id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Pengukuhan Tiga Guru Besar UI: Arsitektur dan Energi Alternatif Untuk Indonesia Yang Lebih Baik

3-prof-1024x803Universitas  Indonesia (UI) pada Rabu (8/10) melakukan pengukuhan tiga guru besar dari fakultas teknik sebagai guru besar tetap UI di Balai Sidang UI Depok. Tiga profesor yang diangkat menjadi guru besar pada hari ini adalah Prof. Kemas Ridwan Kurniawan, S.T. , M.Sc., Ph.D  (Teknik Arsitektur), Prof. Yandi  Andri Yatmo, S.T., Dp.ARh., M. Arch., Ph. D (Teknik Arsitektur), serta Prof. Dr. Ir. Adi Surjosatyo, M. Eng (Teknik Mesin). Dalam acara ini turut hadir Prof. Dr. dr. Biran Affandi, SpOG (K) selaku Ketua Dewan Guru Besar UI, Prof. Dr. Ir. Dedi Priadi, DEA selaku Dekan FT UI, serta para anggota dewan guru besar UI.

Dalam pidato pengukuhannya yang berjudul “Paradox:  Sebuah Naratif Tentang Arsitektur & Urbanisme Di Indonesia Pasca Reformasi”.  Prof. Kemas Ridwan Kurniawan mengatakan bahwa rancang arsitektur saat ini tidak mempertimbangkan adanya kondisi paradox yang muncul di masyarakat akibat perubahan sosial politik yang terjadi di Indonesia, terutama pasca reformasi. “Saat ini pertumbuhan pusat perbelanjaan, gedung-gedung pencakar langit di pusat kota telah membuat kawasan-kawasan bersejarah seperti kota tua di Jakarta semakin terpinggirkan dan terlupakan, padahal ada kebutuhan untuk menjaga akar sejarah dari sebuah bangsa, inilah paradox yang terjadi. ” ungkapnya. Dalam mengatasi hal ini ada beberapa hal yang diusulkan  olehnya yang semuanya bertujuan untuk membuat kawasan-kawasan bersejarah ini menjadi  menyatu dengan wilayah metropolitan disekitarnya tanpa menghilangkan arsitektur asli dan fungsinya sebagai penjaga sejarah.

Sedangkan dalam pidatonya yang berjudul “Arsitektur Untuk Rakyat”, Prof. Yandi Andi Yatmo berbicara tentang “arsitektur liquid”. Sebuah konsep arsitektur yang fleksibel, tidak bersifat permanen, dan menyesuaikan dengan kondisi masyarakat yang ada. “Selama ini para arsitek menganggap bahwa sebuah rancang bangun yang baik adalah rancang bangun yang selesai, permanen, indah. Padahal justru yang penting dari suatu seni arsitektur adalah manfaatnya untuk masyarakat, bukan semata keindahannya,” ungkapnya. Menurutnya justru dari suatu rancang bangun yang tidak selesai, bila memang itu dirancang di suatu masyarakat yang komunal, dapat mendorong keharmonisan. “Masyarakat dapat bergotong royong menyelesaikan rancang bangun tersebut dengan menyesuaikan dengan situasi kondisi yang dibutuhkan oleh masyarakat itu sendiri,” tambahnya.  Arsitektur liquid lebih bersifat dinamis dan menekankan fungsi  arsitektur itu sendiri untuk masyarakat.

Prof. Dr. Ir. Adi Surjosatyo, M. Eng dalam pidatonya yang berjudul “Peranan teknologi Gasifikasi: Usaha Kontribusi Strategis Penyediaan Sumber Bahan Bakar Alternatif di Indonesia” berbicara tentang salah satu sumber energy listrik alternatif untuk listrik, yaitu teknologi dengan menggunakan bahan bakar biomassa (limbah padat pertanian) .  “ Sedangkan saat ini, limbah padat pertanian jumlahnya sangat besar di Indonesia, ini bisa menjadi suatu potensi energi alternatif yang sangat besar. ” ujarnya. Gasifikasi  biomassa adalah proses penguraian biomassa menjadi gas-gas mampu bakar, gas tidak mampu bakar, dan partikel lain seperti abu dan tar. Gas yang dihasilkan akan bisa langsung dimanfaatkan setelah dilakukan proses pembersihan yang bertujuan untuk membuat partikel pengotor penyumbat gas. “ Proses gasifikasi juga mengurangi polusi udara karena limbah dari hasil pembakaran tidak dibuang langsung ke alam, tetapi melalui proses pembersihan terlebih dahulu,” ujarnya. Ia berharap hasil pengembangan penelitiannya ini akan bermanfaat untuk pengembangan sumber energi alternatif di Indonesia. (WND)

Related Posts