Depok, 9 Agustus 2024. Klaster Poison Center di Indonesia Medical Education and Research Institute (IMERI) Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI) resmi dibuka. Peresmian tersebut dilakukan oleh Dekan FKUI, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH., MMB, pada Rabu (31/7), di Ruang Auditorium lantai 3, Gedung IMERI FKUI, Jakarta. Prof. Ari Fahrial berharap klaster ini dapat menjadi pusat informasi, penanggulangan, edukasi, dan penelitian tentang kasus keracunan di Indonesia.
Menurutnya, keracunan merupakan salah satu masalah klinis yang mengancam nyawa dan memerlukan penanganan komprehensif untuk mencegah kematian dan komplikasi jangka panjang. Produksi dan penggunaan bahan kimia beracun yang meningkat membuat kebutuhan akan pusat informasi dan penanganan keracunan menjadi semakin mendesak.
“Isu formalin yang ramai dibicarakan sejak tahun 2000-an hingga saat ini mengingatkan kita bahwa makanan yang dikonsumsi berisiko terpapar racun. Selain itu, kasus seperti kopi sianida dan yang baru-baru ini terjadi, yakni roti yang mengandung bahan pengawet berbahaya, menuntut masyarakat untuk lebih waspada. Oleh karena itu, IMERI sebagai riset center dapat menjadi wadah bagi para pakar untuk berdiskusi karena isu keracunan melibatkan banyak bidang, misalnya penyakit dalam, anestesi, dan neurologi. Topik keracunan ini akan menjadi isu yang sangat penting di masyarakat ke depannya,” kata Prof. Ari Fahrial.
Peluncuran Klaster Poison Center diprakarsai oleh Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI, dengan melibatkan pakar dari beberapa keahlian, seperti Farmasi Kedokteran, Spesialis Kedokteran Okupasi, Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Anestesiologi dan Terapi Intensif, Ilmu Kedokteran Jiwa, Ilmu Kesehatan Anak, serta Spesialis Emergency Medicine.
Direktur IMERI FKUI, Prof. dr. Badriul Hegar, Ph.D., Sp.A(K), mengatakan bahwa pembukaan Klaster Poison Center dilakukan karena penanganan keracunan masih memiliki gap, sementara keracunan merupakan permasalahan kompleks yang harus ditangani secara multidisiplin dan komprehensif. Dengan adanya pakar yang cukup kuat pada bidang keilmuan terkait, dan perhatian pemerintah yang cukup baik pada kasus keracunan, IMERI FKUI memutuskan untuk membuka klaster tersebut.
“Kita membutuhkan wadah untuk duduk bersama, mengkaji, serta mengembangkan pendidikan dan penelitian terkait masalah keracunan. Saya sangat gembira dengan munculnya center ini. Semoga keberadaan Klaster Poison Center dapat menciptakan kebaruan dalam meningkatkan kesehatan masyarakat melalui inovasi-inovasi yang dihasilkan,” ujat Prof. Badriul Hegar.