Gagasan Hunian Berbasis Energi Terbarukan dan Inovasi Kota Futuristik Bawah Laut, Antar UI Menang di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional
Dua tim Universitas Indonesia (UI) raih medali perak untuk kelas poster PKM Gagasan Futuristik Tertulis (PKM GFT) dan medali perunggu untuk kelas presentasi PKM GFT dalam ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-35 tahun 2022 yang berlangsung di Universitas Muhammadiyah Malang pada 30 November-3 Desember 2002. Kedua tim UI yang berasal dari Fakultas Teknik itu menggagas ide hunian berbasis energi terbarukan yang diberi nama Energy Independent House dan desain kota futuristik Star City: Kota Bawah Laut.
Energy Independent House adalah suatu gagasan hunian untuk masa depan yang dapat menghasilkan energi listrik secara mandiri dari beberapa sumber energi terbarukan seperti, tenaga sinar matahari, tekanan dari pijakan kaki di lantai, air hujan, dan angin. Ahmad Zufar Ashshiddiqqi (Teknik Komputer 2019), Firda Hanna Ismia (Teknik Industri 2019), Fulky Hariz Zulkarnaen (Teknik Komputer 2019), Muhammad Ilham Maulana Sidik (Teknik Komputer 2019), dan Nur Hanifah Lastianto (Teknik Industri 2019) berhasil meraih medali perak untuk kelas poster PKM GFT dibawah bimbingan Dosen Departemen Teknik Industri (DTI) FTUI, Dr.rer.pol. Romadhani Ardi, S.T., M.T.
Pada desain hunian yang diajukan tim FTUI ini, energi baru dan terbarukan dihasilkan dari beberapa sistem, yaitu solar panel, piezoelectric, water turbine, dan wind turbine. Solar panel menghasilkan energi yang memanfaatkan cahaya matahari, piezoelectric memanfaatkan tekanan dari pijakan kaki, serta water dan wind turbine yang masing-masing menghasilkan energi dari arus air dan angin.
Romadhani Ardi mengungkapkan lima manfaat dari gagasan yang diajukan tim dibawah bimbingannya. Pertama, diharapkan dapat memaksimalkan penggunaan energi listrik dari sumber daya alam terbarukan demi mewujudkan energy sustainability; kedua, mewujudkan kawasan berbasis smart and green city yang ramah lingkungan dan tanpa polusi udara dari pembangkit listrik konvensional; ketiga, menurunkan dampak dan kerugian yang dirasakan oleh masyarakat akibat terjadinya pemadaman listrik; keempat, mengurangi ketergantungan konsumsi listrik rumah tangga dari System Average Interruption Duration Index (SAIDI) atau System Average Interruption Frequency Index (SAIFI); dan kelima, mendukung pemerintah dalam upaya mewujudkan tujuan SDG 7, 11, dan 13 untuk menjaga keberlanjutan kehidupan masyarakat Indonesia.
Tim dari Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Indonesia (DTSL FTUI) yang menggagas desain kota futuristik Star City: Kota Bawah Laut berhasil meraih medali perunggu untuk kelas presentasi PKM GFT. Tim yang terdiri dari Juan Fidel Ferdani (Teknik Sipil 2019), Irwan (Teknik Lingkungan 2019), Rubby Anistia Prasetyo (Teknik Sipil 2020), Brily Najmussabah (Teknik Lingkungan 2020), dan Evan Ariel Christoper (Teknik Sipil 2020) dibimbing oleh Dosen DTSL FTUI, Dr. Nyoman Suwartha, S.T., M.T., M.Agr.
Star City adalah konsep kota bawah laut dengan tiga keunggulan, yaitu kemandirian energi, kemandirian pangan, dan hunian berketahanan. “Ada beberapa aspek yang kami tonjolkan, dalam konsep Star City ini. Pertama, dalam menjaga kelangsungan energi, Star City menggunakan sumber energi ramah lingkungan berbasis energi cahaya, panas, dan gerak. Energi panas yang digunakan berasal dari OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion) dan energi panas berasal dari radiasi matahari, sedangkan untuk energi gerak berasal dari energi gelombang air laut (wave energy). Kedua, untuk memenuhi kebutuhan pangan, kami mengaplikasian inovasi sistem cocok tanam berbekal pada lahan terbatas, yaitu konsep microgreen. Microgreen merupakan tanaman yang dipanen pada rentang 7-14 hari atau setelah melewati proses perkecambahan. Spesies yang dapat dijadikan microgreen sangatlah beragam seperti sayuran, rempah-rempah, hingga bahan pangan pokok seperti gandum,” ujar Dr. Nyoman Suwartha.
Konsep kota bawah laut Star City sebagai hunian masa depan dirancang untuk memanfaatkan sinar matahari dan gelombang air laut sebagai sumber energi dengan dukungan teknologi, seperti OTEC, PLTGL, dan floating PV. Struktur hunian di Star City akan menggunakan sistem damping structure, moda transportasi undersea maglev systems, dan sistem pengelolaan limbah dengan grey water treatment phycoremidiation. Penghuni Star City juga dapat memenuhi kebutuhan pangan dengan konsep microgreen vertical garden. Selain sebagai kota hunian, Star City juga didesain menjadi pusat konservasi laut dengan dilengkapi inovasi budidaya terumbu karang (Marine Cultures), teknologi monitoring megafauna laut (WIPSEA), dan galeri koleksi keanekaragaman hayati laut (Marine Gallery).
Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UI, Prof. Dr. rer. nat. Abdul Haris, M.Sc., menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya dan terima kasih sebesar-besarnya atas perjuangan dan prestasi para mahasiswa beserta dosen pembimbing yang telah mengharumkan nama almamater di ajang PIMNAS 35. “Dua medali yang dipersembahkan kepada UI semoga menjadi inspirasi untuk terus berkarya, berkontribusi, dan berinovasi. Prestasi dalam PIMNAS adalah modal yang sangat strategis untuk memperoleh kesempatan dan meraih keberhasilan di masa depan,” ujar Prof. Haris.
Adapun lima tim PKM UI yang lolos pada PIMNAS ke-35. Selain dua tim dari FTUI, ada tiga tim UI lainnya, yaitu pada bidang PKM Karsa Cipta (PKM-KC) yang diketuai oleh Jason Jimmy Amadeus Palenewen dari FTUI menciptakan Solar Mechanical Adjustable Ray Tracker (SMART) sebuah alat pelacak surya berbasis sistem kontrol fluida mekanik untuk mengoptimalkan kinerja panel surya; pada bidang PKM Riset Eksakta (PKM-RE) yang diketuai oleh Vania Nathaniela dari Fakultas Farmasi yang berinovasi membuat ekstrak biji bunga telang (Clitoria Ternatea) sebagai solusi bagi masalah rambut rontok pria di masa depan; dan bidang PKM Video Gagasan Konstruktif (PKM-VGK) yang diketuai oleh Yudha Adi Putra merancang penerapan Orogensys yaitu sebuah konsep alat penangkap kabut berbahan limbah padi sebegai alternatif air bersih di Gunungkidul, DIY, guna mewujudkan SDGs 2032.