iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Pakar Geografi UI Dr. Supriatna: Diperlukan Kedisiplinan dari Individu dalam Mengatasi Pemanasan Global

Ketua Departemen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Indonesia (UI) Dr. Supriatna, M.T., berpendapat bahwa saat ini Indonesia mengalami tantangan besar dalam penanganan masalah perubahan iklim, termasuk pemanasan global yang meliputi peningkatan suhu global, kenaikan air muka laut, efek rumah kaca dan bencana hidrometeorologi lainnya. Gas yang dihasilkan terutama dari kendaraan bermotor dan industri, seperti karbon dioksida (CO2) dan karbon monoksida (CO) yang dilepas ke atmosfer bumi dan dipancarkan kembali dari proses radiasi matahari beruapa panas yang diserap oleh permukaan bumi.

Isu-isu perubahan iklim dan pemanasan global sudah menjadi perhatian khusus bagi semua lapisan masyarakat di seluruh dunia. Sebagai bentuk dukungan dalam melindungi lingkungan, 22 April ditetapkan sebagai Hari Bumi atau Earth Day di lebih dari 175 negara.

Dampak pemakaian energi fosil (kendaraan bermotor, industri) dapat menyebabkan polusi, efek gas rumah kaca, hujan asam, hingga pemanasan global. Selain merusak lingkungan, kata Supriatna, hasil pembakaran energi fosil juga berdampak buruk bagi kesehatan. Sementara itu, perubahan tutupan/penggunaan lahan (landcover/landuse) dari penggunaan lahan bervegetasi ke penggunaan lahan terbangun turut juga dalam memperburuk kondisi bumi.

Supriatna menambahkan, ada beberapa faktor yang menyebabkan efek rumah kaca, yaitu penggunaan bahan bakar fosil, seperti batubara, minyak bumi, dan gas alam untuk keperluan energi dan transportasi. Salah satunya, penggunaan batubara secara terus-menerus dapat menghasilkan emisi gas efek rumah kaca, terutama pada gas karbondioksida (CO2). “Sekitar 80% listrik di Indonesia masih diproduksi dengan batubara, hal ini berarti penggunaan listrik berlebih juga akan mengakibatkan lapisan ozon cepat menipis akibat memproduksi batubara secara berlebihan.”

Kemudian, penggunaan air berlebih juga akan berdampak pada lingkungan. Konsumsi air permukaan dan atau air tanah berlebih akan mengakibatkan lapisan tanah rusak dan tercemar. Bukan hanya berdampak pada lingkungan, hal ini juga akan berdampak pada kesehatan manusia karena hasil produksi air bersih (PAM) dari air permukaan (sungai/danau) yang sudah tercemar akan dikonsumsi oleh manusia. Air tanah yang sudah tercemar (industri/intrusi) apabila dikonsumsi tidak baik untuk tubuh manusia.

Selanjutnya, Dr. Supriatna menyebutkan langkah-langkah penghematan listrik dan air baik –di rumah maupun di tempat bekerja. Perlu ada kedisiplinan dari individu, terutama orang tua, dalam mengawasi penggunaan listrik oleh anak-anaknya, serta mengambil langkah-langkah untuk mematikan peralatan listrik yang tidak digunakan. Penghematan air juga harus diterapkan dalam aktivitas sehari-hari, seperti saat mencuci piring dan mencuci baju. Kedisiplinan ini juga perlu diterapkan di lingkungan kantor, bahkan pada suatu kawasan/institusi besar juga perlu mengimplementasikan kebijakan penghematan dalam penggunaan listrik di ruangan dan penggunaan keran air.

Saat ini, Indonesia telah berupaya melakukan pemanfaatan energi terbarukan antara lain dengan pemanfaatan sinar matahari yang ditangkap panel surya untuk menghasilkan energi listrik. Lalu, tenaga angin sebagai pergerakan udara dengan potensi menggerakkan turbin yang digunakan untuk menghasilkan energi kinetik dan energi listrik. Kemudian, biomassa yang meliputi biodiesel, biotaenol, dan biogas. Namun, energi terbarukan tidak memberikan sifat konstan dan hanya terdapat di daerah-daerah tertentu sehingga penggunaannya tetap terbatas, seperti sumber energi dari geothermal.

Untuk itu, Dr. Supriatna berharap pemerintah dapat menetapkan kebijakan dan program rutin setiap tahun atau setiap bulan untuk menggalakkan kegiatan konservasi energi dan air, seperti melakukan pemadaman listrik pada jam-jam tertentu. Selain itu, perlu ditingkatkan kesadaran dan disiplin dalam menjaga lingkungan dengan mengelola sampah, listrik, dan air secara efisien demi menghemat sumber daya. Upaya edukasi juga dapat dipengaruhi dorongan dari individu atau kelompok seperti dosen, guru, dan mahasiswa melalui program pengabdian masyarakat, kerja lapang, dan Kuliah Kerja Nyata (KKN).

Related Posts