Rektor Universitas Indonesia (UI) Prof. Ari Kuncoro, SE, MA, PhD memimpin Upacara Pengukuhan Dua Profesor UI yaitu Prof. Yeni Rustina, S.Kp., M.App.Sc., Ph.D sebagai Guru Besar Tetap Fakultas Ilmu Keperawatan UI (FIK UI) dengan kepakaran di bidang Ilmu Keperawatan Anak dan Prof. drg. Nurhayati A.Prihartono, MPH, MSc, ScD yang merupakan Guru Besar Tetap Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM UI) dengan kepakaran bidang ilmu Epidemiologi.
Upacara pengukuhan dilaksanakan pada Sabtu (21/12) di Balai Sidang UI kampus Depok. Prof. Yeni memaparkan pidato berjudul “Optimalisasi Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi Berat Lahir Rendah melalui Asuhan Perkembangan.
” Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir kurang dari 2500 gram dan kelahiran prematur yaitu bayi yang lahir dengan usia gestasi kurang dari 37 minggu. BBLR memiliki risiko tinggi untuk mengalami berbagai masalah kesehatan bahkan kematian dan mempunyai kecenderungan untuk mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan,” ujar Prof. Yeni
Bayi berat lahir rendah menyumbang hampir 40% terjadinya stunting. Berkenaan dengan masalah tersebut, Prof. Yeni merekomendasikan melakukan pemberian asuhan perkembangan (developmental care).
“Asuhan perkembangan adalah upaya untuk menurunkan stress, memfasilitasi konservasi energi dan mempercepat penyembuhan, memfasilitasi pertumbuhan bayi, dan memfasilitasi tidur bayi, serta memberi dukungan kepada orang tua sebagai pemberi asuhan di rumah. Tim Keperawatan dapat melakukan ntervensi berupa pemberian lingkungan yang aman melalui penataan kebisingan, pencahayaan, cara memegang bayi; memfasilitasi kecukupan oksigen; pemberian nutrisi yaitu air susu ibu (ASI); penatalaksanaan nyeri; menjaga bayi tidur, dan pengaturan posisi,” ujar Prof. Yeni.
Salah satu contoh asuhan perkembangan adalah Perawatan Metode Kanguru atau Kangaroo Mother Care atau Perawatan Metode Kanguru (PMK).
PMK memberikan manfaat yang sangat besar bagi BBLR dan orangtuanya. Perawatan metode kanguru memberikan kehangatan kepada bayi, bayi menyusu lebih lama, kenaikan berat badan lebih cepat, tidur bayi lebih lama, dan mengurangi infeksi.
Manfaat bagi orang tua adalah ibu lebih percaya diri dalam merawat bayinya dan mengurangi kecemasan. Kepercayaan diri ibu dalam merawat bayinya dapat menghindari masalah kesehatan bayi pasca rawat, sehingga bayi dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Lebih lanjut, Prof. Nurhayati menyampaikan pidato pengukuhan bertajuk “Peran Epidemiologi di Lingkungan Kerja dalam Pencegahan Penyakit dan Gangguan Kesehatan sebagai Langkah Meningkatkan Kualitas SDM di Indonesia.” Epidemiologi merupakan salah satu kunci bagi kita untuk mengetahui faktor risiko dan distribusi suatu gangguan atau masalah kesehatan.
Permasalahan kesehatan di lingkungan kerja di negara berkembang, termasuk Indonesia, menghadapi tantangan yang besar, antara lain masih lemahnya pengawasan terhadap limbah yang membahayakan kesehatan.
Salah satu studi yang dilakukan adalah berkenaan dengan limbah yang bersumber dari kegiatan industri aki dapat berdampak pada pekerja, keluarganya atau penduduk yang tinggal dekat dengan lokasi industri.
Suatu penelitian telah dilakukan terhadap 279 anak-anak berusia 1-5 tahun yang bermukim dekat tempat daur ulang aki bekas di Jakarta dan Tangerang.
Dinyatakan bahwa sekitar 56% anak mempunyai kadar timbal dalam darah yang lebih tinggi dari nilai standar (5 µg/dL), dan sekitar 9% diantaranya memiliki kadar timbal darah 10 µg/dL atau lebih tinggi.
Pajanan timbal dalam darah khususnya pada anak-anak dapat mengakibatkan penurunan tingkat kecerdasan, masalah kesehatan, bahkan berdampak sosial.
Dengan adanya potensi berbahaya terhadap lingkungan dan kesehatan, maka pemahaman yang ditimbulkan dari proses daur ulang aki bekas, aliran bahan dan sistem pengelolaan aki akan menjadi isu penting di masa yang akan datang. Perlu ada upaya pengelolaan limbah berbahaya dan beracun di Indonesia yang lebih baik.
Prof. Nurhayati menyampaikan, studi tersebut diharapkan dapat menjadi bukti untuk mengidentifikasi dan mengendalikan sumber timbal dari tempat daur ulang. Perlu dilakukan pemeriksaan dan pengawasan timbal dalam darah anak-anak yang tinggal di dekat lokasi peleburan aki bekas dan surveilans pajanan timbal dari tempat kerja.
“Kami juga mengimbau agar masyarakat perlu diedukasi tentang bahaya timbal terhadap kesehatan dan diikutsertakan dalam pengendalian bahaya timbal. Demikian pula, penyedia layanan kesehatan anak perlu mengetahui tentang pentingnya memeriksa timbal dalam darah anak-anak, gejala yang ditimbulkan oleh keracunan timbal dan follow-up anak yang mempunyai kadar timbal darah 5 µg/dL atau lebih,” ujar Prof. Nurhayati.
Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh pajanan timbal dari tempat peleburan aki bekas terhadap kesehatan perlu mendapat perhatian dari pemerintah, meliputi Kementerian Kesehatan, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Tenaga Kerja dan Kementerian Perindustrian.