id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Peneliti FTUI Kembangkan MESS, Solusi Pemerataan Listrik untuk Negara Kepulauan

Para peneliti Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) mengembangkan Mobile Energy Storage System (MESS) atau Sistem Penyimpanan Energi Listrik Mobile sebagai solusi penyediaan energi bagi negara kepulauan seperti Indonesia. Inovasi MESS diharapkan dapat meningkatkan pemerataan kelistrikan di Indonesia, khususnya pada wilayah timur indonesia yang memiliki Biaya Pokok Penyediaan (BPP) listrik yang tinggi.

Tim peneliti FTUI tersebut terdiri dari Dr.-Ing. Budi Sudiarto, ST., MT.; Ir. Chairul Hudaya, ST, M.Eng.,Ph.D,IPM;  Ir. I Made Ardita, M.T.; Prof. Dr. Ir. Iwa Garniwa M.K., M.T.; Ir. Amien Rahardjo, M.T.; Prof.Dr. Ir. Rudy Setiabudy, DEA.; Fauzan Hanif, ST, M.Sc., Faiz Husnayain, S.T., M.T., M.Sc.; Dwi Riana Aryani, S.T., M.Sc.; dan Adhistira Madhyasta Naradhipa, ST, M.Sc. Kajian inovasi ini dilakukan berkolaborasi dengan PLN Direktorat Bisnis Regional Maluku, Papua dan Nusa Tenggara (RMPN).

“Mengingat negara kita adalah negara kepulauan, MESS menjadi solusi yang tepat untuk mendistribusikan listrik dari pulau yang kelebihan daya listrik ke pulau atau daerah yang mengalami kekurangan listrik tanpa memerlukan kabel transmisi bawah laut yang memerlukan investasi yang cukup besar. Di samping itu, transmisi kabel bawah laut juga sering mengalami gangguan yang pemulihannya memerlukan waktu yang cukup lama dan biaya yang besar,” ujar Dekan FTUI, Dr. Ir. Hendri D.S. Budiono, M.Eng. mengapresiasi inovasi para peneliti FTUI.

“Kami menggunakan prinsip kerja yang sama dengan konsep Tabung Listrik (TaLis) yang telah dikembangkan oleh FTUI dan PLN RMPN. Jika TaLis memiliki kapasitas kecil (~1 kWh), maka MESS memiliki orde kapasitas lebih dari 400 kWh,” kata salah seorang penggagas MESS, Chairul Hudaya, yang merupakan Rektor Universitas Teknologi Sumbawa.

Lebih lanjut, Ketua Tim MESS FTUI, Budi Sudiartomenjelaskan, “Pendistribusian MESS dalam bentuk kontainer dilakukan dengan menggunakan transportasi laut, sungai dan darat dari pusat pembangkit lstrik menuju pusat beban. Komponen utama MESS adalah baterai, konverter AC-DC dan DC-AC, dan sistem pengendali dan pengaman. Di sini peranan baterai menjadi sangat sentral. Baterai lithium ion digunakan mengingat baterai jenis ini memiliki kerapatan daya dan energi yang relatif tinggi dibandingkan dengan baterai jenis lainnya.”

Dalam pengoperasiannya, MESS memerlukan Stasiun Pengisian Energi Listrik (SPEL) untuk melakukan pengisian energi listrik. Pasokan listriknya bisa berasal dari pembangkit atau sistem kumpulan pembangkit yang dipilih berdasarkan biaya pembangkitan energi yang murah dan lokasi yang dapat dijangkau secara mudah oleh transportasi laut, sungai dan darat menuju pusat-pusat beban. Beberapa pembangkit yang dapat dipilih sebagai pemasok SPEL diantaranya PLTU/PLTG mulut tambang serta PLTS dan PLTB kapasitas besar yang umumnya memiliki biaya energi rendah. Jadi MESS dapat dipasok oleh pembangkit berbasis energi fosil maupun energi terbarukan.

“Kelebihan pasokan listrik di suatu daerah dapat ditampung menggunakan MESS, kemudian dapat didistribusikan ke tempat lainnya yang membutuhkan. Usaha ini diharapkan dapat membantu program pemerintah untuk meningkatkan rasio elektrifikasi (RE) di wilayah yang nilai RE nya masih rendah, seperti di wilayah MPNT. Selain itu, kehadiran MESS juga dapat membantu meningkatkan keandalan sistem setempat. Ini karena MESS memiliki fungsi ancillary service yang dapat mengatur tegangan dan frekuensi sistem tetap stabil,” kata Budi yang juga merupakan staf pengajar Departemen Teknik Elektro FTUI.

Related Posts