Depok, 24 Agustus 2024. Ketua Majelis Wali Amanat (2019-2023) Universitas Indonesia (UI) yang pernah menjabat sebagai Menteri Perindustrian Republik Indonesia (2014-2016) duduk di baris terdepan kelompok Sekolah Kajian Stratejik pada acara wisuda UI siang ini. Pagi hari tadi (Sabtu, 24/08) terlebih dahulu dilakukan upacara wisuda Semester Genap 2023/2024 yang dipimpin oleh Rektor UI, Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D., bagi Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Saleh Husin, kelahiran Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT), membuktikan bahwa pendidikan tidak mengenal batas usia dan waktu. “Syukur alhamdulillah, siang hari ini sebagai mahasiswa UI, saya diwisuda untuk Program Doktor Sekolah Kajian Stratejik dan Global. Dengan penuh perjuangan, alhamdulillah studi ini bisa sukses,” ujar Dr. Saleh Husin yang datang bersama istri dan anak-anaknya.
Ia tergolong orang yang memiliki timeline yang tidak biasa dalam pendidikan dan dunia karier. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah di Ba’a Rote pada 1979, serta pendidikan menengah atas di Kupang pada 1982, ia merantau ke Pulau Jawa dan membuka bisnis untuk menopang hidupnya. Saat bisnisnya perlahan mulai sukses, ia kembali memperjuangkan pendidikannya dengan berkuliah di Universitas Krisnadwipayana Jakarta, dan berhasil mendapat gelar sarjanan pada 1996 serta gelar magister pada 2007.
Kini, di usianya yang ke-60 tahun, Saleh Husin dinyatakan lulus dari Program Doktoral SKSG UI pada sidang promosi yang berlangsung Sabtu, 24 Februari 2024, dengan predikat summa cum laude dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,96. Prestasi ini diraihnya berkat penelitian berjudul “Hilirisasi Industri Sawit untuk Memperkuat Perekonomian Nasional dan Meningkatkan Posisi Tawar Indonesia dalam Perdagangan Dunia”.
“Saya merasa ilmu yang saya dapat selama belajar di UI akan bermanfaat untuk aplikasi di masyarakat. Apalagi, saya juga berkecimpung di dunia usaha dan sebelumnya di kabinet. Oleh karena itu, penelitian dalam disertasi saya mudah-mudahan bermanfaat dan dapat membantu pemerintah dalam membuat satu kebijakan yang berguna bagi bangsa dan negara,” kata Saleh.
Dalam disertasinya, ia mengulas Indonesia sebagai produsen dan konsumen minyak sawit terbesar di dunia. Posisi tawar Indonesia pada perdagangan sawit internasional masih relatif lemah, sehingga hilirisasi industri sawit diperlukan untuk memperkuat perekonomian nasional, meningkatkan nilai produk ekspor, dan menurunkan impor. Dengan hilirisasi, Indonesia dapat membangun industri baru berbahan baku utama minyak kelapa sawit, seperti kosmetik, sabun, coklat, dan biodiesel. Ia berpendapat bahwa hilirisasi akan sukses jika didukung regulasi dan perpajakan ekspor minyak kelapa sawit yang tepat.