iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Guru Besar UI Nilai Susuk KB Dapat Menjadi Pilihan Metode Terbaik Kontrasepsi

Rektor Universitas Indonesia (UI), Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D., mengukuhkan Prof. Dr. dr. Eka Rusdianto Gunardi, SpOG, Subsp.F.E.R, MPH sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Obstetri-Ginekologi dan Ilmu Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kedokteran (FK) UI di Aula IMERI FKUI, Kampus UI Salemba, pagi tadi (Rabu, 24/1). Prof. Eka dikukuhkan sebagai guru besar setelah menyampaikan orasi ilmiah yang berjudul “Sumbangsih Kontrasepsi Untuk Negeri Tercinta, Susuk KB Sebagai Pilihan Terbaik”.

Menurut Prof. Eka, Keluarga Berencana (KB) merupakan komponen penting dalam pilar Safe Motherhood, sebuah inisiatif yang dimulai oleh World Health Organization pada 1987. Di Indonesia, Program KB telah ada sejak 1957. KB dibutuhkan untuk merencanakan waktu kehamilan, jumlah anak yang diinginkan, jarak antar kehamilan, serta upaya untuk menunda kehamilan. Layanan KB yang baik diharapkan dapat meningkatkan capaian angka cakupan akseptor KB, menurunkan angka kematian ibu, dan menurunkan angka kematian bayi untuk menumbuhkan generasi unggul di masa depan.

Ia berpendapat bahwa perkembangan metode kontrasepsi telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dahulu, metode kontrasepsi pertama yang digunakan untuk mencegah kehamilan adalah Cl coitus interuptus atau pantang berkala. Saat ini, telah tersedia berbagai metode kontrasepsi mutakhir yang lazim, seperti pil, kondom, suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), cincin vagina, koyok, implan atau susuk kb, sterilisasi atau kontrasepsi mantap, dan yang paling modern adalah kontrasepsi yang berbentuk microchip.

“Salah satu metode kontrasepsi jangka panjang dengan efektivitas tinggi yang mengalami perkembangan teknologi yang baik adalah implan. Di Indonesia, kontrasepsi implan dipasarkan dan ditawarkan dengan sebutan ‘Susuk KB’. Istilah Susuk KB tidak asing di telinga masyarakat Indonesia, karena berkaitan dengan istilah dan budaya yang beredar di tengah masyarakat, seperti susuk kecantikan dan pesugihan,” ujar Prof. Eka.

Susuk KB merupakan alat kontrasepsi yang mengandung hormonal dan ditempatkan di bawah kulit pada lengan atas. Metode kontrasepsi ini sangat diminati karena dapat dipasang tanpa harus memeriksa organ intim wanita kecuali ada alasan tertentu. Pada awalnya, susuk KB terdiri atas enam kapsul yang berisi hormon levonorgestrel (LNG). Seiring berkembangnya teknologi, susuk KB saat ini menjadi dua batang LNG, bahkan satu batang etonogestrel (ENG) dengan efektivitas yang sama, bahkan lebih baik.

​​Mekanisme kerja susuk KB adalah mencegah ovulasi (lepasnya sel telur), menipiskan endometrium (lapisan haid), dan mengentalkan lendir serviks (mulut rahim). Mekanisme kerja susuk KB yang utama adalah mengentalkan lendir serviks sehingga akseptor KB sangat mungkin sudah mengalami ovulasi dan haid meskipun setelah satu tahun pemakaian susuk KB. Lebih lanjut, susuk KB masih tetap efektif sebagai metode kontrasepsi mencegah kehamilan hingga setidaknya sampai tiga tahun.

Menurut penelitian Prof. Eka, susuk KB juga sangat efektif karena dapat dipasang segera setelah melahirkan dan tidak mengganggu produksi Air Susu Ibu (ASI). Susuk KB juga dapat digunakan untuk menunda kehamilan, menjarangkan antar kehamilan, atau mengakhiri fertilitas hingga menjelang menopause. Selain digunakan sebagai alat kontrasepsi, susuk KB dikatakan mempunyai peran dalam regresi neoplasia intraepithelial pada endometrium. Susuk KB dengan kandungan ENG telah dilaporkan dapat mengurangi nyeri akibat endometriosis.

Sebelum melakukan kajian tentang susuk KB, Prof. Eka telah melakukan banyak penelitian. Beberapa di antaranya adalah Antenatal Contraceptive Counselling and Postpartum IUD Use: Evaluation of Contraceptive Service in Tertiary Hospital in Indonesia (2022); Endometrial Assessment of Young Women Experiencing Abnormal Uterine Bleeding with The Use of a Single Rod-Levonorgestrel Implant (2022); dan The Role of Thrombocytosis as a Prognostic Factor for Epithelial Ovarian Cancer (2021).

Prof. Dr. dr. Eka Rusdianto Gunardi, SpOG, Subsp.F.E.R, MPH., menamatkan Pendidikan Dokter di FKUI pada 1983; menyelesaikan Program Spesialis Obstetri dan Ginekologi FKUI pada 1993; memperoleh gelar Doktor Ilmu Kedokteran dari FKUI pada 2011 dan menyelesaikan Program Magister Manajemen Rumah Sakit FK Universitas Gajah Mada pada 2017. Pada 2003, Prof. Eka juga dikukuhkan sebagai Konsultan Fertilitas Endokrinologi Reproduksi oleh Kolegium Obstetri dan Ginekologi Indonesia, Jakarta. Saat ini, ia menjabat sebagai Kepala Sub-Instalasi Pelayanan Terpadu dan Pusat Kajian Kesehatan Reproduksi RSCM Kintani.

Prosesi pengukuhan guru besar Prof. Eka turut dihadiri oleh Menteri Kesehatan RI Periode 1998-1999, Prof. Dr. dr. H. Faried Anfasa Moeloek, Sp.OG(K); Menteri Kesehatan RI Periode 2014-2019, Prof. Dr. dr. Nila Djuwita Faried Anfasa Moeloek, Sp.M(K); Menteri Kelautan Perikanan RI Periode 2001 – 2004, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dauri, MS;  Duta Besar Indonesia untuk Myanmar Periode 2018 – 2023, Komjen. Pol. (Purn.) Prof. Dr. H. Iza Fadri, S.IK., S.H., M.H.; Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas, Prof. Dr. Ir. Kesuma Sayuti, MS; Guru Besar Universitas Padjajaran, Prof. Dr. dr. Wiryawan Permadi. Sp. OG, Subsp. FER; Guru Besar Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Krida Wacana, Prof. Dr. dr. Tonny Loho, DMM, Sp.PK(K).

Related Posts