Pemerintah sedang gencar-gencarnya membangun proyek infrastruktur, baik di Jawa maupun luar Pulau Jawa.
Jalan-jalan antar kota, proyek-proyek pelabuhan laut, udara, rel kereta, pembangkit listrik, waduk dan bendungan, hingga fasilitas pengolahan air bersih juga sedang dibangun.
Namun, ada yang terlupa dari pembangunan pemerintah ini, yaitu membangun infrastruktur Information & Communication Technology (ICT).
Mengapa ini penting? Jawaban paling simpel adalah kita hidup di abad informasi. Maka fasilitas paling dasar yang mesti tersedia adalah jaringan ICT.
Tanpa jaringan IT, gap kaya-miskin antara Indonesia bagian dan timur akan makin besar.
Ketika anak-anak muda di Jakarta begitu mudah mengikuti kuliah online tak berbayar (free) di internet, nun jauh di timur untuk mengakses online banking saja susahnya setengah mati.
Selain itu, pemerintah menargetkan Indonesia untuk menjadi negara dengan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara, yang tentu saja membutuhkan dukungan infrastruktur ICT yang kuat.
.Kedua, Indonesia adalah negeri rawan bencana. Kita akrab dengan gunung meletus, longsor, banjir, angin topan, bahkan tsunami.
Indonesia dapat memanfaatkan ICT dalam melakukan evakuasi dan upaya penyelamatan lainnya, karena kemudahan dalam pendistribusian informasi.
Selain itu, ICT juga dapat digunakan untuk memantau informasi potensi bencana dan melakukan analisis bencana.
Ketiga, negara kita dianugerahi potensi kekayaan wisata. Kita sama-sama bermimpi untuk menjadikan pariwisata sebagai sumber utama penerimaan negara.
Lalu, apa kaitannya dengan infrastruktur ICT?
Anda pernah dengar istilah millennial travellers. Mereka adalah generasi yang lahir sepanjang tahun 1985–2000 dan suka berwisata.
Mereka memanfaatkan media sosial dalam mempertimbangkan berbagai ulasan yang menyangkut destinasi wisata.
Infrastruktur ICT yang memadai menjadi penting dalam memudahkan millennial travelers mengakses informasi serta kampanye digital tentang destinasi wisata Indonesia.
Sayangnya pembangunan infrastruktur ICT kita masih perlu dipacu, sehingga negara bergerak menuju ke depan, bukan menghadirkan masa lalu ke masa kini.
Penulis:
Rhenald Kasali (Pendiri Rumah Perubahan)
Sumber: feb.ui.ac.id