id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Okuplastik Rerkonstruksi untuk Tangani Masalah Kesehatan Individu dan Masyarakat

Depok, 6 Februari 2025. Rektor Universitas Indonesia (UI), Prof. Dr. Ir. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., IPU, mengukuhkan tiga Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran UI, yakni Prof. Dr. dr. Novi Silvia Hardiany, M.Biomed.; Prof. Dr. dr. Yunia Irawati, Sp.M(K); dan Prof. Dr. dr. Murti Andriastuti, Sp.A(K), pada Rabu (5/2) di Aula Imeri FKUI, Kampus Salemba. Prof. Yunia Irawati yang akrab disapa Prof. Ira dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam Bidang Plastik dan Rekonstruksi Mata.

Pada kesempatan itu, Prof. Ira menyampaikan pidato pengukuhannya yang berjudul “Perspektif Okuloplastik Rekonstruksi dalam Pendekatan Terapi dan Rehabilitatif untuk Menangani Masalah Kesehatan Individu hingga Masyarakat untuk Mendukung Produktivitas Bangsa” dan menjadi guru besar ke-12 UI yang dikukuhkan pada tahun 2025.

Dalam Pidato Pengukuhan Guru Besar FKUI, Prof. Ira menyampaikan bahwa masalah kesehatan mata masih menjadi tantangan besar di Indonesia, dengan data IAPB 2020 menunjukkan sekitar 35 juta orang mengalami kehilangan penglihatan, 3,7 juta di antaranya buta. Survei RAAB 2014-2016 mencatat prevalensi kebutaan mencapai 3%, dengan katarak sebagai penyebab utama, serta adanya kelainan kelopak mata seperti lagoftalmos, entropion, ektropion, dan ptosis yang dapat berdampak serius pada penglihatan dan kualitas hidup.

“Kesehatan mata berperan penting dalam produktivitas dan ekonomi nasional. Salah satu pendekatan utama dalam menangani masalah ini adalah melalui bedah okuloplastik rekonstruksi, yang mencakup berbagai aspek seperti kelopak mata (eyelid dan adneksa) termasuk di dalamnya bedah estetik mata, filler, dan rejuvenation; tulang orbita, rongga mata (socket), hingga sistem ekskresi lakrimal (lacrimal excretory system),” ujar Prof. Ira.
Inovasi teknologi, seperti teknik bedah minimally invasive dan endoskopi, telah terbukti meningkatkan akurasi diagnostik dan intervensi akurat sehingga meningkatkan kualitas hidup pasien. Namun, kita tahu bahwa tantangan masih ada, terutama terkait persepsi yang salah, banyak yang mengira okuloplastik-rekonstruksi hanya terkait bidang estetika, padahal cakupnya jauh lebih luas termasuk pemulihan fungsi vital jaringan yang rusak.

Sebagai bagian dari Tridharma Perguruan Tinggi, Prof. Ira meneliti lagoftalmos akibat lepra selama pendidikan doktoralnya. Indonesia memiliki kasus baru lepra tertinggi di Asia Tenggara, dengan komplikasi mata seperti madarosis, dakriosistitis, entropion, ektropion, dan lagoftalmos akibat paralisis nervus fasialis. Penanganannya memerlukan pendekatan holistik, mulai dari lubrikan, lid tapping, hingga prosedur okuloplastik-rekonstruksi seperti tarsorafi atau gold weight implant.
Prof. Ira juga melakukan penelitian terhadap peningkatan penanganan lagiftlamod melalui Randomized Controlled Trial (RCT), membandingkan Teknik Modifikasi Tarsorafi (Teknik Yunia) dan Teknik Gold Weight Implant. Penelitian ini bertujuan memberikan solusi optimal bagi pasien, khususnya di wilayah dengan akses terbatas ke layanan subspesialis, sejalan dengan keyakinannya bahwa kemajuan ilmu dan teknologi harus mendukung pemerataan layanan kesehatan.

Prof. Ira tidak hanya meneliti, tetapi juga mengimplementasikan penelitiannya melalui program KATAMATAKU UI, yang sejak 2018 mendukung penanganan lepra secara holistik dalam kesehatan, antistigma, dan agroekonomi. Program ini menjangkau wilayah endemis, melatih tenaga kesehatan, serta berkontribusi dalam advokasi kebijakan, termasuk penerbitan Policy Brief di Ambon (2023). Mendukung target eliminasi lepra 2030, KATAMATAKU UI juga melalui KATAMATAKU Alumni berperan dalam pendidikan mahasiswa lewat program MBKM – Elective Posting.

Prof. Ira mengatakan, “Sebagai akademisi dan anggota masyarakat, kita harus peka terhadap permasalahan kesehatan dan pendidikan di sekitar kita, yang menjadi langkah awal untuk mendorong inovasi dan solusi melalui kolaborasi lintas disiplin dan sektor. Dalam penanganan lepra, penerapan Tridharma Perguruan Tinggi—pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat—dapat memberikan dampak yang lebih optimal, mulai dari peningkatan literasi hingga pemberdayaan komunitas. Sebagai bagian dari UI, kita memiliki tanggung jawab untuk berkontribusi bagi Indonesia, sejalan dengan tagline #UI = Unggul Impactful, Untuk Indonesia, dan terus berupaya menghasilkan inovasi yang berdampak nyata bagi masyarakat, serta mendukung pembangunan berkelanjutan di tanah air.”

Sebelum dikukuhkan sebagai guru besar, Prof. Ira menamatkan pendidikan dokter di FKUI Pada 1992. Masih di fakultas yang sama, Prof. Ira menamatkan pendidikan Pendidikan Spesialis Mata pada 2003. Kemudian, di tahun 2021, mendapatkan gelar Doktoral di FKKMK-UGM.

Related Posts