
“Aku ingin bekerja sesuai passion-ku,” begitu kira-kira Ayunda Permadani menegaskan keinginannya ketika ditanya soal pekerjaan apa yang ingin ia dapatkan selepas kuliah. Menurutnya, bekerja jika tidak sesuai hati akan sangat tidak menyenangkan.
Pernyataan tersebut dilontarkan Ayunda yang merupakan mahasiswa penerima Beasiswa Bakti BCA dalam acara Managing Succesful Future World of Work di Pusgiwa Baru, Universitas Indonesia, akhir pekan lalu. Namun ia pun mengakui belum mengetahui secara pasti apa passion-nya.
Di acara yang digelar Smart-Money.co bersama BCA tersebut, salah satu pembicara Mohammad Subagio, mengatakan ada kalanya passion tidak harus kita ikuti. Sebab bisa jadi apa yang kita anggap passion ternyata bukan bakat yang terpendam di diri kita.
Memang sih ada banyak orang yang beruntung dikaruniai bakat yang sesuai dengan passion-nya. Namun ada juga yang tidak.
Akhirnya, banyak orang yang mengembangkan skills yang sejalan dengan passion-nya. Meskipun bakatnya sendiri dalam bidang tersebut tidak luar biasa. Karena passion-nya mendorongnya untuk terus melatih skills tersebut.
Contohnya begini. Katakan seseorang sebenarnya punya bakat menulis. Ia mampu menghasilkan tulisan bagus yang bisa menyentuh hati banyak orang.

Padahal, jika pekerjaan munulis itu dibuat dengan menyenangkan, kemudian kamu menyadari bahwa dari menulis kamu bisa banyak mendapatkan sesuatu, itu akan lebih baik. Dengan begitu kamu akan melakukan sesuatu yang sesuai bakat dan bisa menjadi passion kamu yang sebenarnya.
Sebab, kata Mas Bagio, begitu Founder & CEO MSCO Management Training itu disapa, passion itu adalah sesuatu yang bertahan dan bukan sekadar tren. Jadi jangan sampai kamu malah menganggap sesuatu yang sedang happening malah jadi passion kamu.
