Dalam upaya mengurangi dampak perubahan iklim dalam praktik medis, The Asian Pacific Association of Gastroenterology (APAGE) merilis serangkaian pernyataan mengenai praktik berkelanjutan di bidang gastroenterologi, hepatologi, dan endoskopi gastrointestinal dalam artikel berjudul “APAGE Position Statements on Green and Sustainability in Gastroenterology, Hepatology, and Gastrointestinal Endoscopy”. Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Gastroenterology and Hepatology pada tahun 2025, volume 0, halaman 1-11 ini menyoroti pentingnya adopsi prinsip keberlanjutan dalam layanan kesehatan untuk mengurangi jejak karbon dan meningkatkan efisiensi pengelolaan limbah medis.
Salah satu tokoh dalam penelitian ini adalah Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), yang juga Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, MMB bersama 22 ahli gastroenterologi menyusun rekomendasi terkait penerapan strategi hijau dalam praktik medis, utamanya untuk negara berkembang seperti Indonesia.
Penelitian APAGE menyatakan bahwa sektor kesehatan berkontribusi secara signifikan terhadap emisi gas rumah kaca. Endoskopi gastrointestinal, sebagai prosedur diagnostik dan tatalaksana yang dilakukan, memiliki jejak karbon yang cukup besar akibat penggunaan energi, alat sekali pakai, serta limbah medis. Oleh karena itu, penelitian ini merekomendasikan langkah-langkah seperti penggunaan kembali perangkat medis yang memungkinkan, optimalisasi pemanfaatan teknologi berbasis kecerdasan buatan dalam diagnosis, serta penerapan praktik telemedicine untuk mengurangi kebutuhan kunjungan langsung pasien.
Lebih lanjut, Prof. Ari menekankan bahwa rekomendasi ini sangat relevan bagi Indonesia. “Sebagai negara berkembang dengan populasi besar, Indonesia perlu mengadopsi sistem pelayanan kesehatan yang lebih ramah lingkungan tanpa mengurangi kualitas layanan. Pengurangan prosedur yang tidak perlu, serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya kesehatan adalah langkah penting yang dapat diterapkan di berbagai rumah sakit di Indonesia,” kata Prof. Ari.
Selain itu, FKUI sebagai institusi akademik terkemuka di Indonesia memiliki peran penting dalam mengedukasi tenaga medis mengenai pentingnya praktik berkelanjutan dalam dunia medis. Melalui riset dan pendidikan, FKUI dapat menjadi pionir dalam penerapan standar praktik hijau di bidang gastroenterologi dan kedokteran pada umumnya.
APAGE telah mengembangkan serangkaian pernyataan posisi yang bertujuan untuk membimbing praktisi kesehatan dalam menerapkan praktik berkelanjutan di bidang gastroenterologi. Salah satu rekomendasi utama dari penelitian ini adalah pemanfaatan kecerdasan buatan dalam endoskopi untuk meningkatkan ketepatan diagnosis dan mengurangi kebutuhan biopsi yang tidak perlu. Selain itu, penelitian ini juga menegaskan pentingnya mengurangi penggunaan endoskop sekali pakai demi menekan limbah medis.
Penelitian ini menjadi langkah yang penting dalam pergerakan menuju sistem kesehatan yang lebih hijau dan berkelanjutan. Dengan keterlibatan ahli dari berbagai negara, termasuk Indonesia, diharapkan rekomendasi ini dapat diadaptasi ke dalam kebijakan lokal guna mendukung kesehatan yang lebih baik bagi masyarakat sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.