Implementasi Internet of Things (IoT) dalam rantai pasok menjadi kunci mendorong integrasi proses rantai pasok atau supply chain process integration (SCPI) dari sebuah perusahaan industri ritel. Penerapan IoT dalam SCPI akan berimplikasi pada pembangunan kapabilitas rantai pasok atau supply chain capability (SCC), yang selanjutnya berpengaruh terhadap peningkatan kinerja perusahaan. Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) dalam hal ini IoT merupakan faktor pendorong (enabler) peningkatan keunggulan kompetitif bisnis ritel.
Implementasi IoT akan meningkatkan kinerja perusahaan ritel melalui peningkatan kapabilitas rantai pasoknya dalam memenuhi permintaan dan pengalaman pelanggan akan produk dan layanan yang lebih inovatif. “Di era industri 4.0, industri ritel memang telah memasuki ekosistem bisnis yang berubah dibandingkan masa-masa sebelumnya. TIK di era digital memiliki implikasi besar pada rantai nilai industri ritel karena dapat mengubah cara produk dirancang, dibuat, dan dikirim ke pelanggan,” ujar Dr. Yana Ernawan pada sidang promosi doktornya di bidang Ilmu Administrasi, Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia (FIA UI).
Dalam disertasinya berjudul “Pengaruh Kapabilitas Internet Of Things (IoT) dalam Integrasi Proses dan Kapabilitas Rantai Pasok Terhadap Kinerja Perusahaan Ritel”, Yana menjelaskan bahwa industri ritel berperan penting dalam perekonomian masyarakat. Tidak ada perekonomian di dunia ini yang dapat bergerak tanpa aktivitas ritel. Namun akibat pandemi Covid-19 yang mulai dilaporkan sejak akhir 2019 di China, pertumbuhan industri ritel global melambat dan anjlok hingga minus 2,8% pada tahun 2020.
Menurut Yana, hal tersebut akibat dari keengganan konsumen berbelanja lebih banyak di tengah pandemi dan ketidakpastian ekonomi. Namun pada tahun 2021 dilaporkan bahwa kinerja perusahaan industri ritel global kembali mengalami peningkatan 12,1 %, walaupun pertumbuhan tersebut diperkirakan akan melambat kembali hingga 3,4% pada tahun 2026. Fenomena global tersebut berimbas ke Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja sektor grosir dan eceran menurun drastis hingga minus 8,32 poin pada 2020 dibandingkan 2019.
Novelty dari penelitian yang dilakukan Yana adalah merekonstruksi hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh De vass et all (2018) dan Huo (2012) dengan penelitian yang dilakukan oleh Chen and Landry ( 2009:32) yaitu dengan memasukan variabel SCPI ke dalam kerangka berpikir penelitian, dimana sebelumnya belum ada peneliti yang melakukannya.
“Hasil penelitian pertama menunjukkan bahwa berkaitan dengan aspek hubungan antara variabel kapabilitas IoT terhadap kinerja rantai pasok, temuan penelitian menunjukkan bahwa implementasi IoT berpengaruh signifikan pada rantai pasok internal perusahaan. Sedangkan implementasi IoT pada rantai pasok pemasok dan pelanggan tidak berpengaruh. Hasil penelitian kedua, menunjukkan bahwa pada perusahaan ritel, variabel kapabilitas IoT pada SCPI; hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi IoT dalam rantai pasok internal perusahaan berpengaruh terhadap SCPI internal perusahaan,” kata Yana.
Yana menyampaikan tiga rekomendasi. Pertama, implementasi IoT pada industri ritel di Indonesia secara signifikan mampu mendorong SCPI internal perusahaan, yang mampu mendorong SCC internal perusahaan, dan akhirnya mempengaruhi kinerja perusahaan. Dari sisi aspek praktis, hal ini sangat bermanfaat karena dapat menciptakan peningkatan daya saing perusahaan industri ritel di Indonesia. Oleh karena itu direkomendasikan implementasi IoT merupakan pilihan yang perlu segera diterapkan pada perusahaan ritel di Indonesia.
Rekomendasi kedua ditujukan kepada pengelola bisnis ritel kususnya yang berskala kecil dan menengah. Yana mengatakan bahwa pengelola bisnis ritel perlu diberikan pemahaman dan kesadaran baru, akan pentingnya implementasi teknologi digital (IoT dan e-commerce) terhadap pengelolaan integrasi proses dan pengembangan kapabilitas rantai pasoknya sebagai pendorong daya saing perusahaan yang berkelanjutan.
“Ketiga, Perlunya dukungan dari regulator kepada para pelaku usaha ritel khususnya yang berskala kecil dan menengah, baik dalam bentuk kebijakan maupun pelatihan yang terkait dengan implementasi teknologi informasi dan komunikasi dalam hal ini pemanfaatan platform IoT, sehingga para pelaku usaha ritel kecil dan menengah ini akan dapat memperkuat kinerja bisnisnya dan dapat bersaing secara layak serta terlindungi dari ancaman disrupsi teknologi digital,” katanya lagi.
Berkat penelitiannya, Dr. Yana Ernawan berhasil meraih gelar doktor di bidang Ilmu Administrasi. Ia merupakan lulusan ke-212 di bidang Ilmu Administrasi dan doktor ke-24 di FIA UI. Sidang Promosi Doktor ini dipimpin oleh Ketua Sidang, Prof. Dr. Haula Rosdiana, M.Si., dengan Promotor Prof. Dr. Chandra Wijaya, M.Si., M.M., dan Ko-Promotor Dr. Fibria Indriati Dwi Liestiawati, M.Si. Tim penguji terdiri dari Dr. Akhmad Yunani, S.E., M.T.; Dr. Wilfridus B. Ellu; Dr. Heri Fathurahman, M.Si.; Dr. Pantius Drahen Soeling, M.Si.; Dr. Andreo Wahyudi Atmoko, M.Si., yang dilaksanakan di Auditorium EDISI 2020, gedung M lantai 2, Fakultas Ilmu Administrasi UI Depok (29/12/2022).
Penulis: Debie Puspasari| Editor: Mariana