id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Pengukuhan Guru Besar Kedokteran UI : Menangani Penyakit Jantung Bawaan dan Autisme pada Anak

fk1

Rektor Universitas Indonesia (UI) Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis, M.Met mengukuhkan Prof. Dr. dr. Hardiono D. Pusponegoro, Sp.A(K) dan Prof. Dr. dr. H. Mulyadi M. Djer, SpA(K) sebagai dua Guru Besar Tetap bidang Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UI di Balai Sidang UI pada Sabtu (24/9/2016).

Memperoleh giliran pertama, Prof. Hardiono memaparkan pidato bertajuk “Autisme, Cahaya dalam Kegelapan”. Autism spectrum disorder (ASD) atau autisme adalah gangguan pada anak yang bercirikan, (1) Gangguan menetap dalam komunikasi sosial dan interaksi sosial dalam berbagai bidang dan (2) Perilaku, minat, dan aktivitas yang terbatas dan berulang.

Autisme ternyata menunjukkan peningkatan prevalensi yang luar biasa hingga 2010, yaitu 3,4 per 1000 anak pada 1996 menjadi 14,6 per 1000 anak berumur 0-8 tahun atau satu tiap 68 anak pada 2012. Melihat peningkatan prevalensi sedemikian cepat yang jarang terjadi di dunia kedokteran, autisme masih juga belum ditemukan penyebab pastinya.

Meskipun begitu, harapan selalu terbentang dalam tata laksana autisme. Anak autisme dapat dibantu dengan intervensi yang tepat dari orangtua dan pengobatan dokter. Sebagian memang bisa bersekolah biasa, atau sekolah inklusi, namun yang penting adalah melakukan diagnosis dini pada anak bila orangtua melihat gejala (red flags), meminta skrining autisme, dan orang tua juga perlu mempelajari jenis intervensi lewat pelatihan-pelatihan.

Bagi sejawat praktisi kesehatan anak, skrining pediatri umm harus dilakukan pada semua anak pada umur 8, 18, dan 30 bulan, serta skrining autisme pada umur 18 bulan dan 24 bulan karena pemeriksaan menyeluruh adalah modal seorang dokter anak. Prof. Hardiono mengatakan, tantangan Indonesia dalam tata laksana autisme adalah belum adanya sekolah untuk ASD savant, belum ada program vokasi, belum adanya lapangan kerja bagi anak autisme, dan sedikitnya jumlah tenaga profesional autisme. Ke depannya, beliau akan menyusun Indonesia Autism Guidelines.

fk2

Berikutnya, Prof. Mulyadi menyampaikan pidato berjudul “Kardiologi Intervensi  (KI) pada Penyakit Jantung Bawaan (PJB): Masa Kini dan Akan Datang”. Dalam kasus terebut, PJB merupakan sepertiga dari seluruh kelainan kongenital, artinya sering ditemukan pada anak.

KI diperkenalkan sebagai teknik penanganan kelainan jantung tanpa operasi. Sebelumnya, semua kelainan jantung hanya dapat ditangani dengan operasi. Perlunya tim lengkap dan alat khusus seperti mesin jantung-paru yang masih sering menimbulkan sindrom curah jantung rendah dan berakibat pada gangguan perkembangan anak di kemudian hari, membuat operasi tergolong tindakan yang invasif.

Di sisi lain, KI tidak seinvasif tindakan operasi, sehingga diharapkan KI dapat menjadi terobosan baru untuk meningkatkan layanan penyakit jantung anak di tengah keterbatasan SDM dan fasilitas operasi jantung anak.

Tantangan penanganan kelainan jantung anak di Indonesia adalah dokter subspesialis/konsultan jantung anak baru berjumlah 49 orang dari UI dan Universitas Airlangga. Rasio dokter dan pasien yang masih rendah diikuti dengan distribusi dokter yang tidak merata.

Prof. Mulyadi berpesan pada calon dokter supspesialis PJB hal yang sama seperti Prof. Hardiono, yaitu perlunya melakukan pemeriksaan yang teliti untuk menemukan gejala PJB sedini mungkin dan hal tersebut hanya dapat dicapai dengan terus memperdalam ilmu klinis demi kepentingan pasien.

Selain dihadiri keluarga dan kerabat dari dua Guru Besar, upacara pengukuhan tersebut diikuti oleh Menteri Kesehatan RI, Dekan FK UI, Ketua Senat Akademik UI (SA UI), Ketua Dewan Guru Besar UI (DGB UI), Departemen IKA FKUI-RSCM, hingga pengajar, karyawan, mahasiswa Prodi Dokter Spesialis. Dalam pengukuhannya, kedua Guru Besar masing-masing menyampaikan pidato mengenai penemuan mereka.

 

Penulis: Ayu Larasati

Related Posts