iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Guru Besar UI Kaji Pendekatan Problem-Based Learning untuk Capai SDGS di Bidang Kesehatan

Jakarta, 2 Desember 2023. “Di FKUI, mahasiswa semester 6 (tahun ajaran 2021/2022 dan 2022/2023) menggunakan PBL dengan kasus HIV/AIDS dan infeksi oportunis sebagai salah satu pemicu pada modul Infeksi Tropis. Selain itu, pada tahun ajaran 2021/2022, mahasiswa juga diberi pemicu mengenai penyakit malaria. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan PBL terbukti dapat digunakan untuk mendiskusikan isu-isu kesehatan pada SDGs,” kata Prof. Mardiastuti, pagi tadi di Salemba, pada saat pengukuhannya sebagai guru besar Universitas Indonesia (UI) dari Fakultas Kedokteran (FK).

Pendekatan PBL, katanya, mulai diterapkan di Indonesia saat terjadi perubahan kurikulum. Sejak tahun 2005, Kementerian Pendidikan Nasional memberlakukan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan pendekatan SPICES (student centered, problem-based learning, integrated teaching, community-based, early clinical exposure, systematic). Akan tetapi, penerapan PBL di Indonesia masih memiliki banyak tantangan, salah satunya adalah belum meratanya ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai pada beberapa institusi. Hal tersebut berdampak pada perbedaan implementasi PBL dan kesenjangan keterampilan fasilitator dalam mendukung pembelajaran mahasiswa.

Penelitian Prof. Mardiastuti terkait penerapan PBL dalam pencapaian SDGs merupakan satu dari banyaknya penelitian yang telah dilakukannya. Di antara riset tersebut adalah Burnout and Coping Strategies among Resident Physicians at an Indonesian Tertiary Referral Hospital during Covid-19 Pandemic (2023); Deconstructing the Professional Identity Formation of Basic Science Teachers in Medical Education (2023); dan Exploring College Adjustment in First-Year Gen Z Medical Students and Its Contributing Factors (2022).

Prof. Dr. dr. Mardiastuti, M.Sc, Sp.MK, Subsp.Mik.(K) dikukuhkan sebagai guru oleh Ketua Dewan Guru Besar (DGB) UI, Prof. Harkristuti Harkrisnowo, S.H., M.A., Ph.D., di Aula IMERI FKUI Salemba. Prof. Mardiastuti memperoleh gelar guru besarnya setelah menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Penerapan Pendekatan Problem-Based Learning sebagai Upaya Pencapaian Sustainable Development Goals”. Dalam pidatonya, ia mengatakan bahwa sektor kesehatan memiliki peran penting dalam upaya pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), terutama SDG 3 yang menjamin hidup sehat dan memajukan well-being bagi seluruh manusia. Untuk mencapai SDGs dengan efektif dan efisien, dibutuhkan tenaga kesehatan yang kompeten. Oleh karena itu, institusi pendidikan dokter wajib memperkuat peran dan membekali lulusannya dengan berbagai ilmu pengetahuan, baik ilmu biomedik maupun klinik, serta keterampilan dan sikap profesional.

Menurutnya, kurikulum pendidikan dokter di perguruan tinggi seharusnya menyesuaikan dengan SDGs. Pendekatan pembelajaran dalam pendidikan kedokteran harus dapat memicu mahasiswa agar mampu berpikir kritis, mampu belajar sepanjang hayat, dan kompeten dalam menangani masalah kesehatan nasional dan dunia. Salah satu pendekatan yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan ini adalah problem-based learning (PBL).

PBL adalah pendekatan pedagogis yang memusatkan proses pembelajaran pada pemecahan masalah nyata dan aplikatif. Penggunanya diajak untuk berpikir agar pendidikan kedokteran tidak hanya menyampaikan pengetahuan, tetapi juga membentuk pemikiran dan sikap calon dokter. Tujuannnya adalah membantu mahasiswa mengembangkan pengetahuan yang fleksibel, keterampilan menyelesaikan masalah secara efektif, keterampilan mengatur pembelajaran, keterampilan bekerja sama secara efektif; serta mengembangkan motivasi intrinsik yang mendukung pembelajaran sepanjang hayat.

PBL mengandung empat prinsip pembelajaran, yakni konstruktif, self-directed atau self-regulated, kolaboratif, dan kontekstual. Konstruktif artinya berfokus pada penggabungan pengetahuan sebelumnya dengan informasi baru untuk meningkatkan pemahaman, retensi, dan motivasi mahasiswa. Self-regulated learning mengacu pada kemampuan peserta didik untuk merencanakan, memonitor, dan mengevaluasi proses pembelajaran secara mandiri. Kolaborasi terjadi saat peserta didik berinteraksi, berbagi tanggung jawab, dan saling bergantung untuk mencapai kesepakatan melalui komunikasi terbuka. Sementara, pembelajaran kontekstual berfokus pada pentingnya konteks dalam proses transfer pengetahuan.

Pada pendidikan kedokteran, PBL memiliki tiga komponen penting, yaitu masalah sebagai pemicu pembelajaran, tutor sebagai fasilitator, dan diskusi kelompok kecil. Dengan fokus pada kasus nyata dan situasi praktis, PBL mengajak peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam pencarian solusi yang berkelanjutan dan inovatif.

Prof. Mardiastuti menempuh pendidikan dokter di FKUI pada 1987; Master of Science di Western Illinois University, USA pada 1991; Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik (2001) dan Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik Konsultan (2009) di Kolegium PAMKI; serta Doktor Ilmu Pendidikan Kedokteran, FKIK Universitas Gadjah Mada pada 2013. Saat ini, ia aktif sebagai Anggota American Society for Microbiology; Koordinator Penelitian Departemen Pendidikan Kedokteran FKUI; dan Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik FKUI.

Pada prosesi pengukuhannya tampak hadir Rektor UKRIDA sekaligus Sekretaris Pengurus Perhimpunan Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik Indonesia, Dr. dr. Wani Devita Gunardi, Sp.MK(K); Ketua Kolegium PAMKI sekaligus Guru Besar FKKMK UGM, Prof. dr. Tri Wibawa, Ph.D, Sp.MK(K); dan Ketua Umum Pengurus Perkumpulan LAM-PTKes sekaligus Rektor UI Periode 2002–2007, Prof. dr. Usman Chatib Warsa, Ph.D, Sp.MK.

 

Penulis: Sasa

Related Posts