Depok, 1 September 2023. Perempuan mantan Pekerja Migran Indonesia (PMI) hingga kini masih mengalami sejumlah tantangan dalam memulai berkarier kembali. Sulitnya merintis wirausaha akibat keterbatasan informasi dan peluang, membuat para PMI purna terjebak dalam kebingungan dalam mencari ide usaha, memasarkan produk secara daring, hingga membuat konten promosi media sosial yang menarik.
Inisiatif untuk memberdayakan PMI purna sangatlah penting dan perlu melibatkan berbagai pihak. UU Nomor 18 Tahun 2017 tentang Pelindungan PMI mengamanatkan bahwa pemberdayaan PMI adalah bagian dari upaya pelindungan. Tujuan utama dilaksanakannya pemberdayaan bagi PMI purna ialah agar PMI purna tidak kembali terjerumus menjadi pekerja migran terutama dengan pemberangkatan non-prosedural. Lebih lanjut, PMI purna dapat memiliki bekal peningkatan keterampilan jika ingin kembali menjadi pekerja migran sehingga dapat menekan risiko terjadinya permasalahan.
Pekerja migran dengan pemberangkatan non-prosedural, khususnya perempuan, rentan mengalami diskriminasi dan kekerasan. Berdasarkan penelitian UN Women pada 2021, kekerasan yang dialami perempuan pekerja migran memiliki dampak serius, baik itu secara jangka pendek dan jangka panjang terhadap kesehatan fisik maupun mental. Dampak kesehatan dari korban kekerasan mencakup cedera, kehamilan yang tidak diinginkan, HIV, disabilitas, depresi, atau bahkan melakukan perbuatan membahayakan diri sendiri. Selain itu, penyintas kekerasan juga menghadapi stigma dan penolakan dari masyarakat juga keluarga.
Guna memberikan bekal keterampilan dan dukungan kepada perempuan mantan PMI, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) bersama United Nations Entity for Gender Equality and the Empowerment of Women (UN Women) mengadakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (pengmas) selama bulan Agustus 2023 di Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Kegiatan pengabdian dilakukan dalam bentuk pendampingan dan praktik langsung mengenai strategi kewirausahaan digital.
Ketua Tim Pengmas FEB UI, Dr. Rambat Lupiyoadi mengatakan, “Kami sangat bersemangat untuk berkolaborasi dengan UN Women dalam inisiatif ini. Program ini sejalan dengan komitmen FEB UI dalam mendukung pemberdayaan perempuan dan pembangunan berkelanjutan. Kami percaya bahwa pemberdayaan perempuan melalui kewirausahaan digital akan memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat.”
Dengan tema “Pendampingan Kewirausahaan Digital bagi Perempuan Mantan/Purna PMI Guna Mendukung Ekonomi Keluarga di Lombok Barat”, tim pengmas UI memberikan berbagai pelatihan langsung kepada para peserta menggunakan laptop dan ponsel pintar. Dalam pelatihan yang diadakan, tercatat bahwa jumlah peserta pengmas mencapai 17 orang pekerja migran dan empat orang pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Pekerja Migran itu berasal dari berbagai negara, diantaranya Saudi Arabia, Malaysia, Taiwan, Dubai, serta berbagai negara lainnya.
Pelatihan tersebut di antaranya membuat digital marketing canvas, copywriting sebagai teknik promosi, mendesain konten kreatif dalam bentuk foto dan video, memulai social media marketing hingga membuka toko daring. Peserta juga dibekali pengetahuan teknologi terbaru yang dapat mendukung jalannya usaha mereka dan turut didampingi tim dosen FEB UI secara daring selama program berlangsung.
“Pendampingan kewirausahaan digital bagi perempuan mantan PMI merupakan langkah konkret dalam memperkuat posisi perempuan dalam ekonomi lokal. Kolaborasi ini adalah contoh nyata bagaimana kerja sama lintas sektor dapat menciptakan perubahan positif dalam kehidupan perempuan dan keluarga mereka,” ujar Eksekutif UN Women yang diwakili oleh Pertiwi pada pembukaan pelatihan yang diselenggarakan di Lombok Barat pada 19–20 Agustus 2023.
Tak hanya membantu perempuan mantan PMI dalam memulai usaha mereka sendiri, pengabdian masyarakat hasil kolaborasi UI dengan UN Women juga berkontribusi pada pembangunan ekonomi berkelanjutan di daerah Lombok Barat, NTB. Pemanfaatan potensi kewirausahaan digital diharapkan memberi efek domino sehingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi setempat dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Salah seorang peserta pengmas, Nurhayati, mantan pekerja migran asal Malaysia, dengan penuh antusias mengungkapkan perjalanan bisnis kecil-kecilannya yang mengesankan, yang bermula dari sebuah pertemuan berharga dengan tim pengmas. “Sebelumnya, saya belum memulai usaha apapun, namun karena sudah bertemu dengan Pak Rambat pada Januari 2023 saya berhasil mengembangkan beragam produk seperti abon, sambal, peyek, dan lainnya, yang bahkan berhasil menembus pasar internasional, termasuk Hong Kong,” ujarnya.