Fakultas Psikologi (FPsi) UI bekerja sama dengan Pokja Revolusi Mental Kementrian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Republik Indonesia (RI) menggelar seminar bertajuk “Revolusi Mental Sebagai Intervensi Sosial” di Auditorium Gedung H FPsi UI pada Jumat (19/2/2016).
Acara tersebut dihadiri oleh Menteri Koordinator (Menko) PMK RI Puan Maharani sebagai pembicara dan dimoderatori oleh Miftah Nur Shabri, co-founder dari Selasar.com.
Dalam seminar, hadir lima orang pembicara, yaitu Prof. Hamdi Muluk, M.Si. selaku ahli Psikologi Politik sekaligus anggota Pokja Revolusi Mental, Erita Narhetali, dosen Magister Terapan Psikologi Intervensi Sosial, dan tiga orang bupati. Ketiga bupati tersebut adalah Mayor Arh. (Purn.) Hoyok Riyo Sudibyo selaku Bupati Batang, Prof. Dr. Ir. H. M. Nurdin Abdullah, M. Agr., Bupati Bantaeng, dan Ir. Hugua, yaitu Bupati Wakatobi.
Pada acara tersebut, Puan Maharani menyampaikan bahwa Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) resmi diberlakukan, sehingga persaingan perdagangan dan tenaga kerja terbuka lebar bagi siapa saja. Menanggapi kenyataan tersebut, ia menganggap bahwa Indonesia belum sepenuhnya siap.
Seperti dilansir oleh Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah angkatan kerja Indonesia yang mengenyam bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) ke bawah hanya mencapai angka 65%, sedangkan tingkat pendidikan di angkatan kerja perguruan tinggi kurang dari 10%.
“Tenaga kerja kita memiliki kompetensi, pengetahuan, dan keterampilan yang rendah, sehingga menyebabkan produktivitas rendah dan daya saing lemah di tengah masyarakat global yang menuntut kualitas tenaga kerja yang excelent di bidangnya,” tutur Puan.
Sementara itu, menurut Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UI, Prof. Dr. Bambang Wibawarta, S.S., M.A. mengatakan bahwa seminar tersebut merupakan suatu hal yang sangat penting, yaitu untuk membumikan konsep kebudayaan dalam berperilaku.
“Kebudayaan memiliki spektrum yang sangat besar, yang tidak hanyalah intuisi dan mimpi. Pendidikan memiliki peran sebagai alat diplomasi, bounding power, dan mengikat Indonesia dalam kebudayaan,” ujarnya.
Puan Maharani, menambahkan bahwa pendidikan tingkat tinggi merupakan salah satu agen Revolusi Mental. Selain itu, perguruan tinggi juga berperan penting untuk menciptakan SDM yang mempunyai daya saing.
“Saya menunggu apa yang bisa universitas sumbangkan untuk revolusi mental. Ini merupakan program nasional jangka panjang, yaitu gerakan segenap rakyat, gerakan hidup baru yang menggelorakan kembali idealisme, gotong-royong, dan api cita-cita proklamasi,” papar Puan.
Menurut Menko PMK RI tersebut, pendidikan tinggi di Indonesia masih rendah dalam hal inovasi dan teknologi. Selain itu, selama ini, gagasan antarorganisasi, lembaga atau perguruan tinggi masih terpencar-pencar. “Gagasan tidak bisa berinovasi dan terintegrasi antarperguruan tinggi lainnya, terasa ada barier,” tuturnya.
Puan mengharapkan, gagasan-gagasan itu dapat diintegrasikan dan disinergikan untuk mendapatkan suatu gagasan besar. Menurutnya, pemerintah dan perguruan tinggi harus sama-sama menyukseskan program revolusi mental agar terbentuk karakter banga yang berintegritas, beretos kerja tinggi, dan bergotong-royong.
“Apabila dapat menjalankan gerakan ini dengan sepenuh hati, kita akan menjadi bangsa yang besar,sesuai dengan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia,” pungkasnya.
Penulis: Frista Nanda Pratiwi