iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Pendidikan Karakter Ditularkan Melalui Contoh Nyata dari Orang Tua dan Guru Kepada Anak

Dalam membangun peradaban manusia, pendidikan merupakan salah satu penentu pembentukan manusia yang bermartabat. Kendati demikian, sampai saat ini pendidikan masih dilihat dan diukur dari prestasi akademik semata. Padahal, pendidikan tidak hanya sekadar pengajaran, tetapi juga perlu adanya proses yang dapat memupuk individu menjadi pribadi yang berkarakter. Di Indonesia, pendidikan karakter agaknya masih belum menjadi fokus utama.

Pakar Psikologi Kognitif, Fakultas Psikologi (FPsi), Universitas Indonesia (UI), Dr. Dyah Triarini Indirasari, M.A, Psikolog., mengatakan bahwa karakter merupakan nilai positif yang dimiliki seseorang yang digunakan dalam berperilaku pada kehidupan sehari-hari. Ada tiga kebutuhan dasar yang fundamental bagi perkembangan individu yang optimal dan berkarakter, yaitu kebutuhan akan kompetensi, kebutuhan akan otonomi, dan kebutuhan akan keterhubungan.

“Ketiga hal ini dapat mendukung terbentuknya kepribadian yang utuh dan berkarakter. Dalam arti, jika individu tersebut dapat mengembangkan dirinya sehingga memiliki keterampilan dan kemampuan yang relevan dalam kehidupannya (kompetensi) sekaligus mempunyai kendali dan kebebasan dalam mengambil keputusan (otonomi), serta memiliki hubungan sosial yang baik (keterhubungan). Maka, individu tersebut akan bisa lebih optimal dalam mengaktualisasikan diri sehingga kepuasannya akan kehidupan yang dijalani juga akan semakin meningkat,” ujar Dr. Dyah.

Lebih lanjut, kebutuhan akan kompetensi dapat tersalurkan salah satunya melalui pendidikan yang dijalani individu, baik formal, nonformal, dan informal. Pengalaman dan latihan yang baik akan membentuk karakter seseorang dan menjadi dasar bagaimana individu dapat terus mengembangkan dirinya sesuai dengan kebutuhan ataupun minat dan bakat yang dimiliki.

“Oleh karena itu, berbagai kegiatan yang mampu memperkaya pengalaman belajar menjadi sangat penting, karena di situ individu bisa mengeksplorasi dirinya dan mengetahui kemampuan-kemampuan yang relevan dan perlu dikembangkan,” kata Dr. Dyah.

Selain itu, dalam sistem pendidikan juga perlu memberikan ruang bagi individu untuk berkembang dan bisa memupuk rasa percaya diri, sehingga individu memiliki kemandirian sekaligus kebebasan yang bertanggung jawab. Pengalaman akan keberhasilan pun perlu diberikan sehingga individu merasa dirinya mampu dan bisa menghadapi berbagai situasi. Di sinilah sistem pendidikan berperan penting dalam membentuk moral dan karakter seseorang.

Kemudian, lingkungan pendidikan juga perlu memberikan rasa aman dan nyaman bagi individu untuk bersosialisasi dan memiliki hubungan satu sama lain. “Seperti pohon, individu yang terlepas dari akarnya pasti akan sulit berdiri tegak, sehingga rasa bahwa saya adalah bagian dari keluarga atau komunitas juga perlu dibangun,” kata Dr. Dyah.

Untuk itu, hal ini perlu diterapkan sejak dini atau minimal sejak sekolah dasar. Dr. Dyah mengatakan, contoh sederhana dalam menanamkan karakter yang berintegritas dapat diajarkan sejak dini dengan melatih anak untuk membuang sampah pada tempatnya atau menghormati orang lain.

“Sejak awal, pendidikan karakter juga dapat ditularkan melalui pemberian contoh nyata dari orangtua atau guru sebagai orang dewasa kepada anak. Sehingga, anak dapat membedakan mana nilai-nilai yang dianggap baik oleh lingkungannya. Kemudian, anak diminta untuk menirukan perilaku baik tersebut dan lama kelamaan perilaku tersebut menjadi kebiasaan baik yang tumbuh pada anak,” kata Dr. Dyah.

Menurutnya, secara batasan tujuan pendidikan nasional, pendidikan di Indonesia mungkin sudah menampilkan karakter yang ingin dibentuk, namun pengimplementasian di lapangannya masih belum tertata dengan baik. Dr. Dyah mengatakan, sistem pendidikan di Indonesia lambat laun diharapkan mengarah ke pembentukan karakter yang menonjol. Keberhasilan pendidikan karakter di Indonesia dapat tercermin dari perilaku masyarakatnya. Jika masyarakat di Indonesia sudah menerapkan nilai-nilai budi pekerti yang baik, hal ini menandakan bahwa pembentukan karakter melalui pendidikan sudah berhasil di Indonesia.

Dalam menyongsong Indonesia Emas 2045, Indonesia membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Kualitas SDM yang baik dapat terbangun apabila sistem pendidikan juga mengutamakan pendidikan karakter yang baik. “Kita sudah lihat sendiri, bangsa lain yang lebih maju, seperi Jepang, memiliki pendidikan karakter yang sangat baik dan ini diperoleh tidak hanya dari sistem pendidikan yang diterapkan, tetapi juga dari budaya yang juga terus dilestarikan,” ujar Dr. Dyah.

Untuk itu, guna mencapai hal tersebut, Dr. Dyah mengatakan bahwa salah satu transformasi sosial yang diharapkan adalah adanya pendidikan yang berkualitas dan merata. Dengan perkembangan teknologi yang pesat seperti sekarang ini, konten keilmuan menjadi hal yang mudah untuk diakses di mana saja dan kapanpun. Tetapi, bagaimana membentuk pribadi yang mandiri, bermoral, memiliki 21st century skills (berpikir kritis, kreatif, mampu memecahkan masalah, berkolaborasi, memiliki kemampuan berkomunikasi, dapat menjadi warganegara global, dan memiliki literasi digital) masih belum terlihat. Padahal, skills ini diperlukan untuk manusia beradaptasi pada berbagai perubahan yang akan dialami di masa mendatang.

Sementara itu, hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah bimbingan dan dukungan dari lingkungan, baik keluarga, sekolah, dan masyarakat dibutuhkan untuk memberikan kesempatan pada anak dalam menerapkan perilaku yang baik, menginternalisasi nilai-nilai yang baik dan kemudian akan membentuknya sebagai manusia yang berkarakter baik.

Related Posts