id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Mahasiswa UI Paparkan Kajian Efektivitas Filter HEPA dan N95 untuk Turunkan PM 2.5

Depok, 28 November 2024. Cindy Patricia Yosika, mahasiswa Program Studi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), Universitas Indonesia (UI), berhasil memenangkan penghargaan Travel Grant Award untuk menghadiri 13th Asian Aerosol Conference (AAC) yang diselenggarakan pada 3–7 November 2024 di Borneo Convention Center Kuching (BCCK), Sarawak, Malaysia.

Penghargaan Travel Grant atau hibah perjalanan ini secara khusus ditujukan untuk mahasiswa Pascasarjana berusia di bawah 36 tahun per 7 November 2024, atau profesional muda yang telah menyelesaikan gelar master atau doktor dalam lima tahun terakhir. Hibah ini berupa dukungan finansial bagi delegasi dari negara berkembang untuk berpartisipasi dalam AAC 2024.

Konferensi yang diselenggarakan oleh Asian Aerosol Research Assembly (AARA) ini menjadi ajang pertemuan bagi para peneliti, dosen, praktisi, dan akademisi dari berbagai negara untuk berbagi hasil penelitian seputar aerosol, teknologi aerosol, dan dampaknya terhadap kesehatan. Keberhasilan Cindy menjadi bukti bahwa mahasiswa sarjana FKM UI mampu bersaing di tingkat internasional dan mendapatkan kesempatan yang berharga untuk mengembangkan wawasan di bidang kesehatan lingkungan dan teknologi aerosol.

Cindy yang awalnya tengah fokus menyusun kerangka skripsi di bawah bimbingan dan dukungan Prof. Doni Hikmat Ramdhan, SKM., M.K.K.K., Ph.D.,.kemudian mantap memutuskan untuk mendaftar seleksi abstrak ketika mendapat informasi tentang adanya konferensi ini. Ia menyadari bahwa kegiatan ini dapat membuka wawasan yang lebih luas, serta memberikan pengalaman berharga dalam dunia riset. “Alhamdulillah, saya terpilih untuk memberikan presentasi oral sekaligus mendapatkan travel grant, yang tentu saja menjadi motivasi besar bagi saya untuk terus melangkah maju,” kata Cindy.

Pada kesempatan tersebut, ia mengangkat penelitian dengan judul “Efektivitas Filter HEPA dan Filter Masker N95 dalam Menurunkan PM 2.5 di Tempat Pengujian Kendaraan Bermotor.” Penelitian ini menitikberatkan pada efektivitas filtrasi udara di lingkungan yang rentan terhadap paparan partikel kecil.

Aerosol bertebaran dalam jumlah tinggi karena uji emisi kendaraan, khususnya di tempat pengujian kendaraan bermotor. “Jika aerosol dibiarkan tanpa filtrasi, partikel berbahaya akan tetap beredar dalam ruangan, menimbulkan potensi risiko kesehatan,” kata Cindy.

Lebih lanjut, dalam penelitiannya ia menggunakan kipas angin yang dikombinasikan dengan filter untuk mengevaluasi tingkat efektivitas dalam mengurangi partikel udara berbahaya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kombinasi alat filter yang dikembangkan memiliki efektivitas yang hampir setara dengan air komersial, yang menjadi solusi potensial dengan biaya yang lebih rendah.

Efektivitas ini bergantung pada beberapa faktor lingkungan, seperti suhu udara, kelembapan, dan lainnya. Tanpa alat filter tambahan, partikel aerosol cenderung terjebak dan terus bersirkulasi dalam ruangan, yang dapat meningkatkan risiko paparan. Selain itu, penyesuaian jam kerja dan pemakaian alat pelindung diri (APD), penggunaan kipas yang dikombinasikan dengan filter memberikan kontribusi tambahan dalam upaya mengurangi konsentrasi aerosol. Meskipun air purifier tetap menunjukkan performa optimal, perbedaan efektivitas dengan kombinasi alat ini cukup tipis, sehingga penggunaan alat filter kombinasi ini dapat menjadi alternatif yang efektif.

Pada tahap pemrosesannya, Cindy menghadapi berbagai tantangan, salah satunya adalah merancang alat filtrasi secara mandiri. Ia mengatakan, fokus utama studi K3 sebenarnya lebih pada analisis dan evaluasi. Namun, ia berani melangkah lebih jauh dengan merancang sendiri alat filtrasi untuk penelitiannya. Tantangan ini berhasil dilalui berkat dukungan fasilitas K3 FKM UI, bimbingan dari dosen yang kompeten, dan dukungan dari rekan-rekan di laboratorium.

Kemudian, ia juga berbagi strategi manajemen waktu dalam menyelesaikan tugas akademik sambil mempersiapkan konferensi internasional. “Kunci utama adalah menyelesaikan tugas akademik dengan baik. Setelah itu, materi untuk konferensi dapat saya susun lebih mudah karena masih sejalan dengan penelitian yang saya lakukan,” ujar Cindy.

Baginya, menghadiri konferensi ini menjadi peluang berharga untuk memperluas wawasan dan membangun relasi dengan para akademisi dari berbagai latar belakang keilmuan. Cindy menekankan bahwa acara ini bukan hanya tentang presentasi ilmiah, tetapi juga merupakan ajang untuk memperkaya diri dengan perspektif baru dan memicu inovasi di bidang kesehatan lingkungan.

“Ekspektasi terbesar saya adalah menambah relasi, mendapatkan wawasan baru, dan menumbuhkan rasa ingin tahu. Berinteraksi dengan orang-orang yang sudah berpengalaman di bidang ini memotivasi saya untuk terus belajar dan berkembang. Meskipun ada tantangan, seperti minimnya penelitian terkait filtrasi aerosol, tetapi ini justru menjadi kesempatan untuk menciptakan solusi baru yang bermanfaat,” kata Cindy.

Related Posts