id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Menyusui Sebagai Investasi: Bukti Ilmiah dan Aplikasinya

Penulis: Alfin Heriagus

Dalam rangka memperingati “Pekan Menyusui Sedunia 2021”, Human Nutrition Research Center, Indonesian Medical Education and Research Institute (IMERI) menyelenggarakan seminar daring bertajuk “Upaya Perlindungan, Promosi dan Dukungan Ibu Menyusui di Indonesia: dari Riset ke Masyarakat”. Seminar ini diselenggarakan pada Sabtu (07/08/2021) melalui aplikasi Zoom Meeting dan kanal Youtube “IMERI FK UI”. Salah satu narasumber dalam sesi ini adalah dr. Klara Yuliarti, Sp. A(K) (Anggota Satgas Air Susu Ibu/ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia) membawakan tema “Menyusui Sebagai Investasi: Bukti Ilmiah dan Aplikasinya” dengan moderator dr. Erfi Prafiantini, M.Kes.

Turut hadir Prof. Dr. dr. Badriul Hegar, Sp. A(K), Ph.D. (Direktur IMERI FK UI) untuk meresmikan sekaligus memberikan sambutan pada seminar daring ini. Pada sambutannya, beliau mengatakan bahwa masyarakat percaya dan yakin dengan keunggulan ASI. ASI dianggap tidak hanya sebagai sumber nutrisi yang lengkap untuk seorang bayi, tetapi ASI juga dilengkapi oleh zat bioaktif yang sangat dibutuhkan oleh bayi dan tidak didapat ditiru oleh kemajuan teknologi saat ini hingga kapan pun. “Seminar ini bertujuan untuk mengetahui informasi terkini dari ASI dan juga menerangkan hal-hal yang belum banyak masyarakat pahami terkait ASI,” ujarnya.

Perlu diketahui bersama, bahwa menyusui merupakan proses pemberian ASI seorang ibu kepada bayi sejak lahir hingga usia dua tahun. dr. Klara dalam penyampaiannya memaparkan, bahwa para ibu harus mengganggap kegiatan menyusui adalah sebuah investasi. “Investasi dalam hal ini tentunya bukan dalam bentuk tabungan berupa uang, namun tabungan dalam bentuk seorang ibu kepada bayinya,”ujar dr Klara. Investasi yang dimaksud adalah dengan adanya ASI, maka diharapkan seorang bayi dapat tumbuh dengan sehat serta menjadi anak yang pintar di masa depan.

Dengan memberikan ASI, tentu terjadi kontak kulit antara ibu dan bayi yang memiliki manfaat untuk keduanya. Bagi ibu, memberikan ASI kepada bayi merupakan suatu bentuk kasih sayang dirinya kepada sang anak. Selain itu, menyusui juga dapat memberikan kehangatan pada bayi dan menumbuhkan rasa emosional keduanya sehingga ikatan kasih sayang dapat terjadi. Selain itu, memberikan ASI juga bermanfaat untuk kesehatan ibu seperti mengurangi risiko terkena kanker payudara, menjaga berat badan, serta meningkatkan kebahagiaan pada ibu sehingga dapat mengurangi tingkat depresi pada ibu.

Pada bayi, asupan ASI memiliki beberapa manfaat seperti meningkatkan kekebalan tubuh, kecerdasan, dan membantu perkembangan otak. Selain itu, ASI juga bermanfaat untuk mengurangi risiko obesitas, mencegah infeksi, dan melancarkan pencernaan bagi bayi. Proses pencernaan yang baik pada bayi tersebut tentu tidak lepas oleh peran protein, laktosa, maupun lemak.

Ia mengatakan, ASI mengandung laktosa yang tinggi sehingga sangat bagus untuk bayi. Laktosa merupakan zat gula yang biasa ditemukan dalam susu. Pada bayi, pemberian ASI jauh lebih baik dibandingkan dengan susu formula dari hasil olahan hewan. Bukti ilmiah mencatat, bahwa sekitar 70% protein pada ASI lebih mudah diserap tubuh bayi dibandingkan dengan susu formula. Pemberian susu formula pada bayi yang belum pada usianya justru akan berdampak pada perut yang mudah kembung.

