id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Prof. drg. Lisa Rinanda Amir Kaji Potensi Pemulihan Tulang Rahang dengan Rekayasa Jaringan

Depok, 2 Februari 2025. Universitas Indonesia (UI) mengukuhkan Prof. drg. Lisa Rinanda Amir, Ph.D, PBO., sebagai guru besar tetap dalam Ilmu Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi (FK) pada Sabtu (25/1) di Makara Art Center, Kampus UI Depok. Pada kesempatan ini, Prof. Lisa menyampaikan pidato pengukuhannya yang berjudul “Potensi Pemulihan Tulang Rahang Melalui Rekayasa Jaringan: Transformasi Pendekatan Kedokteran Gigi Regeneratif” dan menjadi guru besar ke-8 UI yang dikukuhkan pada tahun 2025.

Prof. Lisa menyampaikan, dalam beberapa waktu terakhir, perawatan rekayasa jaringan telah banyak diteliti sebagai perawatan kasus kerusakan jaringan yang besar, untuk merekonstruksi jaringan tubuh yang rusak serta mengembalikan fungsi normal. Rekayasa jaringan tulang dipercaya dapat menghasilkan regenerasi jaringan tulang yang lebih baik.

Potensi pemulihan tulang rahang melalui pendekatan rekayasa jaringan juga telah diteliti di Laboratorium Biologi Oral FKG UI selama 15 tahun terakhir. Penggunaan sel punca ditujukan untuk meningkatkan penyembuhan sebagai pendekatan regeneratif. Sel punca mesenkim dapat ditemukan pada berbagai jaringan dalam rongga mulut, memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan sumber lain.

Prof. Lisa menjelaskan, keunggulan tersebut di antaranya relatif mudah diperoleh dan asal sel dari krista neural kranial yang terlibat dalam perkembangan kraniofasial, termasuk bibir dan langit-langit. Sel punca mesenkim yang berasal dari regio maksillofasial dipercaya memiliki potensi proliferasi yang tinggi dan kemampuan untuk pembentukkan jaringan tulang.

Penelitian yang dilakukan Prof. Lisa dan tim mengenai karakteristik sel punca mesenkim dari gigi pasien celah bibir langit-langit, bekerja sama dengan sejawat di Cleft Center RS Harapan Kita dan Tokyo Medical and Dental University. Penelitian tersebut menunjukkan potensi proliferasi dan diferensiasi sel punca dari gigi pasien celah bibir langit-langit yang sebanding dengan kontrol sehat.

Di bawah kondisi osteogenik, Prof. Lisa mengatakan bahwa sel punca gigi pasien celah bibir langit-langit, mampu membentuk nodul mineralisasi dan mengekspresikan gen osteogenik berperan pada pembentukan tulang yang sebanding seperti yang diamati pada sel yang berasal dari kontrol sehat. Namun, ditemukan lima gen yang diekspresikan secara berbeda (differentially expressed genes atau DEG) pasien celah bibir langit-langit, yaitu gen IGF1, Col10A1, FGFR1, MMP2 dan PHEX.

Dari aspek scaffold pada rekayasa jaringan, beberapa penelitian biomaterial juga telah dilakukan, yaitu scaffold berbahan dasar kalsium fosfat baik dalam bentuk hidroksiapatit maupun trikalsium fosfat dan Chitosan. Penelitian pengembangan biomaterial ini bekerjasama dengan BRIN, salah satunya adalah penelitian sel punca mesenkim dari jaringan periodontal dalam bentuk cell sheet serta RGD-modified chitosan scaffold dalam menstimulasi regenerasi jaringan periodontal pada defek periodontal horizontal pada model primata (Macaque nemestrina).

“Hasil penelitian ini menekankan peran sel punca ligamen periodontal dalam bentuk lembaran (cell sheet) dan Chitosan yang dimodifikasi RGD sebagai salah satu pendekatan yang menjanjikan untuk penggunaan klinis masa depan dalam regenerasi periodontal,” kata Prof. Lisa yang baru saja dilantik sebagai Dekan FKG UI pada Jumat (31/1) lalu.

Lebih lanjut ia mengatakan, proses penuaan yang mempengaruhi kapasitas regenerasi jaringan, termasuk regenerasi tulang. Seiring Dengan bertambahnya usia, tulang menjadi lebih lemah sebagai akibat dari berkurangnya jumlah jaringan tulang. Studi klinis pada manusia menunjukkan perjalanan penyembuhan tulang yang tertunda seiring bertambahnya usia. Ada “keterlambatan alami” dalam penyembuhan pada individu yang lebih tua.

Keberhasilan perawatan dental implant ditentukan oleh penyembuhan yang cepat dan terciptanya osseointegrasi antara permukaan dental implan dan jaringan tulang. Meskipun kapasitas regenerasi terbatas, usia bukanlah faktor terbatas untuk implan osseointegrasi. Usia kronologis sendiri disarankan sebagai salah satu faktor risiko keberhasilan, tetapi itu bukan merupakan kontraindikasi.

Selanjutnya, Prof. Lisa menjelaskan potensi pemulihan tulang rahang melalui rekayasa jaringan dievaluasi pada proses osseointegrasi, yaitu proses penyatuan jaringan tulang pada permukaan dental implant. “Penelitian yang kami lakukan pada hewan coba tikus usia muda dan tua menunjukan hasil yang menggembirakan. Meskipun terdapat perbedaan arah polarisasi makrofag pada sel yang berasal dari sumsum tulang (BMDM) muda dan tua. Namun, paparan titanium dengan kekasaran permukaan sedang dapat mendistorsi polarisasi ke arah fenotipe M2 yang bersifat pro-regenerasi tanpa bergantung pada usia,” kata Prof. Lisa.

Sementara itu, ia mengatakan bahwa penerapan penelitian ilmiah dan aktivitas ilmiah dalam pendidikan kedokteran gigi telah menjadi krusial untuk mempertahankan kemajuan kesehatan mulut dan mendukung terciptanya pembelajar seumur hidup dan menghasilkan praktisi yang berorientasi ilmiah. Penelitian terkait pemulihan tulang rahang melalui rekayasa jaringan juga telah diterapkan pada proses pembelajaran di FKG UI khususnya pada pendidikan pascasarjana.

“Penelitian multi-disiplin yang dilakukan bersama sejawat baik di bidang kedokteran gigi maupun lintas disiplin akan memperkuat pemahaman rekayasa jaringan menuju transformasi pendekatan kedokteran gigi regeneratif untuk meningkatkan keberhasilan perawatan pada kerusakan jaringan tulang rahang,” ujar Prof. Lisa yang juga merupakan Dekan FKG UI terpilih periode 2025-2029.

Sebelum memperoleh gelar guru besar dalam Ilmu Biologi Oral, Prof. Lisa meraih gelar Dokter Gigi pada tahun 1999 di FKG UI. Kemudian, ia berhasil mendapatkan gelar PhD (Oral Cell Biology) Vrije Universiteit, Academic Center for Dentistry Amsterdam (ACTA), Belanda, pada 2007.

Related Posts