iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Doktor FKUI Teliti Gangguan Irama Jantung Kompleks Ventrikel Prematur Idiopatik, Sebut Pentingnya Pengobatan Tepat Waktu

Jantung adalah organ tubuh yang terbentuk oleh berbagai komponen, termasuk pembuluh darah, otot, selaput, katup, sistem saraf, dan sistem listrik jantung. Dalam kondisi normal, semua bagian ini bekerja bersama-sama untuk memastikan jantung berfungsi dengan baik, memompa darah secara efisien tanpa henti. Gangguan pada salah satu komponen jantung dapat mengakibatkan berbagai jenis penyakit jantung, salah satunya adalah gangguan irama jantung atau aritmia.

Gangguan irama jantung terjadi karena ada gangguan pada pembentukan dan atau penjalaran impuls listrik dari bagian atrium ke ventrikel jantung. Hal ini mengakibatkan irama detak jantung yang tidak teratur, dapat menjadi terlalu lambat ataupun terlalu cepat. Salah satu jenis aritmia yang perlu diwaspadai adalah aritmia ventrikular, yaitu gangguan irama jantung yang terjadi pada bilik jantung. Lebih dari 80 persen aritmia pada kematian mendadak adalah jenis aritmia ventrikel.

Menurut dr. Novita Gemalasari Liman, Sp.JP, FIHA, mahasiswa Program Studi (Prodi) Doktor Ilmu Kedokteran, Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI), jenis gangguan irama jantung ventrikel yang paling umum adalah Kompleks Ventrikel Prematur (KVP) idiopatik, dengan prevalensi 5–12 persen pada populasi umum. Dalam kasus KVP idiopatik, sekitar 88 persen dari pasien mengalami penurunan fungsi pompa jantung sehingga jantung melemah.

Dalam penelitiannya, Novita menyebutkan para peneliti di University of California, Los Angeles, tahun 2019  menemukan bahwa beban KVP mengikuti irama sirkadian yaitu, sebuah irama biologis dengan periode 24 jam yang berfungsi menyelaraskan fungsi organ internal tubuh dengan perubahan lingkungan pagi hingga malam hari. Hal ini menunjukkan bahwa beban KVP berubah-ubah sepanjang hari, seperti jam biologis di dalam tubuh kita. Terdapat tiga jenis irama sirkadian beban KVP, yaitu tipe cepat (dominasi beban KVP pada pagi dan siang hari), tipe lambat (dominasi beban KVP pada malam hari), dan tipe independen (beban KVP konsisten sepanjang hari).

Terkait hal ini, Novita menelusuri parameter yang berkaitan dengan irama sirkadian pada KVP idiopatik sehingga dapat dikembangkan menjadi salah satu poin dasar individualisasi pemberian terapi sesuai irama sirkadian KVP. Novita melakukan pemeriksaan Holter selama 24 jam untuk memantau irama jantung pasien KVP. Novita juga mengambil sampel air liur pada tiga waktu berbeda dalam sehari untuk melihat tingkat hormon tertentu yang terkait dengan stres. Selain itu, dia meminta peserta untuk mengisi kuesioner tentang tingkat stres mereka.

Hasil penelitian didapatkan bahwa irama sirkadian beban KVP tipe cepat, lambat, dan independen masing-masing berhubungan secara khas dengan sistem yang memproduksi hormon dalam kondisi stres, sistem saraf autonom dan aspek psikologis. Penilaian tipe irama sirkadian KVP idiopatik perlu dilakukan secara rutin mengingat perbedaan proses yang mendasarinya dan kemungkinan perbedaan pada perjalanan penyakitnya.

Novita berharap penelitiannya ini bisa membantu dalam merancang pengobatan yang lebih baik untuk pasien KVP. Misalnya, jika seseorang memiliki irama jantung KVP yang dominan  pada pagi hari seperti KVP tipe cepat, pengobatan terapi antiaritmia akan diberikan pada pagi hari supaya lebih efektif.

Berkat penelitian berjudul “Analisis Ritme Sirkadian Kortisol dan Ritme Sirkadian Aktivitas Sistem Saraf Autonom Serta Skala Kesehatan Subjektif pada Kompleks Ventrikel Prematur Idiopatik” ini, Novita memperoleh gelar doktor dari FKUI. Sidang promosi doktornya dilaksanakan di Ruang Teaching Theater, Lantai 6 Tower Edukasi, Gedung IMERI FKUI, Salemba, Jakarta, pada Senin (4/9). Dalam sidang promosi tersebut, Novita dinyatakan lulus dengan predikat Summa Cum Laude di usianya yang baru menginjak 30 tahun.

“Saya sangat senang dengan istilah life long learning. Saya senang dengan ilmu karena ilmu pengetahuan dan keterampilan membuat saya mampu meningkatkan kualitas hidup pasien-pasien.  Alasan saya mengambil spesialis jantung dan pembuluh darah karena salah satu bidang yang melayani pasien dengan kondisi yang membutuhkan layanan emergensi dan life saving,” kata Novita.

Sidang promosi doktor tersebut diketuai oleh Dekan FKUI, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, MMB. Promotor pada sidang promosi doktor ini adalah Guru Besar Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah FKUI-RSPJN Harapan Kita, Prof. Dr. dr. Bambang Budi Siswanto, Sp.JP(K), FACC dengan ko-promotor yaitu dr. Sunu Budhi Raharjo, Sp.JP(K), Ph.D dan Dr. dr. Ina Susianti Timan, Sp.PK(K), MARS. Adapun tim penguji diketuai oleh Prof. Dr. dr. Suhendro, Sp.PD-KPTI dengan anggota yaitu Prof. dr. Franciscus D. Suyatna, Ph.D, Sp.FK; Prof. Dr. dr. Salim Haris, Sp.S(K), FICA; Dr. dr. Joedo Prihartono, MPH; Dr. dr. Kristiana Siste, Sp.KJ(K); dan penguji tamu dari Universitas Brawijaya, Prof. dr. Mohammad Saifur Rohman, Sp.JP(K), Ph.D.

Related Posts