id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Nasionalisme Islam di Era Awal Orde Baru (1968-1970)

Depok, 26 Februari 2025. Rektor Universitas Indonesia (UI) mengukuhkan Guru Besar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), dan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM). Pada Rabu (26/2) di Balai Sidang, Kampus UI Depok. Prof. Dr. Apipudin dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap bidang Sejarah Islam dan Arab dan menjadi guru besar ke-17 UI yang dikukuhkan pada tahun 2025.

Pada kesempatan ini, Prof. Apipudin menyampaikan pidato pengukuhannya yang berjudul “Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) dan Nasionalisme Islam pada Era Awal Orde Baru (1968-1970)”. Dalam Pidatonya, Prof. Apipudin menjelaskan bahwa MTQ telah menjadi bagian integral dari penguatan solidaritas nasional di Indonesia pada awal pemerintahan Orde Baru dan berhasil diselenggarakan pertama kali pada tahun 1968 di Makassar dengan mengumpulkan para pembaca Quran dari seluruh penjuru Indonesia. Hal ini menjadi langkah strategis pemerintahan Presiden Suharto untuk memperkuat hubungan dengan komunitas Muslim di Indonesia pasca peristiwa G30S/PKI 1965.

Prof. Apipudin mengatakan, Menteri Agama saat itu, K.H. Mohammad Dahlan, membuka MTQ pertama dengan membacakan pesan Presiden Suharto tentang pentingnya dukungan umat Islam dalam pembangunan bangsa berdasarkan ajaran Quran. Pada MTQ kedua di Bandung (1969), Ketua MPRS Jenderal A.H. Nasution menekankan pentingnya mengamalkan Quran, bukan sekadar membacanya. MTQ ketiga yang digelar di Banjarmasin (1970) semakin mengokohkan peran Islam di ranah publik dengan partisipasi luas masyarakat dan siaran langsung melalui RRI, yang berperan penting dalam menyebarluaskan pesan religius MTQ.
“MTQ juga menjadi ajang bagi Indonesia untuk berpartisipasi dalam MTQ internasional di Malaysia. Kompetisi ini tidak hanya mempererat hubungan bilateral antara kedua negara, tetapi juga menegaskan peran Islam dalam melawan pengaruh komunisme di Asia Tenggara.” ujar Prof. Apipudin

Lebih lanjut ia menjelaskan, festival MTQ tidak hanya berfungsi sebagai ajang keagamaan, tetapi juga sebagai simbol politik untuk merangkul elemen Islam dalam upaya pembangunan nasional. Orde Baru memanfaatkan momentum ini untuk memperkuat kesatuan nasional dan menciptakan sinergi antara Islam dan nasionalisme dalam konteks Perang Dingin.

Sebelum menjadi guru besar ke-17 UI yang dikukuhkan pada tahun 2025, Prof. Apipudin menamatkan pendidikan Sarjana Sastra Arab dan Magister Ilmu Linguistik di FIB UI. Kemudian, di tahun 2008, ia mendapatkan gelar Doktor di Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Pengukuhan guru besar Prof. Apipudin turut dihadiri oleh Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Prof. Dr. U. Maman Khalilurrahman dan Prof. Dr. Didin S. Buchari; Wakil Rektor Bidang Kerja sama dan Bisnis Universitas Negeri Jakarta, Dr. Andy Hadiyanto, M.A.; Direktur PT. CB Vator Pacific, Ir. Juhari; Ketua Yayasan Masjid Al-Muhajirin; Pusat Polisi Militer Angkatan Darat (PUSPOMAD), Mayor CPM H. Basari; Dekan FIB UI periode 2004 – 2008, Prof. Dr. Ida Sundari Husen.

Related Posts