Buku-buku karya para ulama atau kisah-kisah para sastrawan terdahulu yang berusia ratusan tahun, akan raib bahkan mungkin membusuk secara alami jika tidak dilakukan suatu cara penyimpanan yang terjaga. Pemikiran ini menggugah para mahasiswa peneliti dari Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) Universitas Indonesia (UI) yang tergabung dalam Tim Pegonizer untuk mencari sistem atau metode yang memungkinkan buku-buku kuno tersebut tersimpan secara digital. Pasalnya, “Kondisi buku-buku yang sudah berusia ratusan tahun tersebut amat sangat mengkhawatirkan. Belum lagi kepemilikan tersebar pada banyak kolektor pribadi, bahkan hingga ke luar negeri seperti Mesir, Madinah, dan negara lainnya,” kata Yova Ruldeviyani, S.Kom., M.Kom., dosen Fasilkom yang juga salah seorang pembimbing tim Fasilkom itu.
Kegundahan terhadap kondisi itu dan didorong keinginan menjaga kelestarian maha karya nusantara, menggiring mereka pada penciptaan Pegonizer, yaitu aplikasi digitalisasi manuskrip Pegon dengan fitur katalog kitab, OCR, dan transliterasi. Manuskrip Pegon banyak mengandung pengetahuan, khususnya pendalaman Islam bagi pemeluk agama Islam. Tim Pegonizer terdiri dari para mahasiswa jurusan ilmu komputer Fasikom UI angkatan 2019, yakni Ahmad Haydar Alkaf; Beltsazar Anugrah Sotardodo; Hendrico Kristiawan; Jonathan Amadeus; Matthew Tumbur Parluhutan Siregar; Muhammad Hanif Fahreza; dan Taufiq Hadi Pratama.
Pegonizer sukses mengantar tim Fasilkom tersebut ke urutan kedua dalam kategori RnD dan bersaing di antara peserta kompetisi IdenTIK yang diselenggarakan Kemenkominfo pada 10 November 2022, dengan total karya peserta sebanyak 190. Nantinya, 18 karya yang terpilih (termasuk Pegonizer) akan berkompetisi menjadi karya terbaik dari enam kategori IdenTIK tahun 2022 guna memperoleh pembinaan serta pelatihan untuk menghadapi kompetisi regional AICTA tahun 2023. Enam kategori tersebut adalah Startup Company, Private Sector, Public Sector, Corporate Social Responsibility (CSR), Research and Development (RnD), dan Inovasi Teknologi Konten Digital.
Berdasarkan laporan Startup Ranking, Indonesia termasuk dalam peringkat 10 besar negara dengan jumlah startup terbanyak di dunia, yaitu 2.437. Melihat potensi tersebut, Kemenkominfo melalui Direktorat Pemberdayaan Informatika menyelenggarakan program IdenTIK sebagai salah satu strategi untuk mengembangkan ekosistem digital Indonesia.
IdenTIK merupakan kompetisi tahunan yang diselenggarakan Kemenkominfo dalam rangka menggali potensi produk TIK karya anak bangsa agar mampu bersaing di tingkat dunia. Para pemenang IdenTIK tersebut merupakan hasil kurasi dari para Dewan Juri yang berkompeten dalam bidang TIK. Dewan Juri IdenTIK terdiri dari Prof. Eko K. Budiardjo (Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia) sebagai Ketua Dewan Juri, Shita Laksmi (Tifa Foundation) sebagai juri kategori Public Sector, Jurike V. Moniaga (Universitas Bina Nusantara) sebagai juri kategori CSR, Prof. Yudho Giri Sucahyo (Internet Society Indonesia Jakarta Chapter) sebagai juri kategori Research and Development, Barry Simorangkir (Citra Optima) sebagai juri kategori Inovasi Teknologi Konten Digital, Leontinus Alpha Edison (Asosiasi Piranti Lunak Telematika Indonesia) sebagai juri kategori Startup Company, dan Partono Rudiarto (INIXINDO) sebagai juri kategori Private Sector.
Dekan Fasilkom UI, Dr. Ir. Petrus Mursanto, M.Sc., mengapresiasi pencapaian ini sebagai kontribusi nyata sivitas akademika Fasilkom bagi bangsa. “Penelitian merupakan bagian dari misi Fasilkom UI, yakni menciptakan, mengembangkan, dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk peningkatan daya saing bangsa. Selamat untuk tim Fasilkom UI, aplikasi Pegonizer merupakan aplikasi yang dibangun untuk mengatasi masalah Pegon di Indonesia dan juga nantinya diharapkan dapat mengakselerasi ekstraksi knowledge dari dokumen-dokumen Pegon,” ungkapnya.
Ketua Dewan Juri IdenTIK 2022 sekaligus guru besar Fasilkom UI, Prof. Eko K. Budiardjo menyampaikan, Indonesia merupakan negeri dengan karakter dan identitas unik karena keberagamannya. Keberagaman tersebut melahirkan karya-karya unik hasil kreativitas anak bangsa yang perlu diwadahi. “IdenTIK hadir sebagai wadah untuk karya-karya TIK agar dapat digali potensinya untuk tampil di mata dunia,” kata Prof. Eko.
Selain mendapat pembinaan dari dewan juri, pemenang IdenTIK 2022 akan menerima uang pembinaan dengan total nilai 30 juta rupiah (terkecuali kategori Public Sector), free credits dari Xendit, kesempatan mengikuti tahapan program Startup Studio Indonesia dan tahapan incubation program 1000 startup digital, serta credit senilai USD 10.000 hingga USD 25.000 dari Amazon Web Services bagi yang melanjutkan mengikuti program hub id. Transliterasi Pegon-Latin pada Pegonizer dapat diakses secara web dan mobile.
Transliterasi sudah reversibel, sehingga bisa melakukan transliterasi Pegon ke Latin atau Latin ke Pegon. Akses pengetikan dapat dilakukan dengan keyboard standar, terutama kemudahan pengetikan pada versi mobile. Transliterasi ini baru pertama kali dikembangkan di Indonesia dengan mengikuti aturan-aturan penulisan pada Pegon. Akses pegonizer dapat dilihat melalui tautan pegon.cs.ui.ac.id.