id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Rachmat Gobel: Selain di Bidang Pendidikan, Santri Bisa Berkotribusi di Industri

Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat DPR (RI), Dr. (HC). H. Rachmad Gobel, menyampaikan bahwa para santri dapat ikut terlibat dalam memajukan dan mensejahterakan bangsa, yang tengah menghadapi dua tantangan dalam beberapa dekade mendatang, yaitu perubahan iklim dan geopolitik global. Kedua tantangan ini berpengaruh terhadap Indonesia, terutama di bidang ketahanan pangan dan industri. Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa untuk diolah demi kesejahteraan masyarakat. Jika hal ini dilakukan, tantangan geopolitik global yang memicu kenaikan harga bahan pokok di sejumlah negara dapat tertangani. 

Salah satu langkah yang dapat diambil untuk menjawab tantangan ini adalah pengembangan potensi para santri. Santri harus digali kemampuannya agar tidak hanya berkembang di dunia pendidikan, tetapi juga dapat berkontribusi di bidang industri. Ia menyampaikan hal itu di Makara Art Center Universitas Indonesia (MAC UI), pada Sabtu (27/8). 

Hari itu diselenggarakan acara “Monolog Negeri Sarung” yang menampilkan Inayah Wahid, putri bungsu dari Presiden Keempat Republik Indonesia, Dr. K.H. Abdurrahman Wahid. Pada monolog yang terdiri atas tiga babak ini, di babak pertama Inayah menampilkan “Sama-sama Cari Untung” yang mengisyaratkan pentingnya keberadaan teknologi untuk hal positif, bukan untuk aktivitas yang bersifat negatif, seperti perjudian. 

Pada babak kedua, monolog menceritakan seorang pembeli yang beradu gengsi. Monolog tersebut memberi pesan agar masyarakat yang ingin membeli sesuatu harus melihat keindahan, makna, dan kualitasnya. Monolog tersebut menampilkan berbagai jenis sarung sebagai salah satu ciri khas santri sekaligus sebagai upaya memperkenalkan sarung lokal kepada peserta yang hadir. Sementara itu, monolog babak ketiga menceritakan “Sarung Justice Warrior” yang menampilkan adegan seorang ulama diam membisu ketika terjadi permasalahan yang melibatkan agama dan justru hadir untuk memecah belah bangsa dengan hasutan dan provokasi. 

“Monolog Negeri Sarung” merupakan acara penutup dari rangkaian pameran lukisan dan sarung yang diadakan pada 22–27 Agustus. Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara MAC UI, Masjid Ukhuwah Islamiyah (MUI) UI, dan Jejaring Duniasantri. Pertunjukan monolog ini juga diiringi dengan painting live performance yang dibawakan oleh Kaisar Nuno yang merupakan pelukis pengelana yang tumbuh dari lingkungan pesantren.

Turut hadir dalam acara tersebut, Istri Presiden RI Ke-4 Dr. Dra. Hj. Sinta Nuriyah Wahid, M.Hum.; Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat DPR (RI), Dr. (HC). H. Rachmad Gobel; Wakil Gubernur Jawa Tengah, H. Taj Yasin Maimoen; Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Dr. KH. Marsudi Syuhud, M.M.; Dekan Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya UI, Dr. Bondan Kanumoyoso, M.Hum.; Kepala MAC UI, Dr. Ngatawi Al-Zastrouw, S.Ag., M.Si.; Direktur Direktur Direktorat Pengembangan Karir Lulusan dan Hubungan Alumni UI, Ahmad Syafiq, M.Sc., Ph.D.; Ketua Masjid Ukhuwah Islamiyah UI, K.H. Achmad Solechan; dan Direktur Panasonic.

Penampilan Monolog Negeri Sarung di MAC UI, Depok

Kegiatan ini penting untuk memperkenalkan kekayaan budaya sarung kepada masyarakat. Sarung merupakan sesuatu yang sederhana, namun memiliki banyak makna. Selain berguna untuk pakaian, sarung juga melambangkan makna kebudayaan dari corak gambar yang terukir dalam kain. Sebagaimana sarung yang memiliki beragam manfaat, mudah digunakan, universal, dan praktis; UI sebagai institusi pendidikan juga memiliki peran yang serupa, yaitu mudah diakses, dijangkau, dan berkomitmen penuh untuk mennjadi kampus yang berkelas dunia, adaptif, inklusif, serta toleran. 

Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, M.A., mengatakan bahwa sarung merupakan simbol perlawanan kepada para penjajah karena keberadaannya telah ada sejak zaman penjajahan. Sarung memiliki simbol kesederhanaan. Kesederhanaan ini terwujud dalam cara seseorang berpikir, bersikap bergaul, berbicara, berpolitik, dan berekonomi. Tidak hanya itu, Prof. Said juga mengatakan sarung dapat menjadi jembatan untuk memperkokoh tali persaudaraan serta menjadi salah satu bentuk budaya yang menjadi identitas Indonesia di kancah internasional.

Selain pertunjukan monolog, acara ini juga dimeriahkan dengan penampilan “Tawashow”, santri berpuisi, dan santri bercerita yang diiringi musik dan lagu dari kelompok musik santri, Ki Ageng Ganjur. Lebih dari 400 peserta yang berasal dari santri, mahasiswa, dan kalangan umum hadir dalam acara yang berlangsung selama 4 jam tersebut. Kegiatan ini juga disiarkan melalui kanal Youtube Makara Art Center UI. 

Dr. Rachmad Gobel mengapresiasi penuh kegiatan ini, dan mencontohkan bahwa sarung yang merupakan ciri khas santri, jika dikelola dengan baik akan menjadi komoditas yang tidak hanya diminati di pasar domestik, tetapi juga pasar global. “Ibarat sapu lidi,  jika disatukan akan menjadi kekuatan yang besar. Tentu hal ini juga dapat diterapkan dalam industri sarung. Jika setiap pesantren memiliki koperasi yang mengelola produksi sarung, apabila koperasi-koperasi tersebut disatukan, tentu akan berdampak besar pada ekonomi Indonesia,” kata Dr. Rachmad.

Kontribusi para santri diperlukan bagi kemajuan Indonesia. Menurut perwakilan dari Jejaring Duniasantri, Halim Pohan, kegiatan yang diselenggarakan oleh UI pada hari ini merupakan langkah awal sebagai pintu pembuka untuk melakukan gerakan bersama para santri. Ada tiga gerakan yang dilakukan para santri demi meningkatkan kualitas diri, yaitu pengembangan literasi; pengembangan keahlian (hard/soft skill) untuk bersaing di dunia industri; dan pengembangan kemandirian ekonomi santri yang salah satunya melalui perluasan komoditas sarung. “Jejaring Duniasantri yang baru berdiri tiga tahun lalu, tepatnya 17 Agustus 2019, akan terus berupaya menjaga, merawat, dan menggerakkan dunia santri,” kata Halim dalam sambutannya.

Related Posts