Pada Rabu (22/05) di Student Center Fakultas Ekonomi UI, berlangsung diskusi publik yang mengangkat tema “Indonesia, Negara Paksaan?”. Diskusi yang diadakan oleh Badan Otonom Economica Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE UI) tersebut menghadirkan empat pembicara, yaitu Dekan FISIP UI Prof. Dr. Bambang Shergi Laksmono, M.Sc., anggota Komisi II DPR RI Budiman Sudjatmiko, Sejarawan J.J. Rizal, dan Antropolog UI Iwan Meulia Pirous.
Mengawali diskusi tersebut, J.J. Rizal menyampaikan soal ide mengenai pembentukan negara Indonesia dan jawaban-jawaban yang menjelaskan apakah Indonesia adalah negara yang dipaksakan atau tidak. Pembahasan kemudian dilanjutkan oleh Prof. Bambang Shergi yang memberikan paparan seputar identitas kebangsaan. Dia menyebutkan, untuk dapat menetapkan identitas perjuangan, bangsa Indonesia harus mampu menjadi bagian dari perjuangan di panggung dunia yang terdiri dari tiga komponen, yaitu pejuang pembangunan, pejuang hak asasi manusia, dan pejuang lingkungan hidup.
Pemaparan kemudian dilanjutkan oleh Iwan Pirous. Iwan pada kesempatan tersebut menyebutkan tiga perspektif dalam melihat kebangsaan, yaitu nasionalisme, perenialisme, dan modernisme. Ia juga menjelaskan bahwa nasionalisme adalah sesuatu yang penting karena nasionalisme dapat diceritakan bersama oleh bangsa Indonesia. Di Indonesia, banyak sekali musik yang menggambarkan tanah air. Ide kebangsaan, kata dia, harus diproduksi secara terus menerus. Kebangsaan menjadi penting saat ada rasa kebersamaan dan pengalaman yang sama.
Terakhir, pembahasan dilanjutkan oleh Budiman Sudjatmiko yang menuturkan bahwa NKRI merupakan sebuah garis awal yang mutlak dan perlu, bukan merupakan garis akhir yang mencerminkan nasionalisme yang mandek. Budiman juga menekankan bahwa Indonesia bukan hanya lahir untuk bangsanya sendiri, tetapi Indonesia juga lahir untuk menciptakan tata dunia global yang adil. (KHN)