id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Doktor UI Buat Model untuk Tingkatkan Perilaku Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif

fik

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang sempurna untuk bayi, baik dari kualitas maupun kuantitasnya. Idealnya, ASI diberikan secara eksklusif sampai usia anak mencapai 6 bulan, setelah itu ASI dapat diberikan dengan tambahan makanan pendamping sampai usia anak 2 tahun.

Namun, menurut data Kementerian Kesehatan tingkat pencapaian ASI eksklusif di Indonesia  hanya sebesar 52,3% pada tahun 2014. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI  dan tradisi yang kurang memahami akan pentingnya pemberian ASI ekslusif bagi bayi.

Padahal banyak efek buruk yang terjadi bila ASI tidak diberikan eksklusif ke bayi, seperti penurunan kecerdasan anak, kanker payudara , indung telur, dan osteoporosis pada ibu setelah menapouse, dan obesitas pasca kehamilan.

Untuk itulah, maka Jurana mengajukan suatu model edukasi bagi perawat dan ibu hamil untuk mengatasi permasalahan ini.  Konsep ini ia sebut dengan Intervensi model pendidikan kesehatan traskultural atau berbasis budaya pada ibu hamil tentang ASI eksklusif (IMTASIE).

Konsep model ini ia paparkan dalam sidang promosi doktor yang berlangsung pada Rabu (8/6/2016) di ruang promosi doktor Fakultas Ilmu Keperawatan UI, Gedung FIK lantai 4, Kampus UI Depok.

Dalam sidang ini Jurana berhasil mempertahankan disertasi berjudul “Model Pendidikan Kesehatan IMTASI Berbasis Budaya Kaili untuk Meningkatkan Perilaku Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif Tahun 2014” di hadapan tim penguji.

Dalam model ini sang ibu dan perawat akan diberikan dua modul pembelajaran yang berisi antara lain materi tentang nutrisi kehamilan sebagai penunjang produksi ASI, contoh-contoh menu makanan yang baik bagi ibu hami dan menyusui, serta edukasi tentang mitos-mitos kehamilan.

Dalam menguji efektifitas metode ini dalam meningkatkan pemberian ASI eksklusif, Jurana memberikan pelatihan kepada beberapa ibu hamil dan perawat di puskesmas Mamboro, Palu.

Untuk ibu hamil, Jumara membaginya menjadi 2 kelompok besar, yaitu kelompok kontrol dan kelompok yang diberikan intervensi IMTASIE. Evaluasi dilakukan setelah satu bulan intervensi berlangsung.

Hasilnya, ternyata peningkatan sebesar 73,4% suksesnya pemberian ASI eksklusif bagi kelompok yang diintervensi menggunakan model IMTASIE.

“Model IMTASIE menekankan pada sisi edukasi bagi ibu hamil dan perawat. Diharapkan mitos-mitos/kebiasaan kehamilan yang tidak benar , seperti memberikan madu pada bayi, dapat terkonfirmasi dan tidak dilakukan lagi,” ujar Jumara.

Terakhir ia berharap hasil penelitiannya dapat dimplementasikan di Indonesia. Menurutnya, peningkatan  pemberian ASI ekslusif di Indonesia dapat dicapai, jika semua pemangku kepentingan mau bekerja sama dalam kegiatan edukasi kesehatan bagi ibu hamil dan menyusui.

Penulis : Wanda Ayu/Humas FIK

Related Posts