Puasa dalam Islam tidak hanya sekadar menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga merupakan ibadah yang melatih pengendalian emosi, meningkatkan kesabaran, dan mendekatkan diri kepada Allah. Menurut pakar Psikologi Klinis Universitas Indonesia (UI) Dini Rahma Bintari, S.Psi., M.Psi., Ph.D., Psikolog., mengatakan bahwa dengan menahan lapar, haus, serta emosi negatif, puasa mengajarkan seseorang untuk lebih sabar dan tawakal.

Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 155, yang menyatakan bahwa cobaan seperti rasa takut dan lapar adalah ujian, namun kabar gembira diberikan kepada orang-orang yang sabar. Oleh karena itu, Dini menyampaikan bahwa melalui puasa, seseorang dapat belajar mengelola emosi negatif dan meningkatkan emosi positif, seperti rasa syukur dan kebahagiaan.
Lebih lanjut ia mengungkapkan, manfaat puasa lainnya bagi kesehatan mental adalah dengan meningkatkan kebiasaan bersedekah dan mengeluarkan zakat. Aktivitas sedekah dan zakat tidak hanya membantu orang lain, tetapi juga meningkatkan kebahagiaan diri sendiri karena merasa berkontribusi dalam meringankan beban orang lain. Selain itu, berbagi juga memperkuat jaring pengaman sosial, mengurangi ketakutan dan kecemasan, serta meningkatkan rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah.
Aktivitas ibadah lainnya yang juga memberikan manfaat terhadap kesehatan mental selama menjalankan puasa, yaitu meningkatnya interaksi dengan Al-Quran dan penghayatan makna hidup. Dengan membaca dan merenungkan ayat-ayat Al-Quran (tadabur), seseorang dapat memahami makna hidup lebih dalam dan mengatasi emosi negatif, seperti kesedihan atau kecemasan. Puasa juga mengajarkan seseorang untuk menghayati makna hidup dengan lebih baik, yang pada akhirnya meningkatkan kebahagiaan dan mengurangi ketakutan akan masa depan.
Dini menambahkan, puasa juga dapat menjadi terapi tambahan untuk gangguan mental tertentu, karena melatih empati, manajemen emosi, dan pengendalian hawa nafsu. Dengan niat yang ikhlas karena Allah, puasa membantu menurunkan kecemasan, meningkatkan ketenangan emosi, dan membangun ketahanan mental.
Proses menahan diri dari hal-hal yang biasanya mudah dilakukan, seperti makan atau marah, melatih seseorang untuk lebih sabar dan tahan menghadapi tekanan. Hal ini sangat bermanfaat bagi mereka yang mengalami gangguan kecemasan atau depresi, karena puasa mengajarkan cara mengelola emosi dengan lebih baik.
Sementara itu, meskipun waktu tidur mungkin berkurang selama puasa karena ibadah tarawih dan sahur, Dini mengatakan bahwa hal ini sebenarnya menciptakan keteraturan dalam hidup sesuai sunnatullah. Kuncinya adalah menghindari begadang untuk hal-hal tidak produktif, seperti nongkrong atau menonton drama semalaman, dan memanfaatkan waktu istirahat siang (qailulah) untuk mengembalikan energi.
“Dengan mengatur waktu tidur dan ibadah secara seimbang, tubuh dan pikiran tetap terjaga kesehatannya. Biasanya shalat tarawih selesai sebelum jam 9 malam dan sahur yang diakhirkan juga membantu menjaga ritme tidur yang sehat,” ujar Dini.
Lebih lanjut ia mengatakan, rasa lelah dan emosi negatif yang mungkin muncul selama puasa justru menjadi sarana latihan untuk tidak melampiaskan emosi secara berlebihan. Dengan mengimbanginya melalui ibadah seperti sholat, wudhu, dan dzikir, seseorang dapat mengatasi emosi dengan lebih baik dan menemukan ketenangan batin.
Adapun, untuk memaksimalkan manfaat puasa bagi kesehatan mental, Dini mengatakan bahwa penting untuk meniatkannya semata-mata karena Allah. Hal ini akan mengajarkan seseorang untuk menghindari FOMO (fear of missing out) atau pamer. Kemudian, gunakan waktu untuk fokus melakukan hal produktif dan kontributif, seperti ibadah dan membantu sesama. Puasa juga menjadi kesempatan untuk melatih manajemen emosi, meningkatkan empati melalui sedekah, dan merenungkan makna hidup melalui tadabur Al-Quran.
Dengan menjalankan puasa secara holistik—baik secara fisik, emosional, maupun spiritual—seseorang tidak hanya mendapatkan pahala, tetapi juga merasakan dampak positifnya dalam meningkatkan kualitas kesehatan mental. Puasa bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang memperbaiki diri, mendekatkan diri kepada Allah, dan menemukan makna hidup yang lebih dalam.