iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Kaktus, Bougenville, dan Kamboja Bantu Kurangi Dampak Cuaca Panas Ekstrem

Depok, 27 Oktober 2023. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), suhu udara rata-rata saat musim kemarau pada tahun 2023, khususnya pada bulan September adalah 27.0 °C. Jika ditelisik ke belakang, pada September 1991-2020 suhunya berkisar 26.6 °C. Kelainan suhu udara di Indonesia pada bulan September 2023 ini menjadikannya sebagai nilai anomali tertinggi keempat sepanjang periode pengamatan sejak 1981.

Kenaikan suhu ini tidak hanya mengganggu kehidupan manusia, tapi juga makhluk hidup lainnya, termasuk tumbuhan. Setiap tumbuhan memiliki batas toleransi suhu yang berbeda-beda tergantung pada jenis tumbuhannya.

Umumnya, cuaca ekstrem dengan suhu yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan flora. Namun, terdapat jenis tumbuhan yang justru mampu beradaptasi dengan suhu tinggi, karena dapat mengurangi penguapan berlebihan. Tumbuhan tersebut di antaranya tanaman-tanaman hijau seperti tanaman hias, tanaman obat, dan aneka pepohonan yang biasanya ada di halaman rumah.

Tak hanya mampu beradaptasi dengan suhu tinggi, tanaman-tanaman tersebut juga dapat membantu menanggulangi dampak cuaca ekstrem seperti polusi udara dan rendahnya kelembapan udara yang dapat mengakibatkan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Oleh karena itu, tanaman hijau dapat dimanfaatkan untuk membantu mengurangi polusi dan dampak cuaca ekstrem yang ada.

Dr. Mega Atria, M.Si, pengajar Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Indonesia (UI) mengatakan, “Tumbuhan adalah salah satu organisme penyedia jasa ekosistem bagi manusia dan lingkungan. Tumbuhan merupakan komponen utama penyerap karbon dan berperan sebagai penyedia jasa lingkungan yang berfungsi sebagai penghasil udara segar, peneduh, penyerap debu dan polutan, penyubur tanah, hingga pengikat air tanah, sehingga eksistensinya sangat penting untuk kehidupan manusia.”

Guna menghadapi cuaca panas ekstrem saat ini, masyarakat diimbau untuk menanam tanaman hias di halaman rumah atau lingkungan sekitar rumah. Mega menyarankan beberapa tanaman hias berdaun yang cocok untuk ditanam di suhu panas, di antaranya palem hias, nanas bromeliad, sirih gading, dan lidah buaya yang juga berfungsi untuk menyerap debu. Mega mengimbau masyarakat untuk menanam tanaman-tanaman yang tidak membutuhkan banyak air dan menyukai cahaya matahari, misalnya tanaman hias seperti kelompok kaktus, bougenvile dan kamboja.

Jenis nontanaman hias juga bisa menjadi alternatif, seperti bambu dan jenis pohon peneduh yang memiliki kanopi lebar dan dapat mengurangi efek suhu tinggi. Bagi masyarakat yang berencana ingin mulai kegiatan bercocok tanam, Mega mengatakan bahwa hal paling utama untuk dilakukan adalah pemahaman bahwa tanaman akan membawa manfaat baik untuk lingkungan maupun diri sendiri. Ia berharap masyarakat bisa menyiapkan lahan untuk ditanami tumbuhan di hunian masing-masing.

Kegiatan penanaman dapat dimulai dengan menanam aneka sayur dan buah untuk dikonsumsi sendiri. Dengan menerapkan konsep “grow your own food”, masyarakat akan mampu mencukupi kebutuhan pangannya sehari-hari. Jika memiliki lahan yang cukup luas, masyarakat juga bisa menanam pohon buah atau peneduh. “Karena jika lingkungan kita banyak pohon atau tanaman bunga, maka kita berperan juga dalam memastikan proses ekologi dan siklus jasa ekosistem tetap terjaga, tentunya kita juga yang mendapat keuntungan,” kata Mega.

Related Posts