id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Mahasiswa UI Raih Predikat Runner Up di Konferensi Minyak dan Gas Internasional IPTC 2025 Malaysia

Muhammad Kahfi Arifansyah, mahasiswa Departemen Teknik Kimia angkatan 2021, Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI), meraih Juara 2 dalam ajang International Petroleum Technology Conference (IPTC) 2025 yang diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia pada 18-20 Februari 2025. IPTC merupakan salah satu konferensi teknologi perminyakan terbesar di dunia yang mempertemukan lebih dari 60,000 profesional industri migas dan energi dari dari 60 negara, serta melibatkan lebih dari 1,000 organisasi dan 420 pakar industri dan teknis terkemuka. Tahun ini, IPTC diikuti oleh 425 peserta dari 103 universitas di 27 negara. Dari seluruh peserta yang mendaftar, hanya 50 delegasi terpilih yang berhak tampil, dan Muhammad Kahfi Arifansyah menjadi satu-satunya perwakilan dari Universitas Indonesia.

Delegasi UI ini tampil sebagai ketua tim “Carbon Commanders” yang beranggotakan 7 mahasiswa lintas negara, dari Nigeria, Pakistan, Venezuela, dan Malaysia. Tim ini membawakan presentasi inovatif bertema “Carbon Management” yang membahas strategi pengelolaan emisi karbon di industri minyak dan gas, sebagai kontribusi nyata sektor energi menuju transisi energi berkelanjutan, Carbon Management bukan sekadar konsep teknis, tetapi juga bagian penting dari strategi keberlanjutan industri energi dunia, termasuk di Indonesia yang masih mengandalkan energi fosil dalam bauran energinya.
Kahfi mengikuti ajang bergengsi ini dengan bimbingan langsung dari Dr. Bambang Heru Susanto, S.T., M.T., Dosen Departemen Teknik Kimia dan juga Faculty Advisor dari Society of Petroleum Engineers Universitas Indonesia Student Chapter (SPE UI SC). Dukungan dan arahan turut berperan besar dalam membentuk kualitas riset, analisis, hingga kemampuan presentasi Kahfi di ajang internasional ini.

Dalam presentasinya, tim Carbon Commanders menawarkan solusi inovatif berupa Integrated Carbon Capture and Utilization System (ICCU System). Konsep ini mengintegrasikan teknologi penangkapan karbon di sepanjang rantai produksi migas, yang kemudian memanfaatkan karbon tersebut menjadi produk bernilai tambah seperti bahan bakar ramah lingkungan, bahan baku industri kimia, hingga material konstruksi rendah karbon. Pendekatan ini tidak hanya mengurangi emisi, tetapi juga menciptakan sirkularitas ekonomi yang mendukung ketahanan industri dalam jangka panjang. Solusi ini menyoroti proyek-proyek CCS berskala besar seperti Tangguh LNG CCS Project di Indonesia yang dipimpin oleh BP, dengan target penyimpanan 15 juta ton CO₂ hingga tahun 2028, serta Kasawari CCS Project di Malaysia yang diharapkan mampu menangkap 3,3 juta ton CO₂ per tahun mulai tahun 2025. Selain itu, kebijakan seperti Carbon Pricing Act di Singapura yang menetapkan pajak karbon sebesar S$50–80 per ton pada tahun 2030 serta insentif pajak dari Presidential Regulation 14/2024 di Indonesia menunjukkan langkah konkret dalam mendukung investasi CCS.

Menurut Kahfi, ”Tim kami menggarisbawahi pentingnya harmonisasi regulasi karbon di kawasan ini, peningkatan kerja sama lintas negara, dan pengembangan riset yang lebih intensif untuk mengatasi tantangan profitabilitas dan persepsi publik terhadap CCS. Dengan pendekatan yang terstruktur dan kolaboratif, solusi ini bertujuan untuk menjadikan Asia Tenggara sebagai pusat penyimpanan karbon terkemuka di kawasan.”
Dekan FTUI, Prof. Kemas Ridwan Kurniawan, S.T., M.Sc., Ph.D., menyampaikan apresiasi atas capaian membanggakan tersebut. Menurutnya, prestasi ini bukan hanya membanggakan FTUI dan UI, tetapi juga membuktikan bahwa mahasiswa FTUI mampu bersaing di panggung dunia. “Kahfi menunjukkan bahwa mahasiswa teknik tidak hanya berkutat dengan tugas akhir dan praktikum, tetapi juga memiliki kontribusi nyata dalam menjawab isu global dengan melahirkan gagasan inovatif yang relevan dengan tantangan masa depan.

Related Posts