Depok, 22 Oktober 2024. Dokter spesialis onkologi radioterapi, dr. Handoko, B.Med.Sci., Sp.OnkRad(K), berhasil meraih gelar doktor dalam Program Doktor Ilmu Biomedik di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) setelah meneliti tentang identifikasi gen yang mempengaruhi respons pengobatan kanker nasofaring. Disertasinya yang berjudul “Nasopharyngeal Cancer Whole Genome Sequencing: Identification of Clinically Meaningful Genes” dipresentasikan dalam Sidang Promosi Doktor pada Rabu (16/10), di Auditorium IMERI FKUI, Kampus Salemba.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masalah klinis pada pasien kanker nasofaring, di mana 25% pasien tidak menunjukkan respons signifikan terhadap pengobatan. “Meski pasien dengan kondisi serupa menerima kemoterapi yang sama, hasil yang diperoleh sangat bervariasi. Beberapa pasien tidak memiliki tingkat penyembuhan yang lebih baik. Hal ini tentunya memunculkan pertanyaan mengenai faktor-faktor yang memengaruhi respons berbeda, meskipun pengobatan yang diberikan sama,” ujarnya.
Untuk menjawab pertanyaan ini, dr. Handoko menganalisis tujuh sampel pasien kanker nasofaring dengan menggunakan fresh tissue biopsy, yang kemudian diekstraksi DNA-nya. Melalui teknik Whole Genome Sequencing dan analisis data, ia mencari mutasi genetik yang berpotensi menjadi penyebab variasi respons pengobatan. Temuannya mengungkapkan mutasi pada gen-gen penekan tumor dan onkogen yang diperkirakan sebagai pemicu perkembangan kanker nasofaring, serta gen yang terlibat dalam perbaikan DNA yang rusak.
“Dalam analisis jalur metilasi pada genom pasien, tidak ditemukan adanya jalur spesifik terkait agresivitas kanker. Hal ini menunjukkan bahwa profil metilasi pada pasien kanker nasofaring lebih konservatif atau tidak memainkan peran penting dalam agresivitas penyakit ini. Meski demikian, mutasi penggerak yang diidentifikasi memerlukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan hubungan kausal antara mutasi tersebut dan kanker nasofaring. Hal ini berpotensi membuka peluang pengembangan terapi baru yang lebih personal dan efektif bagi kelompok pasien dengan profil genomik tertentu,” kata dr. Handoko.
Penelitian ini juga menggunakan teknologi mutakhir Whole Genome Sequencing dengan platform long-read Nanopore, suatu terobosan yang belum pernah dilakukan sebelumnya dalam konteks penelitian kanker nasofaring. Prof. Dr. dr. Soehartati A. Gondhowiardjo, Sp. Rad (K), OnkRad, selaku dosen pembimbing menegaskan, “dr. Handoko merupakan peneliti pertama di Indonesia bahkan di dunia yang menggunakan teknologi Whole Genome Sequencing dengan platform long-read Nanopore. Meski di tingkat global telah ada penelitian tentang teknologi Whole Genome Sequencing, namun mereka tidak menggunakan platform long-read Nanopore.”
Atas pencapaian ini, Dekan FKUI, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, MMB, menyampaikan apresiasi kepada dr. Handoko. “Selamat kepada dr. Handoko atas keberhasilannya dalam meraih gelar doktor dengan predikat summa cumlaude. Hal ini tentu semakin menambah jumlah doktor di FKUI sebanyak 67 orang. Semoga hasil penelitian ini dapat berkontribusi dalam pengembangan metode diagnostik dan terapeutik yang lebih tepat sasaran untuk pasien kanker nasofaring di Indonesia,” ujar Prof. Ari.
Dengan pencapaian ini, diharapkan penelitian dr. Handoko dapat membuka jalan bagi terapi kanker nasofaring yang lebih personal, meningkatkan efektivitas pengobatan, dan memberikan harapan baru bagi pasien dengan kanker nasofaring di masa depan.