Beberapa hari lalu, Presiden Joko Widodo mengumumkan bahwa terdapat dua Warga Negara Indonesia (WNI) positif terjangkit virus Corona (Covid-19).
Kedua WNI tersebut dinyatakan sempat kontak dengan warga negara Jepang yang terdeteksi virus Covid-19 di Malaysia setelah meninggalkan Indonesia untuk berlibur.
Sebelumnya, terdapat beberapa WNI yang sedang berada di luar negeri terjangkit Covid-19 dan 9 WNI yang terinfeksi Covid-19 saat bekerja sebagai awal kapal pesiar Diamond Princess.
Atas daruratnya isu tersebut, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) mengadakan seminar awam dan media untuk membahas prosedur pengambilan sampel suspek Covid-19 dan manajemen lingkungan kerja di perusahaan dalam menghadapi penyebaran virus Covid-19.
Seminar yang bertajuk “Info Sehat FKUI untuk Anda: Covid-19 Positif di Indonesia, Bagaimana Selanjutnya?” ini diselenggarakan pada Kamis, (05/03/2020), di Ruang Senat Akademik Fakultas (SAF), Gedung FKUI, Salemba, Jakarta.
Seminar dibuka oleh sambutan dari Dekan FKUI, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB. Dalam sambutannya, Prof. Ari menyayangkan mitos-mitos yang berkembang mengenai penyebaran virus Covid-19.
“Padahal, virus yang menyebar di luar tubuh, bisa dimatikan dengan antiseptik,” ujarnya. Peningkatan kasus yang terjadi secara pesat membuat UI berkontribusi dalam pencegahan virus Covid-19.
“Selain seminar ini, UI juga sedang membuat aplikasi untuk mendeteksi adanya virus, pembangunan lab, dan juga penelitian propolis sebagai obat untuk mengobati virus tersebut,” sebut Prof. Ari yang juga menjadi moderator dalam seminar ini.
Membahas mengenai pengambilan (handling) sampel suspek virus serta sarana dan prasarana yang optimal, dr. R. Fera Ibrahim, MSc, SpMK(K), PhD selaku perwakilan dari Departemen Mikrobiologi FKUI mengemukakan bahwa koleksi dan identifikasi spesimen virus harus benar agar sample testing pada saat analisis dan hasilnya bisa sesuai dengan kondisi yang ada.
Dengan cara penanganan spesimen yang sama dengan spesimen influenza, jumlah spesimen harus diambil sedini mungkin dalam perjalanan penyakit, karena virus berjumlah maksimal saat gejala penyakit terjadi.
“Selain itu, pemakaian alat pelindung diri dan kontainer untuk transpor virus juga harus diperhatikan dengan baik agar tidak terjadi false negative results yang menyebabkan virus tidak dapat terdeteksi,” paparnya.
Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI, Dr. dr. Dewi Sumaryani Soemarko M.S, SpOK mengatakan, dalam melakukan pencegahan virus Covid-19 di tempat kerja, hal yang harus dilakukan adalah menjaga tempat kerja selalu bersih dan higienis.
“Membersihkan permukaan atau objek yang sering dipegang orang banyak dengan disinfektan,” jelasnya. Selanjutnya, melakukan penyuluhan cuci tangan, juga penyuluhan kebersihan lingkungan udara di tempat kerja dan memberi saran para pekerja untuk berkonsultasi sebelum melakukan perjalanan bisnis.
Lebih lanjut, Dr. Dewi menyarankan apabila ada penderita Covid-19 di tempat kerja, maka para manajer harus membuat emergency plan, target identification untuk karyawan, dan memberlakukan teleworking (bekerja dari rumah).
“Seperti contohnya untuk FKUI, kita punya formulir monitoring karantina mandiri untuk karyawan yang kembali dari luar negeri dan health alert form untuk tamu asing,” ungkapnya.