id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222
https://csirt.rri.go.id/js/https://pii.fbs.unp.ac.id/wp-content/xgacor/https://freesvg.org/test/https://ft.untidar.ac.id/-/https://diskannak.okutimurkab.go.id/member/profile/https://e-sakip.tangerangselatankota.go.id/config/https://ft.untidar.ac.id/sgacor/https://ecif.eng.ui.ac.id/company/sgacor/https://eoffice.kaboki.go.id/template/pulsa/http://sigili.dkp.bogorkab.go.id/config/gampang-menang/

Kisah Alfiyanto dari Daerah 3 T: Perjuangan Meraih Mimpi dan Menjadi Tonggak Harapan Keluarga

Universitas Indonesia > Berita > Kisah Alfiyanto dari Daerah 3 T: Perjuangan Meraih Mimpi dan Menjadi Tonggak Harapan Keluarga

Depok, 27 Juni 2024. Alfiyanto Aldus Alfandy Duha bukan anak kota yang bisa mengikuti ‘bimbel’ untuk berjuang menembus bangku di perguruan tinggi negeri. Ia harus belajar mandiri jika menyimpan cita-cita itu. Oleh sebab itu, lulusan SMA Negeri Telukdalam, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara, ini berjuang keras demi merealisasikan tekadnya diterima di salah satu perguruan tinggi unggulan di Indonesia.

Anak ke tiga dari lima putra-putri pasangan petani cabai dan ubi jalar –di lahan orang– ini sejak kecil/SD/SMP/SMA bermimpi kuliah di UI. Padahal, jika dilihat dari letak geografis tempatnya berada –Telukdalam, ibukota Kabupaten Nias Selatan– berjarak lebih kurang 1290 km mencapai Jakarta, membutuhkan waktu lebih kurang dua jam menggunakan pesawat terbang, atau 61 jam berkendara mobil.

Impian Alfiyanto itu mungkin hanya tinggal angan-angan, jika tanpa niat dan kerja keras. Hal itu dapat dipahami, karena seperti dikatakan Alfiyanto, “Biasanya penghasilan rata-rata ayah saya hanya sekitar Rp500.000 perbulan, tergantung pada beberapa faktor dan kondisi, seperti harga jual ubi jalar dan cabai.” Ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang juga pernah ikut membantu ayahnya di lahan pertanian.

Meski demikian, bagi Alfiyanto, tidak ada mimpi yang mustahil diwujudkan. Tahun ini, ia tercatat sebagai calon mahasiswa baru (camaba) UI di antara 65 camaba asal wilayah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T) yang lolos lewat jalur penerimaan Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP) 2024. Usaha tidak mengkhianati hasil, benar-benar dialaminya karena berkat konsistensi belajar selama tiga tahun dan prestasi di SMA membuka jalan menuju kampus terbaik pilihannya.

“Saya memenuhi kemampuan saya di bidang akademik dan non-akademik. Pada bidang akademik, saya menjadi tiga besar di kelas, ikut berlomba di ajang Olimpiade Sains Nasional tingkat Provinsi, dan berada di posisi kedua peringkat eligible. Hal-hal tersebut tentu turut memberi peluang bagi saya untuk lolos seleksi SNBP,” kata Alfiyanto.

Perjuangan yang dilakukan calon mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik (FT), ini sangat relevan dengan usahanya menjadi Insiyur Perkapalan. “Hal ini menjadi langkah pertama bagi saya untuk mewujudkan cita-cita,” kata Alfiyanto. Ia menambahkan, dalam mewujudkan cita-citanya tersebut, nantinya ia perlu aktif dalam kegiatan di kampus guna meningkatkan skill. Selain itu, tentu harus belajar dengan optimis untuk meraih prestasi terbaik.

