id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Peran Teknologi dan Profesi Penyambungan Logam di Era MEA

(Foto : 1000 Words/Shutterstock)
(Foto : 1000 Words/Shutterstock)

Akhir Desember 2015, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) resmi diberlakukan. Dampaknya adalah ASEAN menjadi sebuah pasar tunggal dimana pergerakan barang dan jasa menjadi lebih terbuka dan bebas.

Hal tersebut disampaikan Prof. Winarto dalam pidato pengukuhannya sebagai guru besar Rabu (24/2/2016) di Balai Sidang UI. Pidato tersebut berjudul “Peranan Teknologi dan Profesi Bidang Penyambungan Logam dalam Menghadapi Tantangan MEA”.

Ada 8 sektor ketenagakerjaan yang akan mengalami lalu lintas keterbukaan di era MEA ini, salah satunya adalah tenaga kerja teknisi (engineering service).

Bidang jasa pengelasan adalah salah satu tenaga kerja teknisi yang akan mengalami era kompetitif di era pasar terbuka MEA ini.

Hal ini disebabkan karena kebutuhan baja kontruksi yang masih tinggi di tingkat nasional maupun di ASEAN, sehingga kebutuhan juru las dan koordinator las masih sangat dibutuhkan.

Faktanya, pengelasan masih merupakan bagian tak terpisahkan dari pertumbuhan industri, terutama dalam hal rekayasa dan reparasi komponen logam.

Menyadari kompetisi ini, Indonesia sebenarnya telah berupaya menerapkan standarisasi terhadap tenaga kerja juru las dengan bergabung dengan lembaga sertifikasi enjiner las internasional, International Institute of Welding (IIW).
Dalam skala regional, Indonesia juga tergabung dalam Asian Weding Federation (AWF).

Untuk skala nasional, Indonesia telah memiliki Lembaga Sertifikasi Personil Las (LSP Las) yang berada dibawah Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).

Melihat adanya kebutuhan peningkatan kompetensi mutu kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam bidang enjiner las ini, maka sudah selayaknya segera dibangun sebuah Pusat Informasi Riset Bidang Pengelasan di Indonesia.

Pusat informasi ini nantinya akan bertugas untuk mengembangkan, menerapkan standar-standar baku untuk kualitas juru las Indonesia.

Pusat informasi ini juga akan melakukan penelitian, edukasi, serta pelatihan untuk para juru las Indonesia serta menjadi fasilitator dalam kerjasama-kerjasama antar lembaga sertifikasi las di ASEAN.

Diharapkan dengan adanya program sertifikasi dan pelatihan yang lebih terstruktur dan terprogram, maka tenaga kerja bidang pengelasan di Indonesia mampu bersaing, baik di tingkat lokal maupun ASEAN.

 

Penulis : Wanda Ayu

 

Related Posts

Leave a Reply