id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222
http://pakbejo.jatengprov.go.id/?slot=1&online=1https://sibale.singkawangkota.go.id/img/bocoran slot gacorslot gacor gampang menanghttps://csirt.rri.go.id/js/https://siproda-ns.strada.ac.id/wp-includes/pomo/https://siproda-ns.strada.ac.id/wp-includes/js/https://natalie.apps.undip.ac.id/storage/assets/https://natalie.apps.undip.ac.id/storage/materi/https://serasi-pnbpminerba.esdm.go.id/vendor/https://csirt.rri.go.id/css/https://serasi-pnbpminerba.esdm.go.id/system/https://rumahpusbin.kemdikbud.go.id/slot-gacor-terbaru/https://pgpaud.fkip.untad.ac.id/wp-content/uploads/https://pii.fbs.unp.ac.id/wp-content/xgacor/https://freesvg.org/test/https://mbkm.darmajaya.ac.id/pgacor/https://dispenduk.mojokertokota.go.id/system/https://uptdlkk.kaltimprov.go.id/konsumen/

Meninjau Sawit Indonesia Dari Sudut Pandang Ilmu Sosial

Universitas Indonesia > Berita > Meninjau Sawit Indonesia Dari Sudut Pandang Ilmu Sosial

Pusat Kaijan Kesejahteraan Sosial FISIP UI dan Palm Oil Agribusiness Strategi Policy Institute (PASPI) menggelar acara diskusi bertema “Produksi Sawit Indonesia dan Isu Persaingan Minyak Nabati Global”.

Bertempat di Auditorium JuwonoSudarsono FISIP UI Depok, Rabu (13/9/2017) diskusi ini meninjau seluk-beluk produksi sawit Indonesia dari sudut pandang ilmu sosial.

Direktur Eksekutif  PASPI, Tungkot Sipayung menjelaskan bahwa prospek produksi sawit Indonesia masih sangat cerah.

Kini, Indonesia menjadi negara dengan ekspor CPO (crude palm oil) terbesar di dunia. Bersama Malaysia, Indonesia menyumbangkan nyaris 90% pasokan minyak sawit global.

“Jangan sampai sawit diurus oleh asing seperti nonmigas lainnya. Eropa tidak punya sawit sama sekali tapi malah mereka yang menentukan standarnya,” ujar pria kelahiran Simalungun.

Selain prospeknya yang cerah, produksi dan ekspor sawit juga amat menguntungkan Indonesia secara finansial.

Masih menurut Tungkot, saat ekspor nonmigas selain sawit melaju negatif, sawit selalu berhasil menambalnya.

Tak hanya melalui pendapatan dari ekspor, sawit juga mampu menekan pengeluaran pemerintah dalam mengimpor bahan bakar.

Sebab, kini sawit telah dapat diolah menjadi biodiesel yang emisi karbon dioksidanya pun lebih tipis.

Namun, tak dapat dipungkiri bahwa ekspansi perkebunan sawit yang melesat cepat juga kerap memakan korban.

Laju deforestasi terbesar tahun 2009-2011 diakibatkan ekspansi sawit. Konflik agrarian antara pengusaha sawit dengan masyarakat lokal pun menajam.

Hal ini disampaikan Prof. Shergi Laksmono mewakili Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP UI,

“Terdapat sejumlah kasus eksploitasi tenaga kerja akibat target produksi yang tinggi. Akibatnya, pekerja sawit terpaksa mengajak anak dan istrinya untuk turut bekerja,” ujarnya.

Kendati demikian, wacana negatif terkait sawit yang berkembang di media perlu dipahami dalam konteks yang luas.

Shohwan Al Banna mewakili Departemen Hubungan Internasional FISIP UI menengarai wacana tersebut sengaja diproduksi oleh negara-negara maju yang cemas terhadap prospek sawit Indonesia yang bakal meredupkan prospek minyak nabati.

“Pemerintah harusnya sadar bahwa isu sawit di dunia bukan tentang lingkungan hidup belaka. Isu lingkungan hidup memang nyata, tapi ada perang bisnis pula dibaliknya,” ungkap Shohwan.

Penulis: Vitorio Mantalean

 

 

Related Posts

Leave a Reply