id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Peran Penting Mikrobioma dalam Tubuh Manusia

  ilustrasi medis

Bakteri, virus, dan mikroorganisme tak hanya merugikan manusia, tetapi juga memiliki banyak manfaat. Tanpa bakteri tertentu, tubuh manusia tidak akan mampu menyerap bahan makanan yang diperlukan.

Selain itu, proses produksi vitamin juga membutuhkan bantuan bakteri. Peran mikroorganisme dalam tubuh manusia ini menjadi bahasan utama dalam kuliah umum bertajuk “Era Mikrobioma: Memahami Lebih Dalam Interaksi Mikroba dan Manusia dalam Kehidupan” yang disampaikan oleh Prof. dr. Pratiwi P. Sudarmono, Ph.D, Sp.MK(K).

“Mikroorganisme ini memang sangat kecil ukurannya. Namun jika dijumlahkan, berat dari seluruh mikrobioma ini sekitar 2—3 kg dari berat tubuh manusia,” ujar Pratiwi dalam kuliah yang berlangsung di Gedung Rumpun Ilmu Kesehatan, Kamis (26/5/2016).

Kumpulan dari triliunan mikroorganisme yang mendiami tubuh manusia inilah yang dinamakan mikrobioma. Mikrobioma dalam tubuh manusia terdiri dari bakteri, virus, dan eukariota. Rasio sel yang dimiliki oleh mikrobioma ini 10 kali lebih besar dari sel tubuh manusia. Rasio gennya pun 200 kali lebih besar dari gen manusia.

Besarnya jumlah mikroba ini turut membawa dampak yang signifikan bagi tubuh manusia sejak masih bayi. Mikroorganisme pertama dalam tubuh bayi yang lahir lewat persalinan normal diserap dari sang ibu. Pratiwi menjelaskan, “Bayi yang masih dalam kandungan itu steril, tak satupun bakteri ada di ususnya. Namun ketika proses kelahiran, bakteri tertentu di organ vital sang ibu berkurang dan bayi menyerapnya seperti sponge.”

Jenis bakteri yang diserap oleh bayi ini kemudian berperan penting dalam menentukan kesehatannya di masa depan. Ada bakteri yang membuat bayi mengidap jenis alergi tertentu atau berpotensi mengidap penyakit tertentu. Hal ini membuat Pratiwi mengimbau peserta perempuan yang hadir di kuliah umum itu untuk selalu menjaga kesehatan organ reproduksinya.

Seiring perkembangannya, komposisi mikrobioma di tubuh manusia terus berubah sehingga tak ada satupun manusia yang memiliki komposisi mikrobioma yang sama dalam tubuhnya. Ketika bayi mulai mengonsumsi makanan padat, jenis bakteri di ususnya berganti jenis.

Orang yang mengalami obesitas pun cenderung memiliki keragaman mikroba yang lebih sedikit dibanding orang yang bertubuh normal. “Padahal, tingkat keragaman mikrobioma yang tinggi berdampak baik bagi tubuh. Pasalnya, variasi mikrobioma ini membantu manusia untuk menghadapi lebih banyak ancaman kesehatan,” ujar perempuan yang pernah menjadi peneliti di NASA ini.

Penulis: Dara Adinda Kesuma Nasutio

Related Posts