Dalam kunjungan luar negeri pertamanya setelah dilantik menjadi Presiden Timor Leste pada 20 Mei 2022, Presiden Republik Demokratik Timor Leste, José Ramos-Horta, melakukan kunjungan ke Universitas Indonesia (UI). Dalam kesempatan tersebut, ia memberikan kuliah umum kepada sivitas akademika berjudul “A Long and Winding Road Towards Peace and Resolving Conflicts: Lessons from Asia’s Newest Nation” yang dilaksanakan secara hybrid di Auditorium Juwono Sudarsono, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Kampus Depok dan disiarkan secara langsung melalui akun YouTube UI pada Selasa (19/07). Presiden Ramos-Horta menyampaikan materi tentang upaya mewujudkan kerja sama Indonesia dan Timor-Leste, serta dukungan Indonesia di berbagai bidang pembangunan negara tersebut, termasuk di bidang pendidikan dan sumber daya manusia.
Rektor UI, Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D., didampingi Dekan FISIP, Prof. Semiarto Aji Purwanto, bersama jajaran pimpinan UI, menyambut kedatangan Presiden Ramos-Horta bersama para Menteri dan pejabat tinggi Timor-Leste, seperti Menteri Luar Negeri dan Kerja Sama Adaljiza Abertina Xavier Reis Magno, Menteri Perhubungan dan Komunikasi Jose Agustinho da Silva, Menteri Pariwisata, Perdagangan, dan Industri Jose Lucas so Carmo Silva, Menteri Pertanian dan Perikanan Pedro dos Reis, dan Duta Besar Timor Leste untuk Republik Indonesia Filomeno Alexio da Cruz.
Dalam pidato sambutannya, Rektor UI Prof. Ari Kuncoro menyampaikan bahwa hubungan UI dengan masyarakat Timor Leste sangat istimewa. “Dalam kurun waktu 2015 dan 2019 kami menerima sejumlah mahasiswa dari Timor Leste dalam program magister dan doktoral di berbagai program studi, antara lain studi kepolisian, teknik, ekonomi dan bisnis, studi gender, dan sebagainya. Sebagai institusi pendidikan, kami sangat bangga UI mengambil bagian dalam pengalaman hidup mereka sebagai talenta muda yang membentuk masa depan, tidak hanya untuk diri mereka sendiri tetapi juga untuk hubungan antara Indonesia dan Timor Leste,” ujarnya.
Lebih lanjut Rektor UI menyampaikan bahwa pendidikan dapat menjadi faktor pendukung hubungan yang bermakna antara Indonesia dan Timor Leste. “Izinkan saya mengambil kesempatan ini untuk mengundang kita semua di sini, untuk menemukan lebih banyak tentang area di mana kita dapat bekerja sama; bidang yang akan menguntungkan bangsa kita dari sudut penelitian dan pendidikan serta hubungan budaya. Oleh karena itu, kami mengundang rekan-rekan dari Timor Leste untuk melakukan kegiatan penelitian bersama dengan para peneliti kami,” ujarnya.
Prof. Aji Dekan FISIP UI turut menyampaikan bahwa FISIP UI telah dan siap untuk terus berkontribusi pada upaya membangun hubungan yang lebih baik antara Indonesia dan Timor Leste. Ia berterima kasih atas kesediaan Jose Ramos-Horta, untuk berbagi wawasannya yang berharga dan memaparkan sedikit sejarah keterlibatan FISIP UI dalam membangun hubungan yang lebih baik di antara kedua negara. “FISIP UI bangga memiliki mahasiswa-mahasiswa dari Timor Leste yang lulus dari institusi kami dan berkontribusi pada pengembangan Timor Leste dan hubungannya dengan Indonesia,” katanya.
Ia juga mengajak audiens untuk mengapresiasi pencapaian Indonesia dan Timor Leste dalam mengelola hubungan mereka yang diwarnai konflik masa lalu. “Kita patut bersyukur bahwa kedua negara berhasil membangun hubungan yang erat dan bersahabat. Ini merupakan prestasi yang membanggakan bagi kita semua, karena di berbagai belahan dunia, konflik-konflik masa lalu terus menghambat hubungan persahabatan dan kerja sama antar negara. Kita harus mengakui bahwa jalan menuju perdamaian abadi itu panjang dan berliku, seperti judul Kuliah Tamu ini, namun kita juga patut bangga karena telah berhasil menapaki jalan ini dengan komitmen untuk mengembangkan masa depan yang lebih baik bagi rakyat kedua negara,” ujar Guru Besar Antropologi itu. Ia mewarnai pidatonya dengan kutipan dalam bahasa Tetum yang mengatakan bahwa, “Timor (Leste) dan Indonesia seperti pohon. Meskipun berbeda cabang, keduanya berasal dari akar dan pohon yang sama.”
Presiden Ramos-Horta berpendapat serupa dengan menegaskan pentingnya membangun hubungan yang lebih baik antara Indonesia dan Timor Leste. “Tidak ada batas untuk mengembangkan kerja sama dengan Indonesia, negara yang sangat penting bagi Timor Leste,” ujarnya.
Indonesia memang menjadi negara pertama yang dikunjungi Presiden Jose Ramos-Horta dalam kunjungan luar negeri pertamanya ini.
“Adalah sebuah kehormatan untuk dapat kembali ke Indonesia,” kata Presiden Jose Ramos-Horta mengawali pidatonya. Setelah menyapa para pimpinan UI, tamu undangan, serta peserta terutama mahasiswa UI, Presiden Jose Ramos-Horta menceritakan singkat pertautan erat antara sejarah diri dan bangsanya dengan Indonesia, termasuk perjalanan pertamanya ke Jakarta pada tahun 1974. Peraih Nobel Perdamaian ini menceritakan perjalanan perjuangannya untuk kemerdekaan Timor Leste dan upaya rekonsiliasi dengan Indonesia, kemudian mengambil pelajaran dari perjalanan tersebut.
Pada kuliah umum yang dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dinamis dengan para mahasiswa itu, peraih hadiah Nobel Perdamaian tersebut juga membahas berbagai hal tentang perkembangan Timor Leste, hubungan negara tersebut dengan Indonesia dan ASEAN, hingga pandangannya tentang ketegangan geopolitik yang meningkat. Ramos Horta memuji kunjungan Presiden Joko Widodo ke Rusia dan Ukraina dengan membawa misi mendorong semangat perdamaian dan membawa agenda rantai pasokan pangan global.
Ramos Horta juga menyebutkan beberapa harapan Timor Leste untuk Indonesia, mulai dari visa yang lebih mudah dan peningkatan investasi dari Indonesia ke Timor Leste untuk mendorong pembangunan ekonomi.
Presiden Jose Ramos-Horta tiba di Indonesia pada Selasa (19/07) sekitar pukul 09.54 WIB untuk bertemu dengan Presiden RI Joko Widodo di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat. Dalam kunjungan tersebut, Presiden Ramos-Horta membawa agenda untuk memperkuat kemitraan dan menjalin kerja sama dagang, kerja sama imigrasi, dan kerja sama di bidang pendidikan khususnya pertukaran pelajar/mahasiswa.