Selain menjadi salah satu tempat dalam mewujudkan cita-citanya, kata Alfiyanto, UI memiliki lingkungan kampus yang ramah dan inklusif. Ia yakin bahwa belajar di lingkungan yang mendukung dan bersahabat akan menjadikan dirinya tumbuh dan berkembang sebagai individu yang berkualitas. “Dengan mempertimbangkan semua faktor tersebut, saya yakin bahwa memilih UI adalah langkah yang tepat,” ujar Alfiyanto.

Ia juga berharap, ketika ia telah mendapatkan bekal ilmu selama berkuliah di UI nanti, akan membuka peluang mendapatkan pekerjaan yang bisa membangun ekonomi keluarga. Ia menceritakan bahwa ayahnya merupakan petani budidaya tanaman ubi jalar dan cabai di atas lahan yang tidak terlalu luas. Itu pun bukan milik pribadi.

Kisah yang mirip dengan Alfiyanto dialami Silvia Dara Santi, salah seorang calon mahasiswa baru UI yang lolos SNBP 2024 dan berasal dari SMAN 4 Praya, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Ia diterima sebagai calon mahasiswa Administrasi Keuangan dan Perbankan, Program Pendidikan Vokasi UI. Ia berharap, melalui ilmu yang akan ia dapatkan tersebut mampu membantunya untuk meraih cita-cita dan dan mengangkat derajat keluarga. Ia berencana, setelah menyelesaikan pendidikannya di UI nanti, Silvia ingin menjadi bagian dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI), yaitu sebagai Polisi Wanita (Polwan) dengan melanjutkan pendidikan di Sekolah Inspektur Polisi Sumber Sarjana (SIPSS).

“Saya berharap, saya bisa mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di UI sampai pendidikan saya selesai. Hal ini karena ekonomi keluarga yang sangat sederhana, ibu saya membuka usaha laundry di rumah sembari mengurus rumah tangga. Semoga, saat saya menyelesaikan pendidikan nanti, saya dapat langsung mendapatkan pekerjaan yang diinginkan sesuai dengan cita-cita saya,” kata Silvia.

Dengan bekal prestasi semasa di bangku sekolah menengah atas, daya juang, dan potensi akademik yang dimiliki oleh mereka yang berasal dari daerah 3T ini, sehingga mampu menembus UI menjadi bagian dari camaba angkatan 2024. Kepala Biro Humas dan KIP UI, Dra. Amelita Lusia M.Si., CPR, mengatakan, “Pendidikan adalah elevator menuju ke level atas. Dengan menerima putra-putri terbaik dari berbagai penjuru Indonesia, UI ikut membantu mencerdaskan bangsa. Sebagai perguruan tinggi yang unggul, inklusif, toleran, dan bermartabat, UI menjamin setiap mahasiswa yang diterima tidak akan mengalami hambatan dalam mengikuti pendidikan karena kendala finansial. Berbagai mekanisme sudah kami kembangkan untuk untuk mengatasi masalah tersebut,” ujar Amelita.

Lebih lanjut ia mengatakan, hal ini juga merupakan komitmen UI untuk menyediakan akses pendidikan yang inklusif dan merata, serta membuka kesempatan belajar seluas-luasnya bagi siapa pun. Komitmen tersebut juga sejalan dengan Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Permendikbudristek RI) Nomor 48 Tahun 2022 Tentang Penerimaan Mahasiswa Baru Program Diploma dan Program Sarjana pada Perguruan Tinggi Negeri (PTN), yang mewajibkan PTN mencari dan menjaring calon mahasiswa yang kurang mampu secara ekonomi dan/atau calon mahasiswa dari daerah 3T sebanyak 20% dari seluruh mahasiswa baru yang diterima.

Untuk memberi semangat kepada teman-teman yang saat ini sedang berjuang, Alfiyanto menyampaikan, “Jangan pernah merasa sesuatu yang kamu impikan itu mustahil, tetapi ubahlah mindset dalam berpikir bahwa kita ada untuk berjuang meraih mimpi dan mewujudkan masa depan.”

Related Posts