Riset lain menunjukkan, bayi yang baru lahir juga perlu diberikan kolostrum. Kolostrum merupakan makanan pertama untuk bayi baru lahir yang keluar dari payudara ibu, sebelum keluarnya ASI yang berbentuk kental dan kuning keemasan. Hal ini dikarenakan kolostrum mengandung antibodi yang tinggi, sehingga dapat membantu usus bayi melawan bakteri mikroorganisme dan memperkuat daya tahan tubuh sehingga bayi tersebut dapat mudah beradaptasi dengan lingkungan di luar rahim. Pemberian kolostrum ini dapat dilakukan lima hari pertama setelah bayi dilahirkan.

“Pada pengaplikasiannya, bayi yang tumbuh berkembang dengan diberikan ASI dengan yang tidak diberikan, tentu akan berbeda. Riset menunjukkan bayi yang diberikan ASI akan lebih pintar dibandingkan yang tanpa diberikan ASI. Hal yang mempengaruhi hal tersebut ialah senyawa DHA (docosahexaenoic acid) dalam ASI,” ujarnya menjelaskan. DHA merupakan salah satu senyawa yang terkandung dalam ASI yang dapat membantu pertumbuhan otak dan anak pada bayi. DHA perlu diberikan pada seorang bayi sebanyak 100 mg DHA/hari.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), pemberian ASI ekslusif di Indonesia dilihat dari hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) 2017 adalah 35,7%, meningkat sebesar 6,2% dibandingkan cakupan tahun 2016 sebesar 29,5%. Data tersebut menunjukkan keberhasilan Indonesia dalam hal ASI. Keberhasilan ini tentunya tidak lepas dari keberhasilan Program Praktik Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

Hal lain yang perlu digaris bawahi saat ini ialah kondisi pandemi Covid-19 yang masih belum membaik. Kondisi tersebut tentu dapat mempengaruhi proses menyusui antara ibu dan sang bayi. Meski dalam kondisi positif Covid-19, sang ibu tetap boleh melanjutkan memberikan ASI kepada sang buah hati, namun tentunya dengan berbagai syarat.

Syaratnya ialah sang ibu harus tetap melakukan protokol pencegahan infeksi Covid-19 seperti menggunakan masker bedah, serta mencuci tangan baik sebelum atau sesudah menyusui. Tindakan lain yang perlu diperhatikan ialah memastikan kondisi ventilasi udara dalam keadaan baik, dan mengganti pakaian. Hal penting lainnya yang harus diperhatikan ialah kondisi bayi, yang harus dipastikan dalam keadaan sehat dan bugar, sehingga proses menyusui dapat berjalan dengan aman.

Pada penghujung acara, dr. Klara menyimpulkan ASI merupakan nutrisi yang ideal untuk bayi dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari proses tumbuh kembang bayi. Oleh karena itu, sebagai tenaga kesehatan, penting melakukan edukasi seputar ASI agar ibu yang akan melahirkan dapat memahami apa yang nantinya harus mereka lakukan terkait produksi ASI. Dirinya juga berpesan kepada para ibu yang mengalami masalah untuk menyusui, untuk segera berkonsultasi dengan dokter agar mendapatkan penanganan lebih lanjut demi kesehatan ibu dan bayi.

Sebagai informasi, gerakan pekan menyusui dunia ini telah dimulai sejak 1992. Pada tahun 2021 ini, UI melalui IMERI FK UI mendukung gerakan yang diserukan oleh World Helath Organization tersebut dengan cara menggelar seminar daring tentang pentingnya ibu menyusui ini. Kegiatan ini turut ini oleh Dr. dr. Rina Agustina, M. Gizi (Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo) yang pada kesempatan yang sama memberikan materi mengenai “Pemberian ASI dan Tantangannya: Penelitian dan Data Komunita Terkini”. Seminar ini diakhiri dengan sesi tanya jawab dan sesi foto bersama

Related Posts