditandai dengan kerusakan jaringan penyangga gigi, dapat bersifat akut atau kronis dan progresif. Gejala klinis periodontitis terjadi kehilangan perlekatan epitel, pendalaman poket periodontal, perdarahan saat probing, resesi gingiva, kerusakan tulang angular, kelainan furkasi, kegoyangan gigi, hingga lepasnya gigi.

“Penyakit periodontal diinisiasi oleh adanya disbiosis bakteri rongga mulut, dimana terjadi perubahan lingkungan oral yang kondusif bagi bakteri pathogen rongga mulut untuk tumbuh dan bersifat memicu keradangan pada jaringan periodontal. Bukti ilmiah terkini menunjukkan bahwa penyakit periodontal bukan merupakan infeksi bakteri sederhana tetapi merupakan penyakit infeksi kompleks multifaktorial yang berinteraksi dengan mikroba subgingiva, kekebalan tubuh, dan respons inflamasi,” ujarnya.

Prof. Yuni memaparkan bahwa penyakit periodontal dapat mengakibatkan peningkatan risiko penyakit sistemik, memperburuk atau bahkan sebagai pemicu. Berbagai penyakit sistemik dan kondisi sistemik yang berhubungan dengan penyakit periodontal diantaranya penyakit diabetes mellitus, penyakit jantung koroner, stroke, HIV, osteoporosis, dan alzeimer. Pada sistem reproduksi terjadinya peradangan jaringan periodontal dapat menyebabkan bayi lahir prematur, berat bayi lahir rendah (BBLR), dan preeklamsia. Infeksi periodontal juga dapat mempengaruhi sistem pernafasan. Penyakit periodontal dan diabetes mellitus mempunyai hubungan sangat kompleks, dan diabetes terbukti merupakan faktor risiko penyakit ini.

Lebih lanjut Prof. Yuni menjelaskan perawatan periodontitis dapat berupa tindakan non–bedah dan bedah periodontal. Pada perawatan periodontal non-bedah dilakukan tindakan perawatan utama, yaitu scaling dan root planing (SRP). Saat ini banyak dikembangkan penggunaan agen tambahan seperti pemakaian antibiotik lokal, antimikroba, dan probiotik.

Terapi probiotik memberi dampak positif untuk rongga mulut dan kesehatan tubuh secara umum. Perawatan bedah dilakukan bergantung pada besarnya kerusakan jaringan penyangga, pada periodontitis berat disertai poket yang dalam dan kerusakan tulang, perlu dilakukan perawatan bedah periodontal dan kombinasi perawatan regenerasi berupa cangkok tulang.

Dari hasil meta analisis terlihat bahwa perawatan periodontal bermanfaat untuk mengurangi faktor risiko penyakit kardiovaskular, terutama untuk pasien dengan komorbiditas terkait penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus. “Perlunya rekomendasi secara nasional terkait kelainan sistemik seperti penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus, dan kehamilan untuk melakukan pemeriksaan gigi dan perawatan penyakit periodontal, yang diharapkan dapat meningkatkan kesehatan rongga mulut, memperbaiki kondisi sistemik atau mengurangi faktor risiko terjadinya kelainan sistemik, serta kesehatan umum secara keseluruhan,” ujar Prof. Yuni.

Di akhir pidatonya, ia menyampaikan bahwa pengendalian penyakit periodontal dan faktor risiko penyakit sistemik melalui perawatan periodontal yang adekuat, diharapkan dapat meningkatkan kesehatan rongga mulut, kondisi sistemik dan kesehatan umum secara keseluruhan. Prof. Yuni menempuh pendidikan Sarjana Kedokteran Gigi (tahun 1982) hingga jenjang Doktoral (tahun 2011) di FKG UI. Ia pernah menjabat sebagai Direktur Rumah Sakit Gigi dan Mulut di tahun 2001-2007, menjadi Kepala Departemen Periodonsia FKG UI tahun 2004-2008, Ketua Ikatan Periodonsia Indonesia  (IPERI) 2011-2017, serta sebagai Councillor Asian Pacific Society of Periodontology (APSP) 2013 – sekarang. Tercatat sebanyak 6 hibah penelitian yang telah dilaksanakannya pada tahun 2018-2020.

Pada pengukuhan tersebut, hadir tamu undangan antara lain Prof. Dr. Kusnandi Rusmil, dr., Sp.A(K)., MM (Guru Besar Universitas Padjajaran/ Peneliti Utama Vaksin Covid-19), Prof. Dr. Chiquita Prahasanti., drg., Sp.Perio(K) (Ketua Kolegium Periodonsia Indonesia dan ketua MKKGI), Prof. Dr. drg Sudibyo, SU, Sp Perio (K) (Guru Besar FKG Universitas Mohamadiyah (UMY), Prof. Dr. Dewi Nurul Mustaqimah, drg., MS., Sp.Perio(K) (Guru Besar FKG YARSI dan Ketua Dep. Periodonsia), Prof. Dr. Lies Zubardiah, drg. Sp.Perio (Guru Besar FKG Univ. Trisakti). Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp. RKG (K) (Dekan FKG Universitas Sumatera Utara), Prof. DR. drg. Mohamad Rubianto MS. Sp.Perio(K) (Dekan FKG Universitas Airlangga Periode 2001-2007), Prof. Dr. Sri Oktawati, drg., Sp.Perio(K) (KPS Prodi Periodonsia UNHAS dan Sekretaris Senat Akademik FKG Universitas Hasanuddin), Dr. drg. Ahmad Syaify, Sp.Perio(K), FISID (Dekan FKG Universitas Gadjah Mada), Saidina Hamzah Daliemunthe, drg., Sp.Perio(K) (Dosen Dep. Periodonsia FKG Universitas Sumatera Utara) serta para dekan/direktur dari fakultas/pascasarjana/program pendidikan vokasi yang ada di UI. Acara tersebut disiarkan juga melalui UIteve dan kanal Youtube resmi UI.

Related Posts